BAB 17 ;; Bunda Telah Pergi.

1K 61 3
                                    

SELAMAT MEMBACA🐱

"Bunda adalah wanita hebat yang pernah Jiyyan temuin. Bunda itu cantik, Bunda baik, Bunda itu sebenernya lemah lembut. Jiyyan tau itu. Semoga tenang, Bundaku sayang."

-JIYYAN ASMARALOKA-

*****

Jiyyan sebenarnya ragu-ragu ingin melangkahkan kakinya. Tangannya sudah gemetar serta pelipisnya sudah berkeringat, saking gugup dan takut. Tapi, jujur saja ia rindu dengan Bunda Sera, dia ingin melihat wajah wanita yang sudah membiarkannya hidup walaupun tidak tenang.

"Bang Jey, ini gak papa?" Tanya nya memastikan.

Ya, Jeyfano membawa Jiyyan pulang. Tujuannya agar Bunda Sera meminta maaf kepada Jiyyan, karena setiap malam Bunda Sera selalu menangis dan bergumam maaf. Sekarang, dua anak adam yang bersaudara itu sedang berada diruang tengah. Jiyyan masih takut bertemu Bunda Sera, ia juga awalnya menolak tidak ingin pulang. Namun, Jeyfano memohon sampai berlutut yang membuat Jiyyan menyetujuinya.

Jeyfano yang berada di tiga langkah didepan Jiyyan pun tersenyum lembut. Kemudian ia mendekati adiknya, hal itu membuat Jiyyan was-was. Jujur Jiyyan masih takut kepada Jeyfano, namun Abangnya itu selalu ada cara untuk meyakinkannya.

"Jiyyan, dengerin gue. Lo gak perlu takut, Bunda gak bakal lukai Jiyyan lagi. Kalo Bunda sampe lukai Jiyyan, Abang bakal jadi pelindung Jiyyan, oke?" Kata Jeyfano, tangannya terangkat untuk bisa mengusap surai adiknya, namun respon Jiyyan reflek menepisnya sedikit kasar.

Jeyfano hanya tersenyum, ia paham itu. Jiyyan hanya menatap mata Jeyfano dengan netra yang bergetar. Tidak ada pancaran kebohongan dari mata Jeyfano, menandakan laki-laki itu jujur sepenuhnya.

"Beneran?" Jiyyan memastikan.

"Iya, Abang janji. Gak ada yang boleh lukai Jiyyan barang sedikitpun." Sahut Jeyfano.

Mendengar hal itu, Jiyyan mengangguk dengan mantap. Kemudian laki-laki itu mengikuti dibelakang Jeyfano, dengan tangan yang memilin ujung baju milik Abangnya. Jeyfano paham akan hal itu, ia pun tak mempermasalahkannya.

Sampai di lantai dua, lebih tepatnya didepan kamar Bunda Sera yang sedikit terbuka menampilkan isian dalam kamar yang berwarna kuning, kedua anak adam tersebut pun masuk. Dengan Jeyfano yang mengetuk pintu pelan.

"Bunda?" Panggilnya, mencari wanita kesayangannya.

Ceklek.

Pintu kamar mandi terbuka menampilkan sosok yang mereka cari, Bunda Sera.

"Maaf Jey, Bunda tad-" ucapan Bunda Sera terpotong kala menyadari anak sulungnya tidak sendiri.

"Jiyyan..." lirihnya.

Kemudian mendekati Jiyyan yang mematung, rasanya bertemu kembali dengan Bundanya itu adalah hal yang terindah yang pernah Jiyyan alami di dunia. Air mata laki-laki itupun menggenah di pelupuk matanya dan siap terjun.

Tamgisan Bunda Sera pecah saat didepan Jiyyan, lalu berlutut. "J-Jiyyan maafin Bunda, Bunda nyesel, Jiyyan." Racaunya.

Jiyyan yang tidak tega pun mencoba membangunkan Bunda Sera, dibantu juga oleh Jeyfano.

"Bunda jangan kayak gini... Bunda gak perlu minta-"

"Gak! Bunda udah nyelakai Jiyyan kan, harusnya Bunda gak pantes dimaafin."

We're (NOT) BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang