Bab Keempat

598 75 5
                                    

Harsh words
Bullying
Abusive Parents



Storybooks

Besok hari pertama aku sekolah setelah di fitnah pakai uang yang seharusnya buat praktikum. Padahal jelas yang pakai uang itu yang pegang uangnya tapi yang dituduh aku. Tapi ya udah nggak apa-apa, walaupun aku juga harus terima dipukulin dan dimarahin bapak.

Besok hari pertama sekolah, aku bakal dapet kejutan apa lagi ya.

Resta menutup buku yang selalu ia gunakan untuk bercerita kegiatan sehari-harinya. Resta, tidak punya teman karena keadaan dirinya yang cacat, ia tuli dan bisu jadi tidak banyak yang mau berteman dengan dirinya justru ia selalu mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman-teman bahkan ayahnya sendiri juga.

Resta naik keatas ranjang begitu melihat jam di meja belajarnya sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Ia harus segera tidur agar besok ia tidak terlambat datang ke sekolah.

"Bapak njaluk duite." (Bapak minta uangnya).
Ucap seorang laki laki paruh baya yang dengan tanpa permisi membuka pintu kamarnya membuat Resta yang akan menaiki ranjang terkejut. Itu adalah sang ayah.

Sang ayah lantas memasuki kamarnya dan membuka lemari pakaian yang sudah tertata rapi, semua pakaian miliknya dilempar kemana-mana berusaha mencari uang simpanannya.

Resta berlari kearah sang ayah terus membuang pakaiannya dan berucap tidak jelas karena sepertinya sang ayah tengah dalam keadaan mabuk.

"Dadi anak ra ono gunane. Endi cepet bapak njaluk duite." (Jadi anak gak ada gunanya. Mana cepet bapak minta uangnya).

Resta menahan tangan sang ayah yang masih terus mencari. Sang ayah berhenti mencari dan menatap kearah Resta.

Kedua tangan Resta bergerak lincah memberitahukan pada sang ayah jika uangnya tidak ia simpan disana, melainkan ada didalam sakunya.

Sang ayah lantas merogoh paksa sakunya dan mengambil uang yang ia simpan.

"Kenapa cuma segini? Kamu kerja gak bener pasti ya?" Resta menggeleng.
"Terus kenapa uangnya cuma sedikit."

"Uangnya aku pakai buat nyicil ganti uang kelas pak."  Sang ayah berdecak saat Resta memberitahukan tentang uangnya yang hanya masih tersisa sedikit.

"Masih kurang berapa?" Resta mengangkat dua jarinya.
"Ya udah cepet dilunasi." Resta mengangguk.
"Besok bapak butuh duit satu juta. Jam lima uangnya udah harus ada. Ngerti kowe." Sang ayah lantas pergi meninggalkan Rega yang terkejut dengan permintaan sang ayah.

Bagaimana bisa ia mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu beberapa jam saja. Resta meluruhkan tubuhnya dilantai dan ia menangis tersedu. Nasibnya begitu buruk setelah sang ibu meninggal tiga tahun lalu.

Ayahnya yang semula laki-laki paling lembut dan pekerja keras, seketika berubah menjadi seorang pemabuk, penjudi, pemarah, dan juga seorang yang suka menyewa perempuan untuk memuaskan hasratnya setelah satu bulan ibunya dinyatakan meninggal dunia karena sakit yang didera.

Sang ayah bahkan tidak segan membawa pulang perempuan yang ia sewa kerumah. Sang ayah yang semula begitu menyayangi dirinya kini benar-benar berubah menjadi sosok asing yang begitu kejam kepadanya.

Resta bahkan dituntut untuk bekerja dan selalu mendapat uang banyak untuk memenuhi keinginan sang ayah.

"Bu, Resta harus sampai kapan hidup kaya gini terus bu. Resta capek, Resta mau nyusul ibu aja boleh gak, bu?" Ucap Resta dalam hati.







