Chapter 06

238 48 7
                                    

Ini adalah pertama kalinya aku ⏤bukan putri mahkota⏤ mendatangi istana ibu suri. Kalau kediaman putra mahkota merupakan bagian dari Donggung yang berada di istana selatan, Jagyeongjeon ⏤kediaman ibu suri⏤ menjadi bagian dari istana utama yang berdekatan dengan milik raja dan permaisuri. Sama dengan istana putra mahkota, arsitektur bangunan ini juga tak kalah cantik. Anggap saja pendirianku goyah, tapi andaikan aku membawa kamera, sudah kuabadikan sudut-sudut istana ini.

Meskipun ibu suri yang mengundangku, aku tetap diminta menunggu sampai ibu suri menghabiskan makan paginya.

"Apakah Anda beristirahat dengan baik semalam?" sapaku setelah memberi hormat padanya.

Wanita berusia senja itu meresponku dengan baik. "Ya, aku menghabiskan malamku dengan baik."

"Bagaimana denganmu? Apakah kau sering kesulitan tidur di istana?" tanyanya di luar dugaan.

"Tidak, Daebi Mama*. Donggung adalah tempat yang tenang dan nyaman untuk ditinggali."

"Benarkah?"

Aku mengangguk untuk meyakinkan argumenku.

"Lantas, mengapa putri mahkota meninggalkan istana tengah malam?"

"Saya?"

"Kupikir kau sudah menyelesaikan pendidikanmu akan aturan istana, termasuk tata cara keluar masuk istana. Tapi, melihat sikapmu, sepertinya kau masih belum paham," ucap ibu suri dengan tenang, tapi menusuk.

Tiba-tiba pikiranku kosong, ibu suri benar-benar mengintimidasi dan membuatku panik. Padahal, ayahku sudah memasukkanku diam-diam ⏤ ke istana ⏤ melalui pintu rahasia. Pustakawan istana pun bersedia berbohong untukku.

Satu-satunya keluarga kerajaan yang tahu kejadian ini adalah permaisuri. Itu saja karena aku harus meyakinkannya kalau nyawa putra mahkota terancam. Ya, setelah kembali ke istana, aku langsung mendatangi kediaman permaisuri untuk meminta bantuan. Aku yakin, satu-satunya orang yang tidak mungkin mencelakakan pangeran mahkota adalah ibunya sendiri. Awalnya, permaisuri meragukan permohonanku, sampai akhirnya aku bercerita kalau aku menyamar dan pergi ke perbatasan untuk memeriksa sesuatu. Permaisuri menghargai privasiku untuk tidak bertanya lebih lanjut, tapi ia sendiri berpesan agar aku tak melangkah sendiri jika menemukan sesuatu yang janggal. Nyawaku akan jadi taruhannya.

"Apa yang kau lakukan di luar malam itu?"

"Saya merindukan orang tua saya."

"Kaupikir aku percaya?"

Ibu suri bukan sosok yang mudah dikelabuhi ternyata dan aku harus memutar otak. "Maafkan kalau saya lancang, Daebi Mama*. Tapi saya memang merindukan keluarga saya karena rasa kesepian saya tinggal di istana."

Ibu suri mendengus kesal, "Atau, jangan-jangan kau memesan pembunuh bayaran karena rasa kecewamu pada putra mahkota?"

"Daebi Mama, saya tidak mungkin tega pada suami saya sendiri."

"Aku tahu kalau sikap putra mahkota padamu sangat dingin. Bahkan kalian tak kembali ke istana ⏤dari Jeju⏤ bersama-sama. Lagi pula, kau tetap orang asing putri mahkota, tidak ada alasan untukmu selalu berpihak pada cucuku, kan?"

"Saya selalu ada di pihak Anda dan putra mahkota."

"Kalau aku dan putra mahkota ada di pihak yang berbeda, bagaimana?"

"Daebi Mama ...."

Wanita itu tersenyum anggun. "Jawabannya adalah berdiri di pihakku, Bin-gung Mama. Kau harus ingat, siapa yang mewujudkan mimpimu untuk menjadi calon wanita nomor satu di Joseon."

"..."

