Ineffable-07

4.9K 508 14
                                    


"Bagaimana dengan penelitian yang kita lakukan? Sudah ada kemajuan?" Seseorang berjubah hitam tanya kepada setiap orang yang berada di depannya.

Tak lupa dengan satu Laptop di atas meja yang langsung menghubungkan setiap bawahannya yang sedang menjalankan misi.

Salah satu seorang paruh baya berjubah putih mengangkat tangannya, "Maaf sebelumnya Tuan, penelitian yang kita lakukan hampir bisa di katakan sukses. Hanya saja, kita masih membutuhkan beberapa manusia untuk dijadikan bahan percobaan." Ujarnya memberi tau.

Tuan mengetuk-ngetuk jari telunjuknya, matanya dengan warna merah dan hitam itu menatap datar para bawahannya.

"Two dan seven ambil beberapa manusia yang dibutuhkan di panti jompo milik kita,  selebihnya tetap pada misi yang diberikan" Ucapannya membuat seluruh orang yang berada disana mengangguk tanpa membantah.

Tuan berjubah hitam itu berjalan mendekati Laptop, "Dengar Five. Misi mu hanyalah mengawasi anak itu, tidak lebih. Jangan membuatnya curiga dan bersikaplah sebagai seorang manusia berhati lembut. Jangan biarkan anak itu terluka sedikitpun, kau tentu tau hukuman apa yang akan ku berikan padamu jika kau menggagalkan misi ini"

"Baik tuan"

"Rapat selesai, selamat bekerja"

INEFFABLE

"Baik tuan"

"Bunda? Bunda ngapain disini? Pelanggan udah ngantri bund dari tadi" Vazia menatap bundanya yang seperti orang yang ketahuan berbuat salah.

"Bun? Bunda gapapa?"

Ziana menggeleng pelan, tangannya membelai wajah anaknya lembut, "bunda gapapa nak, ayok ke depan. Katanya para pelanggan udah antri" Ziana menarik lengan Vazia halus.

Vazia hanya mengangguk mengikuti sang bunda, benar saja sesampainya disana para pelanggan telah mengantri di depan kasir.

Ziana membungkuk kan sedikit tubuhnya meminta maaf, setelah melayani kembali para pelanggan. Sedangkan Vazia kembali membantu membawakan makanan milik pelanggan.

"Waters" (Gini gak sih nulisnya?)

Vazia menoleh mendapati kumpulan remaja yang menjadi teman sekelasnya.

"Selamat sore, ada yang bisa dibantu? " Tanya Vazia berusaha sesopan mungkin. Jelas di meja itu terdapat banyak makanan jadi untuk apa mereka memanggil dirinya?

Riel salah satu remaja yang berada di sana tersenyum manis, "selamat sore juga kak, kita mau nambah minuman Coffee latte 4" Ujarnya berusaha menahan tawa.

Vazia menunjukkan senyum 'termanis dan 'teramahnya', "baik, ditunggu sebentar yah dek! Coffee latte nya bakalan datang 4 jam lagi" Setelahnya Vazia melangkah ke arah dapur tanpa menunggu balasan dari kumpulan remaja gila itu.

"Kocak bener muka Vazia" Ucap Riel. Bibirnya melengkung menahan tawa. Sedangkan yang lain menatao malas Riel. Padahal mereka sering berkunjung di cafe milik Ziana, dan sering juga Riel berprilaku seperti tadi.

"Lo kalo dia balas dendam di sekolah mampus Lo Riel" Kata Nathan menuding.

"Gak bakal. Vazia tau mana yang urusan pribadi mana yang urusan sekolah"

∆INEFFABLE∆

"Dariel telat masuk kelas, hukuman membantu piket kelas selama seminggu" Vazia, gadis remaja itu memandang datar Riel yang membuka mulutnya lebar-lebar, tatapan tak percaya Riel layangkan pada gadis remaja di depannya.

IneffableDove le storie prendono vita. Scoprilo ora