BAB 12 ;; Salah Paham.

1K 70 11
                                    

SELAMAT MEMBACA🐱

*****

Janji itu harus ditepati, kan? Bukan malah mengingkarinya.

Ya, Jiyyan sudah berjanji kepada Reliya, bahwa dia akan tetap di rumah sakit dan tidak akan kabur ataupun melakukan tindakan yang dapat mencelakai Jiyyan. Tetapi, sepertinya Jiyyan mengingkari janjinya dengan Kakak sepupu yang tak lain adalah Reliya.

Buktinya sekarang Jiyyan berada di depan rumahnya sendiri, dengan baju rumah sakit yang masih melekat ditubuh laki-laki itu dan tanpa alas kaki. Sudah berapa hari Jiyyan tidak menginjakan kakinya dirumah? Ah, tapi apakah masih layak untuk disebut rumah oleh Jiyyan? Ia rasa masih. Karena orang tersayangnya ada didalam sana.

Kaki Jiyyan melangkah menuju pintu utama rumah. Tanpa mengetuk atau memencet bel, Jiyyan langsung membuka pintu tersebut yang memang tidak terkunci. Ia hirup dalam-dalam aroma rumah yang khas itu, kemudian tersenyum, dia rindu rumahnya.

"Sepi banget. Apa Bunda lagi pergi? Tapi gak mungkin." Gumam laki-laki itu saat tersadar jika rumah sangat sepi saat ini.

Prang!

Jiyyan terkejut saat mendengar pecahan beling yang sepertinya dari lantai atas. Serta seperti ada orang yang... marah?

Tanpa berlama-lama lagi, kaki Jiyyan melangkah sedikit cepat menuju lantai dua. Lebih tepatnya menuju kamar Bunda Sera, karena Jiyyan rasa suara itu berasal dari sana. Jiyyan membuka pintu kamar dengan tidak sabaran, dengan napas memburu Jiyyan terkejut saat melihat pemandangan didepannya itu.

Dengan Bunda Sera yang sedang berada dilantai sambil memunguti pecahan beling, serta Feriska sedang berdiri sambil bersedekap dada menatap Jiyyan malas.

"Bunda?!" Pekik Jiyyan, kemudian berlari menuju Bunda Sera yang sama terkejutnya dengannya.

"Bunda... kok, bisa gini?" Ujar Jiyyan dengan lembutnya.

Bukannya menjawab, Bunda Sera malah melempar pecahan beling yang berada ditangannya seraya berteriak kencang serta mundur sampai punggung Bunda Sera terbentur nakas. Hal itu membuat Jiyyan terkejut bukan main.

"KENAPA KAMU KEMBALI?!" Teriak Bunda Sera, sangat nyaring.

"B-Bunda..."

"Saya sudah pernah mengatakan, kalo saya gak sudi dipanggil Bunda oleh kamu!" Desis Bunda Sera.

Feriska diam-diam menyunggingkan senyuman. Seakan ada pertunjukan yang seru didepannya. Ia bisa membuat Jiyyan menjadi pelaku disini, kan? Feriska akan mengadu hal ini kepada Jeyfano, karena laki-laki itu percaya dengannya, tidak dengan Jiyyan.

Jiyyan berdiri, menatap tajam Feriska yang berada disampingnya, agak jauh.

"Pasti lo, kan, yang udah bikin Bunda menderita?! Dari dulu gue udah ada feeling sih kalo lo bakal ngelakuin hal yang jahat ke Bunda. Dan itu bener." Jiyyan tertawa sarkas.

"Kalo iya kenapa? Kamu bakal ngadu ke Jey?" Gadis itu tertawa meremehkan, kemudian mendekat kearah Jiyyan, "Jey gak akan percaya sama apa yang kamu bilang, dia akan lebih percaya sama aku dibanding kamu." Katanya sedikit berbisik.

"Lo kenapa lakuin ini, sih?! Bunda ada salah apa sama lo?!" Geram Jiyyan, lalu dia melirik Bunda Sera yang sedang tertawa cekikikan lalu melengkungkan bibirnya, seakan sedih. Sungguh, melihat Bundanya yang seperti itu membuat Jiyyan merasa gagal melindungi wanita yang ia sayangi.

We're (NOT) BrotherWhere stories live. Discover now