Chapter 13

146 30 12
                                    

Kehidupan seorang Moon Sangmin yang harus internship di rumah sakit sampai weekend ataupun berlatih kumdo seharian memang melelahkan. Tapi, itu semua tak ada apa-apanya dibanding beban pikiran dan sederet masalah yang harus dipecahkan putra mahkota, setelah dianggap sehat. Tepat ketika mendapatkan bukti dari Tabib Kwon, aku berencana untuk lebih fokus dalam investigasi. Tak disangka, ada saja undangan diskusi tak terencana dengan para pejabat. Hal itu jauh lebih menguras tenaga dan emosi. Berbeda dengan diskusi bersama cendekiawan, pejabat-pejabat Joseon terlalu sering membahas hal tak penting hanya untuk menunjukkan kekuasaannya dan mengeruk keuntungan lebih banyak dari negara kecil ini.

Bahkan, kalau kuingat-ingat. Sepertinya beberapa hari ini aku tidak sempat bertemu bocah itu. Maksudku, Yeju.

Dengan sederet tugas yang menanti, aku sadar, tak banyak waktu untuk berleha-leha. Jadi, ketika Kasim Cho mengatakan tak ada kelas di Sigangwon siang ini, kuputuskan untuk bergegas mendatangi pusat pelayanan kesehatan istana. Siapapun tabib yang bertugas, aku harus segera mengajaknya berdiskusi akan resep yang diberikan Tabib Kwon. Semua harus diselesaikan satu per satu.

"Kau tahu siapa yang menuliskan benda ini?" tanyaku seraya menyodorkan resep yang Tabib Kwon berikan sebelumnya.

"Hmm... Saya rasa, resep herbal ini tak berasal dari istana, saya yakin seseorang membawanya masuk, Seja Joeha."

Aku tahu itu. Pertanyaan tadi adalah sebuah verifikasi kalau tabib ini layak untuk menjadi tangan kananku untuk mengungkap kasus ini.

"Maaf, apakah ini resep—"

"Mendiang putra mahkota," potongku segera, "pernah melihat benda ini sebelumnya?"

Pria yang bisa jadi berusia 10 tahun lebih tua dariku itu mengangguk. "Kalau mungkin Anda lupa, simplisia yang diperkarakan dibawa oleh putri mahkota terdahulu, termasuk dalam resep ini."

"Maksudmu baibu*?" tanyaku mengintrogasi.

"Benar, Seja Joeha."

"Dengan kata lain, ini adalah ramuan yang dikonsumsi mendiang putra mahkota setiap harinya?"

Kening pria itu mengernyit. "Saya rasa bukan setiap harinya. Untuk penyakit putra mahkota, tim medis istana mengembangkan ramuan dengan bahan dasar ginseng dengan tambahan jojoba, dan tumbuhan lain dari formularium istana yang kami lakukan uji coba terlebih dahulu."

"Lalu..."

"Maaf kalau saya lancang. Tapi, ketika mendiang putra mahkota pernah pingsan tiba-tiba, untuk memulihkan kesadarannya Tabib Kwon meracik sendiri obatnya tanpa sepengetahuan kami," koreksi pria yang kusadari disebut sebagai Tabib Lee dari buku catatannya.

"Jadi, ada potensi ramuan ini dikonsumsi tanpa sepengetahuan tim tabib istana. Benar?"

Ia tak segera mengiyakan. "Saya pikir, kita hanya bisa tahu dengan mempelajari rekam medis dan jurnal harian mendiang, jika memang —putra mahkota— senang menulis."

"Jadi, kau sendiri tidak yakin semua sudah tercantum di sini?" tanyaku seraya mengangkat segepok dokumen tebal.

Pria itu mendelik. Namun, tak lama ekspresinya kembali tenang. "Benar, Seja Joeha."

Bullshit! Tabib Kwon memang tidak bisa dipercaya. Masih ada tumbuhan lain yang putri mahkota sebutkan dan tidak ada di dalam— rekam medis. Kalau herba yang dikonsumsi putra mahkota saja tidak tertulis lengkap, bagaimana dengan tindakan medis yang dituliskan?

"Tabib Lee, aku akan minta kasim untuk menyiapkan ruang penelitian. Setelah itu, tolong datangkan 500 mencit untuk disimpan di sana. Kita perlu melakukan pengamatan terhadap pengaruh dari infusa baibu dalam resep ini. Aku minta kau mengikuti rasio jumlah yang ada dalam resep itu."

The Summer EscapeWhere stories live. Discover now