Penolakan

142 7 0
                                    

"Lo serius?" Kata Alaska memastikan.

Seperti yang di ucapkan beberapa waktu lalu, jika memang Jeje ingin melakukan hal 'itu' dengannya. Cukup gadis itu datang ke kamar Alaska seorang diri setelah Azura tertidur.

Dan ya, inilah sekarang di mana jam menunjukan pukul tiga pagi dini hari. Di mana Alaska masih terjaga yang diam-diam juga tengah menunggu sahabat adiknya untuk datang ke kamarnya.

Bahkan, dengan posisi Jeje yang sudah bertelanjang tanpa ada sehelai kain menutupi tubuh indahnya dan Alaska yang hanya memakai boxer putih tapi di balik celananya. Barang milik Alaska benar-benar sudah mengeras hebat.

Jeje menjilat mulutnya dengan lidahnya cepat, ada rasa ragu di dalam dirinya sekarang. Ia sadar dan tahu betul apa yang di lakukan ya sekarang ini adalah hal yang salah. Terlebih lagi  Jeje pun tahu betul kalau Alaska tidak menjamin untuk terus bersamanya setelah ia menyerahkan hak berharga milik Jeje kepada laki-laki itu.

"Je, kalau memang Lo ragu. Gue gak akan maksa Lo,"

Setelah mereka saling bercumbu brutal dan terlihat seperti kelaparan, bahkan sejujurnya Jeje sudah mendapatkan klimaks pertamanya akibat Alaska melumat dan memainkan vaginanya dengan lidah lincah laki-laki itu.

Dalam hati, Jeje menginginkannya.

"Gu-gue takuut," Lirih Jeje.

Alaska menatap gadis itu, mengelus pipi Jeje lembut. Lantas sedikit menggeser kan posisinya agar dirinya tidak terlalu menahan Jeje tepat di bawah tubuh miliknya.

"Is okay, gue menghargai keputusan Lo," Kata Alaska lagi, masih memandangi wajah Jeje dari samping.

Bahkan rasanya dengan memandang Jeje sedekat ini. Ia sadar bahwa sahabat adiknya memang benar-benar seunik itu, bentuk wajahnya bahkan kedua matanya yang indah. Sampai-sampai Alaska sedikit memaki dalam hatinya kenapa dirinya tidak menyadari hal menarik yang tersembunyi di sekitarnya.

Standar Alaska benar-benar gadis seperti Gisel dan teman-temannya, gadis kota yang penuh karismatik yang hebat. Bahkan saat dia di Sukabumi pun Alaska benar-benar tidak pernah melirik gadis desa, mereka memang cantik tetapi tidak masuk dalam kategori standar kecantikan yang sudah Alaska tetapkan.

Maka dari itu, saat dirinya sadar bahwa Jeje memang berbeda dari semua temannya di sana dan gadis-gadis yang ia temui di Sukabumi. Dia sedikit menyesal.

"Sorry, banyak hal yang berkecamuk di pikiran gue,"

"Tentang?"

Jeje menoleh, menatap wajah Alaska yang sangat dekat dengan wajahnya.

"Lo, bahkan gue, yang nasib ke depannya kaya apa setelah melakukan itu. Karena yang gue tahu, Lo memang sulit di gapai,"

"Gue bukan sulit di gapai, cuma memang belum terketuk untuk berkomitmen terlebih menjalin hubungan sama lawan jenis. Karena banyak ribetnya,"

Jeje hanya diam, mengalihkan pandangannya menjadi menatap ke atas langit-langit kamar Alaska. Bahkan gadis itu pun masih bertelanjang bulat di sana, dengan vagina yang terasa kering setelah Alaska melumat dan memakan habis vagina di sertai cairan yang keluar dari sana.

"Gue jatuhnya, obses ya ke elo?" Tanya Jeje kepada Alaska.

"Karena itu perasaan yang menggebu-gebu, di mana gue gak bisa buat ngontrol ketololan gue,"

Mendengar itu Alaska diam, ia tidak tahu harus bersikap seperti apa karena memang nyatanya setiap gadis yang ia temui pasti bakal seperti ini.

Hampir keseluruhan, maka dari itu Alaska tidak ingin berkomentar banyak.

TRUE LOVE OR FIRST LOVE? (SLOW UPDATE)Where stories live. Discover now