Bab Kesepuluh

451 54 6
                                    

Harsh word
Angst
Abusive Parents
Bullying
Homophobic

'Resta, aku janji bakal temenin kamu. Aku akan selalu lindungi kamu waktu disekolah. Aku janji gak akan biarin siapapun nyakitin kamu lagi, aku janji Resta. Tolong kamu bertahan ya, Resta.'


Paginya Noah datang kerumah Resta untuk menjemput Resta karena ia tau sepeda milik Resta sudah diambil oleh ayahnya.

Saat ini jam masih menunjukkan pukul enam pagi dan Noah sudah berdiri didepan pintu rumah Resta menunggu Resta keluar. Noah menunggu disana hampir tiga puluh menit, dan ia tidak sama sekali mengetuk pintu karena akan percuma, Resta pasti tidak akan mendengar karena alat bantunya rusak saat di pantai semalam.

Resta keluar rumah dan betapa terkejutnya ia saat melihat Noah tersenyum dihadapannya. Satu tangan Noah dilambaikan tepat dihadapan Resta yang masih diam.

"Ayo berangkat. Kok malah diem aja?" Tulis Noah pada ponselnya. Resta mengerjap begitu Noah menyodorkan ponselnya tepat didepan wajahnya.

"Kok kamu udah disini sepagi ini?" Resta hanya mampu bertanya hal seperti itu pada Noah.

"Sengaja. Karena Aku yakin kamu pasti bakal berangkat sepagi ini buat berangkat jalan kaki." Resta terkejut dengan apa yang Noah ketik. Bagaimana Noah bisa tau dirinya akan berjalan kaki.

Noah yang mengerti jika Resta terkejut atas apa yang ia tau pun hanya tersenyum, ia justru menggenggam tangan kanan Resta dan mengajaknya segera naik ke mobil yang ia tumpangi.

Noah dan Resta sampai di sekolah sekitar lima belas menit perjalanan. Dan saat sampai disekolah, sekolah masih begitu sepi karena memang jam masih menunjukkan pukul enam lebih beberapa menit.

Keduanya jalan beriringan menuju kelas. Koridor yang masih membuat keduanya nampak berjalan dengan santai tanpa buru-buru.

Kini keduanya sudah sampai dikelas dan Noah diam menatap kearah telinga Resta yang tidak terpasang apapun. Noah menghela nafas dan ia mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

Noah mengambil sebuah kotak yang berisi alat bantu dengar untuk Resta. Noah pasangkan satu alat bantu ditelinga Resta membuat Resta menoleh.

"Dipake ya. Nanti kalo dirumah jangan dipake, biar gak rusak lagi karena bapak kamu." Noah tersenyum melihat Resta yang sepertinya mendengar apa yang ia ucapkan.

"Noah kamu jangan terlalu baik sama aku. Aku gak mau kamu ikut terlalu karena terlalu baik sama aku. Apalagi nantinya kamu cuma bakal dimanfaatin sama bapak."

"Aku udah janji buat temenin kamu dalam keadaan apapun. Jadi aku gak akan peduli sama apa yang bakal aku alami. Lagipula kalo ada yang berani nyakitin kamu, biar aku yang maju paling depan. Aku bakal lindungi kamu, aku nakal jaga kamu." Noah berucap dengan suara sedikit keras dan perlahan agar Resta tetap mengerti apa yang dirinya ucapkan.

Airmata Resta tanpa permisi keluar begitu saja. Ia merasa begitu bahagia karena ada seseorang yang begitu peduli dan mau berada disampingnya.

Noah mengusap airmata yang mengalir di pipi Resta dan ia genggam kedua tangan Resta.
"Tolong ingat ya, aku gak akan pernah biarin kamu sendiri. Jadi tolong bagi rasa sakit kamu ke aku juga ya." Airmata Resta semakin deras mengalir membuat ia sedikit kesulitan bernafas karena ia menahan diri agar tidak menangis terisak.

"Hei, jangan nangis. Aku gak mau liat kamu nangis lagi. Cukup wajah ini dihias sama senyuman kamu aja jangan sama airmata juga. Tetap bertahan sama aku ya, Resta." Resta mengangguk, ia sekuat tenaga menahan airmatanya agar tidak keluar kembali.



— Ephemeral —



Saat jam istirahat, Resta yang ingin ke kamar mandi itu berlari keluar kelas meninggalkan Noah yang tertawa karena melihat tingkah Resta.

EPHEMERAL || NOREN (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang