Rainy Day (Oneshoot)

327 32 5
                                    

Musim panas, 7 Juli.

Hujan turun dengan deras, seorang pemuda berambut hitam dengan kuncir kuda rendah sedang berdiri di depan sebuah kafe yang bernama Grace Cafe sambil menatap hujan, seakan-akan dia menunggu kedatangan seseorang dalam hujan lebat itu.

Jam telah menunjukkan pukul 11.45 malam.

Dia bergumam dengan sedih, "Ah, sudah mau tanggal 8. Aku harus pulang."

Sambil berjalan, pemuda itu berbicara sendiri dengan sedih, "Lu Guang, kamu ingat tidak pertemuan pertama kita? Pertemuan pertama kita sangatlah tidak terduga, tetapi itu adalah sebuah pertemuan yang takkan pernah kulupakan seumur hidupku."

Saat itu musim dingin, malam natal.

Cheng Xiaoshi sedang duduk sendirian di sebuah kafe, dia berniat untuk menghabiskan malam natalnya di kafe yang sepi dan damai ini.

Tiba-tiba, seorang pemuda berdiri di kursi di depan kursi Cheng Xiaoshi. Pemuda itu sangat berkharisma. Fitur wajahnya sangat bagus, dia sangat cocok dengan rambut abu-abu terangnya.

Pemuda itu menatap Cheng Xiaoshi dan berkata, "Apa ada orang yang duduk di sini?"

Cheng Xiaoshi menjawab tanpa ragu, "Ah, tidak ada. Duduklah jika kamu mau."

Pemuda itu mengangguk dan duduk. Pemuda itu memulai percakapan, "Mau berkenalan? Kebetulan aku tidak punya seseorang untuk menghabiskan malam natal bersama."

Cheng Xiaoshi menjawab, "Ah, iya. Namaku Cheng Xiaoshi. Namamu?"

"Lu Guang."

Cheng Xiaoshi bertanya, "Ah, apa tidak apa-apa kamu menghabiskan malam natal bersama orang yang membosankan sepertiku?"

Lu Guang menjawab, "Tidak apa-apa, kebetulan aku juga orang yang membosankan, jadi kita sama."

"..."

Hening sejenak sebelum Cheng Xiaoshi bertanya, "Omong-omong, kamu tinggi juga. Apa olahraga kesukaanmu?"

Lu Guang menjawab, "Yah, terkadang aku bermain basket di lapangan dekat taman."

Mendengar jawaban Lu Guang, Cheng Xiaoshi jadi bersemangat. Dia berkata dengan penuh antusiasme, "Aku juga bermain basket! Mau main basket? Kebetulan aku tahu tempat bagus untuk bermain di dekat sini."

"Boleh. Tapi, bagaimana dengan bolanya?" tanya Lu Guang.

Cheng Xiaoshi menjawab, "Tenang saja, aku bawa bola! Aku awalnya mau bermain dengan temanku, tetapi dia membatalkan janji kami karena pacarnya tiba-tiba mengajak kencan. Dasar anak itu. Demi pacar yang baru dikencaninya selama satu tahun, dibatalkannya janjinya dengan temannya yang sudah bertahun-tahun bermain dengannya."

Lu Guang terkekeh kecil mendengar ocehan Cheng Xiaoshi. Mereka menuju ke lapangan basket terdekat.

Lapangan itu tidak terlalu besar, tetapi sudah cukup untuk bermain satu lawan satu.

Meski udara sedang dingin, tetapi masih belum turun salju, jadi mereka masih bisa bermain untuk beberapa saat di ruangan terbuka.

Sambil bermain, Cheng Xiaoshi bertanya, "Lu Guang, kamu anak SMA atau anak kuliah?"

"Aku anak kelas 11, bagaimana denganmu?"

"Berarti kamu adik kelasku. Aku kelas 12. Kamu anak sekolah mana?"

Lu Guang melakukan shoot, kemudian menjawab pertanyaan Cheng Xiaoshi, "SMA A. Bagaimana denganmu?"

Cheng Xiaoshi menatap Lu Guang dan berkata, "Ah! Kakak perempuanku dulu juga sekolah di sana. Aku di SMA B. Kami awalnya dipisahkan karena orang tua kami khawatir kami akan membuat keributan di sekolah. Sangat konyol, tetapi masuk akal, haha."

Lu Guang tidak sadar bolanya direbut ketika sedang mendengar Cheng Xiaoshi bercerita. Dia baru sadar ketika Cheng Xiaoshi baru akan melakukan shoot.

Mereka bermain basket sambil lebih mengenal satu sama lain. Tanpa mereka sadari, mereka sudah bermain sampai subuh.

Lu Guang berkata, "Aku mau pulang dan tidur. Bermain basket berjam-jam seperti ini menyenangkan, tetapi aku jadi sangat mengantuk. Mungkin kita bisa lanjutkan lain waktu."

Cheng Xiaoshi membalas, "Ah, iya. Aku juga mau pulang. Tubuhku rasanya mau hancur."

Ketika Lu Guang akan pulang, Cheng Xiaoshi tiba-tiba berseru, "Ah, tunggu! P

Lu Guang berbalik, "Apa?"

Cheng Xiaoshi menghampirinya dan berkata, "Boleh minta nomormu? Kita bisa membuat janji untuk bermain nanti."

Lu Guang mengangguk dan mengetik nomornya di handphone Cheng Xiaoshi. Mereka pulang setelah mendapat nomor masing-masing.

Sejak itu, mereka sering bertukar pesan. Antara untuk membicarakan kapan mau bermain basket bersama atau Cheng Xiaoshi hanya ingin bercanda dengan Lu Guang. Terkadang, mereka saling menyemangati satu sama lain.

Waktu berjalan, mereka menjadi semakin akrab. Pada musim panas, tepatnya 7 Juli, mereka mulai berpacaran.

Tetapi, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Ketika mereka hampir 5 tahun menjalani hubungan, Lu Guang harus pergi untuk selama-lamanya karena sebuah insiden tabrak lari.

Cheng Xiaoshi tidak bisa menerima ini. Dia tidak percaya orang yang dia kasihi dan dia sayangi akan pergi secepat ini. Apalagi, Lu Guang adalah orang yang benar-benar perhatian kepadanya, mirip seperti bagaimana orang tuanya yang juga telah tiada perhatian kepadanya.

Kakak perempuannya berusaha mati-matian agar bisa membuat adiknya tidak sedih kembali. Tetapi, itu sangat sulit. Butuh waktu hampir setengah tahun agar Cheng Xiaoshi benar-benar bisa mengikhlaskan kepergian Lu Guang.

Sudah 4 tahun berlalu sejak Lu Guang pergi untuk selamanya. Setiap tahun tanggal 7 Juli, dia akan pergi ke tempat pertama kali bertemu Lu Guang. Kafe dan lapangan basket itu. Keduanya membawa nostalgia baginya.

Tahun ini juga sama. Dia mengunjungi kafe itu, duduk di kursi tempat pertama mereka bertemu, berjalan ke lapangan basket, dan kembali mengenang kenangan bahagia bersama orang yang dia cintai.

Saat Cheng Xiaoshi akan pulang, hujan turun dengan lebat. Dia tidak membawa payung, tetapi dia tetap berjalan, seakan tak peduli dengan hujan.

Air hujan membasahi bahunya, membuat bahu yang awalnya hangat itu, menjadi sangat dingin. Dia tidak peduli sedingin apa hujan saat itu, dia hanya berjalan, dan terus berjalan.

Sekilas, dia teringat masa-masa ketika dia dan Lu Guang berjalan menuju lapangan ini. Sudah tidak terhitung berapa kali mereka mengunjungi lapangan ini dulu, tetapi sekarang hanya dia sendiri yang bisa mengunjungi lapangan basket ini.

Dia bergumam sambil terus berjalan, "Lu Guang, aku sangat merindukanmu."

Matanya terus menerus mengeluarkan air mata, tidak mau berhenti sekeras apapun Cheng Xiaoshi mencoba untuk menghentikan tangisnya.

Dia tidak sengaja tersandung dan jatuh, namun masih berusaha untuk berdiri meski tubuhnya gemetar karena kedinginan.

Karena tidak sanggup berjalan pulang, dia duduk di bangku terdekat, mengistirahatkan kakinya.

Dia berusaha untuk tidak memikirkan kembali kenangan indah mereka di masa lalu, tetapi itu sangat sulit. Pikirannya seakan menolak untuk melupakan Lu Guang.

Dia teringat perkataan kakaknya ketika dia menangis dulu.

"Jangan menonton ulang sebuah adegan menyenangkan dalam sebuah film yang kamu jelas-jelas tahu akhir ceritanya menyedihkan. Kamu hanya akan semakin sedih, dasar bodoh."

Beberapa saat kemudian, hujan sudah mulai reda. Dengan air mata yang masih belum bisa berhenti,dia kembali bergumam, "Aku berharap, ketika hujan berhenti, air mataku juga akan berhenti."

1028 words

Ini sebenarnya dikit aja unsur natalnya, tp pengen buat oneshoot lagi buat natal.

Oneshoot ini terinspirasi dari lagu 'Rainy Day' by Dreamcatcher. Sekali denger lgsg jatuh cinta author ama nih lagu.

LIRIKNYA BIKIN AUTHOR GALAU PDHL GAADA ORG BUAT DIGALAUIN 😢😢😢

Klo blm pernah denger lagunya, coba denger dehh

12/24/2022

Shiguang Dailiren Fanfict (Cheng Xiaoshi x Lu Guang) ✅Where stories live. Discover now