BAB 16 ;; Memaafkan?

1.1K 84 12
                                    

SELAMAT MEMBACA🐱

*****

Lelaki pemilik mata kucing tersebut mulai memasuki gerbang sekolah dengan perasaan yang khawatir. Walaupun begitu, dia ingin tetap berjalan tanpa mempedulikan tatapan aneh dari seluruh siswa yang berlalu-lalang. Sebenarnya, Reliya sudah menyuruh Jiyyan agar istirahat terlebih dahulu. Namun Jiyyan kekeh ingin berangkat sekolah saja.


Katanya, dia sudah lama tidak berangkat. Sudah banyak mata pelajaran yang tertinggal, ditambah lagi ia akan melaksanakan ulangan. Jadi, Jiyyan tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan sebelum ulangan.

Dengan tangan yang menggenggam erat tasnya, Jiyyan masuk dengan perasaan takut. Tetapi ia tetap mencobanya.

"Ouh, setelah sekian lama, akhirnya mainan kita berangkat. Dari mana aja lo? Mulung?"

Baju saja Jiyyan masuk beberapa langkah, tapi sudah ada murid laki-laki yang berkata seperti itu. Jiyyan hanya menunduk, kemudian melangkah menuju kursinya yang berada di barisan ketiga.

Murid laki-laki yang bernametag Andrian itu mendekati Jiyyan. Lalu duduk dimeja. "Gue tanya, anjing. Lo bisu apa emang gak bisa denger?" Katanya sambil menoyor kepala Jiyyan sepenuh tenaga.

Jiyyan hanya diam. Ia tak tahu harus merespon bagaimana, yang ada jika diladenin bakal melunjak.

Andrian mencengkram erat rahang Jiyyan, sampai empunya meringis. Membuat Jiyyan mau tak mau harus menatap Andrian yang memiliki wajah sengong.

"Kalo gue tanya tuh dijawab!" Geram Andrian. Kemudian laki-laki dengan tindik dicuping tenganya itu menampar wajah Jiyyan dengan sangat kuat, Jiyyan yang belum siap siaga terjatuh tersungkur kelantai.

Bukan hal mengejutkan lagi bagi murid kelas. Mereka sebenarnya kasihan dengan Jiyyan, tapi mereka tidak mau menjadi korban bully Andrian selanjutnya. Namun, banyak juga yang merasa senang akan tindakan Andrian terhadap Jiyyan.

"Dasar bisu!"

Dug.

"Bodoh!"

Dug.

"Bisanya cuma nyusahin!"

Dug.

Sekali ngomong, sekali tendangan yang Jiyyan terima dibagian punggung maupun kepala.

"Lo itu cuma sampah masyarakat!"

BRUKH!

Bukan. Bukan Jiyyan yang ditendang, melainkan Andrian yang ditendang oleh seseorang sampai menabrak meja dan kursi. Seluruh murid di kelas tersebut pun memekik kaget, terutama gadis-gadis. Sedangkan Jiyyan menutup kepalanya, takut akan ditendang.

Andrian mencoba berdiri. "Bangsat! Siapa yang-"

Tatapan setajam elang itu mampu membuat Andrian terdiam. Disana, Jeyfano dengan tatapan amarahnya menatap Andrian dengan bengis.

"Jangan pernah gangguin adek gue lagi." Kata Jeyfano dengan penuh penekanan disetiap kata.

Bisik-bisik mulai terdengar, mereka atau lebih tepatnya seluruh murid dikelas itu bertanya-tanya; kenapa Jeyfano peduli dengan Jiyyan?

Karena setahu mereka, Jeyfano itu sangat membenci Jiyyan. Apalagi untuk memanggil Jiyyan sebagai adik, tidak pernah mereka dengar. Yang hanya mereka tahu, Jeyfano dan Jiyyan itu memang saudara tapi ada permasalahan yang mereka pun tidak tahu, hanya tahu kalau dua saudara itu saling membenci. Atau lebih tepatnya Jeyfano lah yang membenci Jiyyan.

We're (NOT) BrotherWhere stories live. Discover now