Part 40

7 3 0
                                    

Happy Reading💙
.
.
.
.
.

Malam ini, seorang gadis cantik sedang tersenyum kemenangan memandang kartu handphone yang ia pegang di tangan kanannya.

"Akhirnya ... kartu ini jatuh di tangan gue juga. Walaupun, nguras tenaga gue banget pas ngelawan si Seleb kutu kupret itu. Btw, si Seleb tau dari mana ya, tentang gue yang ngambil ini kartu?" Dia bertanya kepada dirinya sendiri sambil memasangkan kartu itu ke smartphone-nya.

Dia adalah Saras Intan Olivia.

"Ck! Bodo amat lah, toh si Kak Gibran ama antek-anteknya aja berpihak ke gue. Jadi, buat apa gue mikirin si Kutu Kupret nggak jelas itu."

Setelah kepergian Tasya yang meninggalkan mereka, Gibran pun mulai angkat bicara mengenai masalah yang diperbuat adik kelasnya itu.

"Jadi, bisa jelasin?" tanyanya tegas menatap datar ke arah adik kelasnya. Kelima gadis cantik itu hanya diam menundukkan kepalanya takut.

"Kalau ada orang yang ngomong, liat orangnya!" titah Gibran sedikit kesal.

"Maaf!"

"Saya nggak nyuruh kalian buat minta maaf, saya nyuruh kalian buat ngejelasin ini semua!"

"M--a ...." Gibran pun mengusap wajahnya kasar.

"JELASIN!"

"Sabar, Bul! Jangan marah-marah, nanti lo jadi tua kalo kebanyakan marah!" Malvin terkekeh melihat dirinya ditatap tajam oleh sang empu, Gibran hanya memutar bola matanya jengah.

"Yok, jelasin!" pinta Verro bersuara saat Gibran menepuk pundaknya pelan pertanda ia disuruh untuk mengambil alih.

"Emm ... jadi gini Kak, si Tasya tiba-tiba dateng nuduh gue nyuri barangnya Raina, padahal nggak Kak. Terus dia tetep ngotot nuduh gue yang nggak-nggak, padahal gue udah ngomong jujur, tapi tetep aja dia nggak percaya. Terus dia ngejambak rambut gue, ya gue nggak terima lah," ungkapnya memasang wajah pura-pura sedih.

"Oh, jadi kalian berantem karena saling nggak terima?" tanya Malvin sambil menganggukkan kepala pertanda mengerti.

"Iya, tapi kata si Tasya ... dia masuk ke kelas 11 IPA 2. Ngapain coba, dia ke kelas orang lain tanpa ada keperluan? Toh, sekolah ini juga diperketat 'kan?  Nggak ada yang boleh masuk sembarangan ke kelas tanpa ada keperluan, jadi gimana nggak mikir ke situ," ujar Raina tegas membela sahabatnya.

Tasya sudah menceritakan semuanya kepadanya lewat chat. Pasalnya, ia tadi mendapatkan pesan dari sahabatnya itu.

Setelah mendengar ucapan Raina, Verro dkk pun beralih menatap ke arah Saras untuk meminta jawaban darinya. Saras pun gelagapan bingung untuk menjawabnya.

"Emm ... iya, emang gue ke kelas 11 IPA 2 itu buat ngecek aja. Kan semua kelas lagi kosong, anak-anak pada ngeliat pertandingan. Lagian, nggak cuma ke kelas itu kok, ke kelas lain juga. Jadi, ya gue bener-bener nggak tau. Lagi pula, ni ya ... ngapain gue ngambil barang milik orang, kalo gue aja mampu buat beli?" elaknya terkekeh garing sambil menggelengkan kepala.

"Iya si, lo 'kan tajir, ya? Nanti besok, kalian semua harus baikan! Pokoknya, saya nggak mau tau!" timpal Gibran.

Setelah memasangkan kartu, ia pun login memencet aplikasi hijau yang bernama WhatsApp. Dimana banyak sekali notifikasi pesan dari grup yang sedang tenar di sekolahnya dan seseorang yang ia sendiri tidak tahu siapa.

"Mr. Sariawan Ganteng Terpapan? Siapa, ya?" tanyanya kepo.

Tanpa basa-basi, ia pun memencet pesan itu dan mulai membacanya dari awal sampai akhir.

Looking For True Love(Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang