Bab Kesebelas

491 52 11
                                    

Harsh word
Bullying
Abusive Parents
Homophobic
Disability
Major Character Death





'Maaf aku terlambat sedikit untuk menjaga kamu. Setelah ini aku janji bakal lebih sigap untuk menjaga kamu.'

"Njaluk duite." Cecar sang ayah begitu ia akan masuk ke rumah. Resta sudah pulang ke rumah diantar oleh Noah sampai depan rumahnya. Resta mendapat ijin pulang lebih awal karena Noah yang mengijinkannya pada guru.

"Aku gak ada uang pak, lagian aku mau ijin gak kerja dulu pak, aku lagi gak enak badan." Sang ayah berdecak sebal.

"Kerjo kono loh. Rasah alesan loro barang. Aku ki butuh duit." (Kerja sana. Gak usah alasan sakit segala. Aku itu butuh uang). Sang ayah yang tanpa sengaja menatap kearah luar pagar tersenyum miring begitu melihat mobil mewah milik teman sang putra.

"Ya udah sana masuk. Kamu itu emang gak bisa diandelin. Mending minta uang temenmu yang kaya itu, lumayan bisa buat main malem ini." Resta terdorong ke depan hampir menabrak pintu saat sang ayah mendorongnya.

Resta menggeleng saat mengetahui Noah masih berada di seberang jalan. Resta berlari untuk mengejar sang ayah agar tidak meminta uang pada Noah. Cukup ia berhutang pada Noah. Ia tidak ingin berhutang kembali pada Noah.

"Bapak jangan, jangan minta sama Noah. Udah cukup aku berhutang sama Noah, pak. Resta mohon jangan kesana."

"Minggir." Tubuh Resta kembali didorong kesamping hingga Resta tersungkur ditanah. Ayah Resta terus berjalan kearah mobil Noah dengan senyum mengembang.

"Hei anak orang kaya. Bagi duit dong, kamu boleh tinggal disini sama si cacat itu kalau kamu mau kasih aku duit. Aku gak bakal pulang malem ini." Resta menggeleng, berharap Noah tidak memberi ayahnya uang kembali.

Tapi sepertinya Noah tidak melihat itu karena nyatanya kini Noah merogoh sakunya guna mengambil beberapa lembar uang berwarna merah dan biru dan diberikan pada ayah Resta.

"Tolong berhenti menyakiti Resta. Dia sudah kesulitan disekolah dan tempat kerja, jadi anda sebagai ayah seharusnya tidak menambah penderitaan Resta." Ayah Resta memutar bola mata malas.

"Halah. Cah cilik koyo koe ki ngerti opo. Aku ra peduli deknen arep kepie. Penting aku iso urip, mangan karo main, wis penak." (Halah. Anak kecil kaya kamu itu tau apa. Aku gak peduli dia mau gimana. Yang penting aku bisa hidup, makan sama main, udah enak). Ayah Resta langsung pergi begitu saja meninggalkan Noah yang hanya mampu menggeleng.

"Kenapa kamu kasih uang ke bapak lagi. Kamu buat hutang aku ke kamu semakin banyak. Tolong jangan kaya gini." Noah membaca kalimat yang ditulis Resta dibuku. Noah sudah turun dari mobilnya saat melihat Resta berjalan mendekat kearahnya.

"Maaf. Aku cuma gak mau liat kamu semakin sakit. Di sekolah kamu sudah banyak disakiti, dan aku berharap dirumah kamu sendiri, kamu gak disakiti lagi. Kamu pasti capek kan? Tolong jangan berfikir untuk menyerah ya. Aku janji bakal temani kamu menghadapi semuanya." Airmata Resta menetes saat membaca kalimat panjang yang Noah tulis untuknya. Dan kata yang membuat Resta tersenyum getir dari banyaknya kata yang Noah tulis adalah kata "Jangan menyerah".

Jika boleh jujur, sekarang saja Resta sudah memiliki keinginan untuk menyerah, mengingat bagaimana disekolah ia diperlakukan tidak adil dan dirumah pun ia tidak dianggap selayaknya seorang anak oleh ayah kandungnya.

"Aku usahakan." Noah membaca kembali apa yang ditulis oleh Resta hanya mampu tersenyum sedih.

"Kalo kamu lelah, kamu boleh dateng ke aku, jangan malah pergi." Resta mengangguk.
"Mau masuk dulu?"
"Aku langsung pulang aja. Kamu butuh istirahat, jangan pikirin apa-apa ya. Bapak kamu gak pulang malam ini, nanti malam aku kirim makanan buat kamu."
"Terima kasih. Hati-hati." Noah mengangguk, ia kembali masuk ke mobilnya dan pergi meninggalkan Resta seorang diri.




EPHEMERAL || NOREN (END) Место, где живут истории. Откройте их для себя