INEFFABLE-11

2.8K 269 12
                                    

UHUUUU!

Kepulangan Vazia dari Academy disambut tatapan datar dari Ziana. Paruh baya cantik itu bersedekap dada, tak lupa wajah dan tatapannya yang datar.

"Kamu membolos? " Tanya Ziana, tanpa bergerak seinci pun dari tegaknya.

"Ya"

"Kenapa membolos?" Ziana bertanya lagi, kali ini raut wajahnya terlihat sama sekali tidak menyenangkan.

"Ada urusan pribadi. Bunda gak perlu tau, Vazia bisa jaga diri Vazia sendiri"

"Udah yah bun? Nanti aja ngobrolnya. Vazia capek pengen istirahat" Lanjutnya, yang tanpa menunggu jawaban Ziana, langsung melangkah menuju kamarnya.

Samar Vazia mendengar, Ziana berucap lirih.

"Jangan mencari terlalu jauh Vazia"

Entahlah, semenjak mengetahui siapa Ziana yang kini bersamanya, Vazia merasa kecewa. Vazia pikir walau ia tau Ziana yang kini bersamanya bukanlah Ziana yang asli, Vazia tidak akan merasa sekecewa ini.

Lagi pula kenapa Vazia harus kecewa? Bukankah seharusnya Vazia marah? Vazia mempunyai hak untuk marah bukan? Lalu kenapa dirinya merasa kecewa bukannya marah? Katakan apa yang salah sebenarnya?

Bruk

Huuh

Vazia menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang, serata menghela nafas berat. Setelah dirinya pikir-pikir lagi, bukankah hidupnya terlalu mendrama?

Dimulai dari, sang bunda yang dibunuh secara mengerikan.

Dirinya yang tak Terima akan kepergian sang bunda mulai menghayal di dalam pikirannya sendiri. Membangun segala hal yang dirinya sebut 'dunia' nyata.

Berakhir dengan dirinya yang membunuh sang ayah karena, ayahnya membunuh sang bunda.

Bunuh diri.

Terlempar di dunia yang di sebutnya dunia 'novel'.

Kebenaran tentang tubuh ini yang ternyata tubuh asli miliknya.

Dirinya yang telah merasakan tinggi akan kebahagian karena bisa bertemu kembali dengan Ziana, dibuat jatuh sejatuh-jatuhnya dengan kebenaran Ziana bukanlah Ziana yang asli.

Kematian Ziana yang tragis.

Sosok berjubah hitam.

Academy, Agent, bunda nya yang seorang Agent, dan kini dirinya yang memasuki Agent Academy.

Apa semua itu nyata? Atau kini dirinya kembali berhalusinasi, dengan dirinya yang sebagai tokoh utama?

Vazia mulai bingung dengan kehidupannya sendiri. Mana yang nyata, dan mana yang ilusi.

Rasanya Vazia mulai merasa hampa.

Kehampaan yang selalu bersarang di hatinya kini menyebar di seluruh tubuhnya. Vazia mulai merasa jika dirinya sangatlah tidak berguna.

Hiks

Tanpa sadar satu isakan kecil lolos dari bibirnya. Kehampaan yang dirasakannya benar-benar membuat Vazia lelah.

Tak bisakah dirinya hidup seperti manusia normal pada umumnya?

Kenapa dirinya harus menanggung permasalahan sebesar ini?

Hiks

Hiks

Menelungkupkan tubuhnya, Vazia membekam isakannya menggunakan Bantal.

Vazia hanya ingin menangis.

INEFFABLE

Malam hari yang nampak tenang, dihempaskan jauh-jauh dengan keadaan mencekam di sebuah gang gelap.

IneffableWhere stories live. Discover now