BAB 04 ;; Sakit dan Bahagia.

1.3K 92 2
                                    

SELAMAT MEMBACA🐱

*****

"Ngapain lo ngikutin gue?"

Dahinya mengernyit serta badannya kini menghadap sepenuhnya kearah gadis didepannya itu.

"Dih, siapa juga yang ngikutin lo. Gue tuh mau ngomong sesuatu sama Jey. Lo nya aja yang kepedean,"

Jiyyan menatap julid kepada Reliya, bukannya kepedean tetapi tumben-tumbenan gadis itu mau mampir kerumahnya. Biasanya, juga sehabis mengantar Jiyyan pulang gadis itu langsung pulang juga. Hm... ada yang aneh.

Laki-laki itu akhirnya mengangguk, lalu menggiring Reliya masuk kedalam rumahnya.

"Haha, kamu bisa aja, deh."

"Tapi beneran, loh, tante cantik banget."

"Makasih ya, sayang."

Keduanya -Jiyyan dan Reliya- mematung saat melihat pemandangan langka didepannya. Melihat interaksi mereka rasanya hati Jiyyan dihantam batu yang besar. Ya, Jiyyan sedang menyaksikan adegan yang menurutnya sangat langka. Melihat Bunda Sera bisa tertawa seperti tidak ada masalah apapun. Serta... Jeyfano yang tersenyum lembut.

"Eh, Reliya. Kamu dateng, Nak?" Tanya Bunda Sera saat menyadari kehadiran keduanya, ah ralat, Buda Sera hanya menganggap Reliya saja. Jiyyan? Dia bagai angin lewat, tidak kelihatan. Namun, masih bisa dirasakan, entah orang itu merasakannya atau tidak. Tergantung.

Reliya tersenyum canggung seraya mengangguk. Jeyfano dan gadis itu -Feriska- melihat kearah pintu utama.

"Itu siapa?" Tanya Feriska.

"Oh, itu Reliya, sepupunya Jey." Sahut Bunda Sera.

Feriska mengangguk mengerti, "em, terus yang disampingnya itu siapa?" Tanyanya lagi.

Terlihat dari raut Bunda Sera yang tidak mengenakan, lantas Jeyfano yang menjawab pertanyaan gadis itu.

"Dia orang asing yang tiba-tiba dateng ke kehidupan kita." Desis Jeyfano, ia menatap tajam kearah Jiyyan yang membeku akibat perkataannya itu.

"Maksudnya?" Feriska tak paham.

"Gak, lupain aja."

Sedangkan Reliya, ia melirik Jiyyan dengan raut sendu. Pasti hatinya sangat sakit, karena perkataan Jeyfano. Dapat dilihatnya mata Jiyyan yang memerah akibat menahan tangis. Bagaimana bisa, ia dianggap orang asing yang masuk kedalam kehidupan mereka? Jiyyan masih termasuk keluarga ini, kan.

"Kak, gue ke kamar dulu. Lo kalo mau ngomong sama Bang Jey, silahkan." Ucap Jiyyan lalu berjalan meninggalkan semua yang diruang tamu dengan langkah yang lebar

Reliya menatap tajam kearah Jeyfano yang memanglingkan wajahnya kesembarang arah. Gadis itu tak habis pikir dengan sepupunya yang sudah kelewat batas. Ia kecewa.

"Bangsat lo, Jey." Katanya lalu menyusul Jiyyan yang mungkin sudah sampai kekamarnya.

Feriska bingung dengan keadaan ini. Mau bertanya tapi tidak enak, pasti itu privasi. Sedangkan, Bunda Sera juga tak beda dengan Jeyfano. Mendadak perasaanya menjadi gelisah dan takut akan sesuatu.

We're (NOT) BrotherWhere stories live. Discover now