—Ephemeral—







"Masak apa kamu?" Tanya sang ayah begitu keluar dari kamar dengan keadaan berantakan dengan tubuh bagian atasnya penuh dengan tanda merah yang sepertinya dibuat oleh seseorang yang ayahnya sewa.

Resta menunjukkan sayur sop yang baru saja ia pindahkan dari panci ke mangkuk sayur setelah sampai didepan sang ayah yang sudah duduk dimeja makan.

"Sop terus. Sekali-kali masak ayam, sapi, cumi, apa udang gitu loh. Setiap hari ketemunya sop sama tempe tahu, sop tempe tahu. Bosen tau gak bapak?" Resta menunduk sedih.

"Uangnya habis pak, cuma cukup buat beli sayuran sama tahu tempe aja."
"Makanya kerja yang bener, cari kerjaan yang gajinya gede biar bisa makan enak dan kamu bisa kasih uang bapak yang banyak." Resta hanya mampu mengangguk.

Resta mengambil kotak bekal yang ia siapkan untuk dirinya ke sekolah sebelum ia pergi kesekolahnya. Resta mencium tangan sang ayah sebelum ia berangkat.

"Hati-hati. Jangan lupa nanti jam lima bapak butuh duit satu juta." Resta hanya mampu mengangguk mengiyakan ucapan sang ayah.




Jarak rumah dari ke sekolah Resta itu sekitar lima belas menit menggunakan sepeda. Resta memarkirkan sepedanya di parkiran khusus sepeda yang jaraknya sedikit jauh dari parkiran motor.

Sekolah masih sepi karena Resta memang selalu datang lebih awal. Resta menatap jam tangan yang sudah lusuh untuk melihat selagi apa dirinya berangkat karena ia merasa datang sedikit lebih awal dari biasanya.

Jam ditangan kiri Resta menunjukkan pukul enam kurang sepuluh menit. Pantas saja sekolah masih begitu sepi.

Jam pelajaran yang dimulai pukul tujuh tiga puluh itu membuat murid-murid datang kesekolah pada pukul tujuh.

Resta berjalan dilorong yang masih sepi, tempat itu sedikit berkabut kali ini, membuat Resta merapatkan cardigan berwarna coklat yang ia kenakan karena udaranya sedikit dingin.

"Aduh." Ucap seseorang dari belakangnya. Resta menoleh dan mendapati laki-laki yang tidak pernah Resta lihat sebelumnya.

Resta menepuk bahu laki-laki yang masih terduduk dilantai koridor dengan tangan yang memijat kaki kanannya.

Resta mengambil buku yang selalu ia bawa untuk berkomunikasi dengan teman-teman dan orang-orang diluar sana.

"Kamu gak apa-apa."  Laki-laki tadi membaca tulisan tangan Resta yang begitu cantik.

"Shit!" Laki-laki tadi mengumpat saat ia berusaha bangun tapi kaki kanannya begitu sakit. Resta yang mengerti jika kaki laki-laki itu terluka pun berusaha membantunya berdiri.

Resta memapah laki-laki tersebut dan membawanya kearah UKS yang tidak jauh dari tempat keduanya saat ini.

"Kaki kamu kayanya keseleo deh. Dan itu harus diurut."  Laki-laki tersebut membaca kembali setiap kata yang ditulis oleh Resta.

"Iya nanti pulang sekolah aku minta tolong orang rumah buat urut. Makasih udah bantu aku ya." Resta mengangguk.

"Aku Noah. Murid pindahan dari Jakarta. Kamu siapa?" Noah mengulurkan tangannya dihadapan Resta meminta Resta untuk menerima uluran tangannya.

Resta menuliskan sesuatu di buku yang tadi dan Noah masih terus menatap kearah Resta yang tengah menulis sesuatu.

"Nama aku Resta."




Akhirnya, setelah sekian lama. Book ini update lagi ya😭, Maaf kalo terlalu lama mangkrak😞.
Btw gimana nih, dilanjut lagi jangan?
Jangan lupa vote dan comment ya, terima kasih🤗

EPHEMERAL || NOREN (END) Where stories live. Discover now