BAB 11 ;; Jangan Mudah Percaya.

1.4K 85 4
                                    

SELAMAT MEMBACA🐱

*****

"Jiyyan, gue mohon sama lo, jangan lukai diri lo lagi, ya."

Perkataan Reliya barusan membuat Jiyyan menundukan kepalanya. Ia tidak berani menatap Reliya saat ini. Bukannya takut, tetapi Jiyyan hanya merasa bersalah. Gadis itu tadi sempat melihat Jiyyan melukai dirinya lagi, namun lebih parah. Sempat di perban dibagian lengan kiri Jiyyan oleh dokter tadi.

Ngomong-ngomong, Reliya tidak masuk sekolah. Ya, karena Jiyyan melakukan selfharm lagi yang menharuskan Reliya mengawasi Jiyyan selalu. Gadis itu takut jika Jiyyan akan melakukannya lagi saat dirinya tidak ada. Mana suster datang hanya untuk memberikan makanan, setelah itu pergi. Jiyyan tidak mungkin mau mengatakan bahwa dia melakukan hal berbahaya itu. Mana mungkin.

Untung memang seminggu ini hanya diabsen saja. Karena para guru sedang membuat soal untuk ulangan nanti. Jadi Reliya tidak akan ketinggalan pelajaran.

"Lo denger gue, gak?" Reliya mencoba menyadarkan Jiyyan yang ternyata melamun.

Laki-laki itu mengangguk. Reliya menghela napasnya berat, dia khawatir dengan sepupunya itu. 

"Kak Rel, mau ketemu Bang Jey, boleh?" Celetuk Jiyyan tiba-tiba, kepalanya mendongak mencoba menatap Reliya.

Reliya mencoba mendekati Jiyyan, dia mengusap rambut Jiyyan yang sudah lumayan panjang kebelakang. Hanya permintaan kecil, tetapi Reliya tidak yakin bisa atau tidak untuk mengabulkan permintaan Jiyyan yang satu ini. Masalahnya juga Reliya belum melihat Jeyfano di sekolah ataupun diluar sekolah sejak kemarin. Mungkinkah laki-laki itu membolos? Mungkin saja, Jeyfano adalah tipe murid yang seperti itu, suka membolos. Tetapi, entah kenapa dia pintar.

Jiyyan mengibaskan tangannya didepan wajah Reliya, mencoba menyadarkan gadis itu yang melamun.

"H-hah? Kenapa?" Beo Reliya.

"Kak Rel, lo gak dengerin gue tadi?" Jiyyan mencibikan bibirnya, yang mana membuat Reliya gemas dan langsung dia tarik sampai maju beberapa senti. Hal itu membuat sang empu protes dan merajuk.

"Sorry, soryy, ntar gue beliin susu stroberi kesukaan lo, deh. Gimana?" Bujuk Reliya.

Setidaknya bisa mengalihkan pikiran Jiyyan yang ingin bertemu Jeyfano.

"Oke. Lima. Gak boleh protes." Sahut Jiyyan yang mengudang gelak tawa Reliya.

"Iya, iya, nanti gue beliin."

Tok. Tok. Tok.

Keduanya menoleh kearah pintu hampir bersamaan. Reliya mengernyitkan dahinya, siapa yang berkunjung? 

Pintu terbuka, menampilkan kepala seorang laki-laki kemudian disusul badannya. Dengan seragam yang masih melekat ditubuh laki-laki itu, dia sepenuhnya masuk. Sambil membawa sedikit buah tangan, laki-laki itu mendekati keduanya dengan raut datar namun hatinya; kejedarkejedor. Sedangkan Reliya hanya menatapnya tidak percaya bahwa dia akan mengunjungi Jiyyan saat ini. Bukannya masih waktu sekolah, ya.

Sedangkan Jiyyan, ia masih bergeming. Ia tahu dia, karena satu geng dengan Jeyfano.

"Hehe..." tawanya terdengar hambar.

We're (NOT) BrotherWhere stories live. Discover now