"Bin-gung Mama, aku selalu mengawasimu. Jangan berani untuk beralih pada ⏤sekutu⏤ yang lain! Jika kau ketahuan memihak permaisuri, aku tidak segan untuk mengungkap kesalahanmu. Mengerti?"

Oh, my god! Sudah kuduga, cepat atau lambat, aku akan bertemu dengan villain dari kehidupan putri mahkota. Tokoh antagonisnya tidak lain dan tidak bukan adalah nenek dari suaminya sendiri. Terlepas, ibu suri berjasa menjadikan putri mahkota di tempatnya sekarang. Hufth. Pantas saja Duri mengatakan kalau ibu suri adalah orang yang paling murka ketika putra mahkota meninggalkan putri mahkota setelah menikah, tapi juga menentang prosesi consummation dilakukan di rumah peristirahatan di Jeju. Benar-benar wanita bermuka dua!

***

Sebelum kembali mengunjungi putra mahkota, aku dan Duri beristirahat di kediamanku karena tubuhku yang lemas. Sepertinya, ini pengaruh dari kondisi kesehatan putri mahkota yang kurang baik. Sementara itu, Duri tak berhenti mengomel setelah mendengar ceritaku tentang ibu suri.

"Bin-gung Mama sudah berjuang sangat keras untuk ada di posisi ini. Bahkan sebelum putri-putri bangsawan lain berusaha menjadi pendamping putra mahkota. Saya harap, ibu suri tak mengacaukan hubungan Mama dan Joeha," cerocos Duri, "saya benar-benar terharu ketika Mama mewujudkan keinginan Mama untuk menikah dengan pria yang Mama cintai. Ketulusan cinta Mama sungguh tidak pantas jika diuji dengan konflik kepentingan anggota kerajaan."

Aku menggaruk tengkukku yang tak gatal. Pernyataan ibu suri dan Duri bertolak belakang. Apakah putri mahkota menikah karena alasan kekuasaan? Atau, memang seperti cerita Duri?

Sejujurnya, aku lebih memilih alasan pertama karena alasan kedua sangat menyakitkan. Putri mahkota terlalu berharga untuk mengorbankan kebebasannya demi orang yang tak mencintai dan tak menghargainya. Di dunia modern ataupun Joseon, aku sangat membenci cinta bertepuk sebelah tangan. Kalau ini dunia modern, bisa saja aku menyuarakan melajang seumur hidup lebih baik.

"Mama⏤," ucap Duri mengacaukan lamunanku, " ⏤saya dengar dari dayang kediaman putra mahkota kalau kita tidak boleh mengunjungi putra mahkota lagi hari ini."

"Karena?"

Duri menunduk dalam. Sepertinya dia enggan untuk bicara, tapi aku tak bisa mengabaikan rasa penasaranku.

"Apa kondisi putra mahkota memburuk?"

"Hmmm.... Rumor terkait kondisi putra mahkota sudah menyebar di istana. Beberapa selir raja curiga kalau pangeran kerasukan arwah jahat selama kehilangan kesadarannya di perjalanan. Ibu suri pun mendatangkan shaman untuk mengeluarkan arwah jahat itu dan membentengi istana putra mahkota."

Aku memijat pelipisku sendiri dan bergumam, "Arwah jahat? Tidak masuk akal. Selir istana juga tidak ada bedanya dengan dayang biang gosip. Mereka memang sebelas dua belas dengan netizen di era modern."

"Ne-ti–"

Aku tak menggubris Duri yang mencoba mengeja kata-kataku barusan. Mengingat kejadian pagi tadi, aku yakin kalau kejadian ini mirip dengan yang kualami dua minggu lalu. Pertanyaannya, apa benar dugaanku kalau ia adalah salah satu wisatawan perjalananku? Bagaimana bisa ia juga masuk ke dunia ini? Aku harus menemuinya segera.

"Duri, abaikan saja larangan itu. Aku akan mendatangi putra mahkota diam-diam."
***
Catatan kaki:
Daebi Mama: Ibu Suri

Guys, sorry kalo ada typo yang bertebaran

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Guys, sorry kalo ada typo yang bertebaran. Mumpung belum kembali bertugas, aku kejarin dulu update-annya. Kindly info kalo nemu yang aneh, ya.

Hope you enjoy :)

The Summer EscapeWhere stories live. Discover now