18. Danau

117 22 1
                                    

"AAAAA"teriaknya saat mendapat sebuah kotak berisi foto Sofya dan Vi yang sudah dilumuri oleh wantex berwarna merah.

Tangannya bergetar, bahkan mata nya menatap sekeliling. Melihat apakah ada yang mencurigakan atau tidak.

"Ck siapa si yang neror gua ??? Lagian kan emang udah bener kalau Sofya sama Vi mati"gumam nya.

Tangan nya bergerak mengambil handphone yang berada disaku celana nya. Tak lama kemudian, benda pipih itu sudah menempel ditelinga nya.

"Hallo"

"Kenapa ???"

"Gua mau ketemu"

"Hari ini ga bisa. Besok aja"

"HEH..."

Tuuut

Ia berdecak sebal saat telfon nya dimatikan sepihak. Rasa kesal,panik,bahkan takut menjadi satu.

Ia takut jika kedoknya ketahuan. Ia tidak mau dipenjara, dan ia merasa bahwa kematian Sofya dan Vi adalah hal yang pantas mengingat kelakuan dua gadis itu seperti iblis.

...

Disebuah mobil yang berlokasi tak jauh dari rumahnya. Terlihat Aziel dan Hazel tengah memantau targetnya.

"Lu yakin mereka ???"tanya Aziel dan dibalas anggukan oleh Hazel.

"Tapi di cctv itu ga keliatan wajah mereka. Mau bawa ke polisi juga ga cukup kuat video cctv ini karena wajah nya ga keliatan"

"Gua nemuin ini pas gua ke lab"beritahu Hazel sembari memperlihatkan sebuah gelang.

Mata Aziel menatap kearah gelang tersebut sebelum akhirnya ia menggelengkan kepalanya. "Mainnya kurang cantik. Dia ceroboh"komen Aziel.

"Tapi itu nguntungin di kita"

Jika kalian bertanya apakah mereka yang mengirim teror ke target mereka, maka jawabannya adalah iya . Itu sebenarnya hanya sebuah pancingan semata, supaya orang itu bisa memanggil partner nya dan mereka bisa membahas mengenai Sofya dan Vi.

Manatau, disana Hazel dan Aziel mendapatkan petunjuk.

...

Edgar menghela napas nya saat Tea yang tidak mau berbicara apapun dengannya. Jangankan berbicara, melihatnya saja pun gadis itu tidak mau.

Ini sudah malam, dan mereka masih di rooftop sekolah

"Tea"panggil Edgar.

"Gua ga ngapa ngapain lu, gua berani sumpah. Tapi kalau lu mau pertanggungjawaban, oke gua bakalan nikahin lu. Ga ada tunangan, tapi kita langsung nikah"

Tea terkekeh sinis mendengar penuturan dari Edgar.

"Enak banget ya lu kalau ngomong"sinis Tea.

"Gua udah nyari lu tapi ga ketemu, sampai akhirnya gua ketemu lu pas masuk SMA Bulan. Gua cari tau tentang lu, bahkan gua juga tau lu neror gua. Tapi gua biarin supaya dendam lu ke gua hilang"

Edgar menggenggam tangan Tea, bahkan matanya menatap manik mata Tea dengan tatapan intens.

"Ayo, gua anterin pulang. Sekalian gua ketemu sama ortu lu, gua mau minta restu buat nikahin lu"

...

Aziel --- pemuda itu menghela napas nya. Sudah hampir setengah jam, tetapi Hazel masih duduk dipinggir danau.

Memang, setelah dari rumah orang itu. Hazel memintanya untuk pergi ke suatu tempat yang bisa menenangkan diri. Maka disinilah mereka berada. Disebuah danau.

Dark side (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang