Saran

714 6 0
                                    

"Demi Tuhan Tamara, aku sudah berkali-kali bilang ke kamu, kalau kamu masih aja membatasi ruang lingkup Azura aku benar-benar harus memakai bahasa apalagi agar kamu paham?"

"Kalau kamu gak suka dengan aturanku itu hak kamu Mas, tapi sekali lagi. Aku gak mau Azura seperti aku," Jelas Tamara yang baru saja selesai membersihkan tubuhnya di kamar mandi dan menghadap ke arah kaca besar di kamar itu.

Bimo mengerutkan keningnya, ia benar-benar tidak menyangka bahwa Tamara akan berkata seperti itu. Ayolah, itu sudah masalalu. Mengapa istrinya itu masih saja membahas hal yang tidak seharusnya di bahas bukan?

Bimo memejamkan kedua matanya sekilas, lalu kembali membuka kedua mata dan menatap Tamara yang tengah menyisir rambut basahnya.
"Kayaknya semakin ke sini, kita berdua semakin tidak sejalan ya Tam," Celetuk Bimo yang rasa lelah itu sudah menyelimuti seluruh tubuh laki-laki tersebut, dan mendengar hal tersebut, tangan Tamara langsung berhenti di tengah udara seperkian detik.

"Padahal, aku tahu persis kalau kamu itu bukan tipikal orang tua yang bukan kaku seperti ini,"

Di sisi lain, Azura yang baru bangun tidur itu memberhentikan langkahnya setelah dirinya keluar dari kamar dan berniat untuk menuruni anak tangga di hadapannya.

Semua itu ia urungkan saat pintu kamar Bunda dan Ayahnya sedikit terbuka dan terdengar suara perdebatan di sana, baru juga ingin mendengar seseorang sudah berdehem pelan telat di sebelah tubuh gadis itu.

Reflek, Azura menoleh. Menatap malas ke arah Felix yang berdiri di hadapannya dengan tatapan lurus ke depan tanpa menatap ke arahnya.
"Lo tahu kan istilah gak sopan kalau nguping orang tua ngobrol?" Kata Felix dengan kedua sorot mata yang menoleh ke arahnya datar.

Azura berdecak, ia benar-benar menatap malas ke arah laki-laki yang paling menyebalkan sekarang ini.

Baru juga mau menimpali, Felix kembali membuka suara yang mampu membuat perasaan Azura dongkol tingkat dewa. "Atau mau gue jelasin secara rinci hal-hal spele tentang tata Krama?"

Felix mengalihkan pandangannya, langkahnya melaju pelan di anak tangga itu. Dan dengan rasa sebal itu Azura pun mengikuti langkah laki-laki tersebut tepat di belakang tubuhnya.

"Gak usah angkuh, di langit masih ada langit,"

"Siapa yang angkuh?"

"Lo lah, siapa lagi? Di sini gak ada orang selain gue sama Lo," Jelas Azura dengan pandangan menyelusuri ruang dapur pagi ini.

Semua orang di rumah ini masih belum keluar dari kamarnya masing-masing, hanya Azura dan Felix yang baru saja keluar dari kamar mereka berdua.
Felix yang masih memakai celana bola pendeknya di sertai tubuh yang tidak di tutupi sehelai benang dikit pun di sana.

Sedangkan Azura? Jelas gadis tersebut masih memakai piyama tidur bermotif karakter kartun Stitch favoritnya.

Setelah percakapan mereka berdua yang bisa di bilang tidak ada kejelasan, Felix keluar dari sana dan menuju ke halaman belakang di mana pemandangan pagi indah itu di selimuti udara segar kolam renang yang selalu laki-laki itu sukai.

Dengan kopi hitam yang tengah ia minum sedikit itu, dirinya letakan di atas meja.
Satu bungkus rokok yang selalu ia bawa ke mana pun ia keluarkan, dan tidak lupa mengambil satu batang rokok kemudian dia nyalakan.

Azura yang baru saja selesai meminum segelas air putih, dan iseng membuntuti ke mana Felix pergi akhirnya langkah gadis tersebut mendekati Felix yang ternyata sudah menikmati hisapan rokok sekaligus secangkir kopi hitam panas di sebelahnya.

Azura yang melihat itu hanya diam, tidak banyak komentar karena ia merasa bukan ranahnya juga untuk mempertanyakan kenapa dan mengapa bahkan kapan Felix mengkonsumsi rokok itu.

TRUE LOVE OR FIRST LOVE? (SLOW UPDATE)Where stories live. Discover now