BAB 08 ;; Dia Juga Sakit.

1.3K 93 9
                                    

SELAMAT MEMBACA🐱

*****

Mata Jiyyan menerjap beberapa kali guna bisa melihat dengan lebih jelas lagi. Ia berusaha bergerak, namun saat bergerak punggungnya terasa perih. Lantas, Jiyyan memejamkan matanya sejenak lalu membuka lagi, meringis kesakitan. Jiyyan mencoba mengingat-ingat kejadian sebelum ia berada disebuah ruangan bernuasa putih ini. Tetapi, kepalanya serasa ingin pecah saat berusaha mengingatnya.

Tangannya bergerak kearah kepalanya, memijitnya agar terasa mendingan. Pikirannya bercamuk. Memikirkan siapa yang membawanya kemari, serta karena apa? Jiyyan hanya ingat bahwa ia ingin bersantai tanpa memikirkan beban apapun. Tapi-

Ceklek.

Atensinya kini beralih kearah pintu ruangan tersebut. Disana, seseorang berbalut jas berwarna putih dengan kacamata yang bertengger dihidungnya membuka pintu.

"Oh? Sudah bangun ternyata," ucap sang dokter, ia mendekat agar bisa memeriksa keadaan Jiyyan.

Jiyyan mengernyitkan dahinya, "saya sakit apa, dok?" Tanyanya dengan raut bingung.

"Loh, kamu tidak ingat apa-apa?"

"Saya gak amnesia, dok. Jawab dulu pertanyaan saya tadi, saya sakit apa? Terus, kok, punggung saya perih, ya, dok? Kaki saya juga, tadi saya gerakin sedikit perih." Kata Jiyyan.

"Boleh saya periksa dulu?"

Jiyyan mengangguk setelah dokter tersebut meminta izinya untuk diperiksa.

Saat tangan dokter itu terangkat berniat untuk membuka kancing baju rumah sakit Jiyyan, lelaki itu malah mengingat selintas seperti seseorang yang sedang memukulnya.

"Akh!" Pekiknya, napasnya tercekat saat mengingat dengan jelas apa yang beberapa jam yang lalu dialaminya.

"Jangan... maaf, Jiyyan minta maaf," lirih Jiyyan, tangannya ia satukan seperti memohon agar diampuni.

"Hey, kamu kenapa?" Tanya dokter, bingung.

Dokter itu berusaha meraih pundak Jiyyan, namun sang empu malah berteriak kencang sambil bergumam maaf dengan bibir yang bergetar. Ia mencoba menutupi dirinya dengan selimut, menarik selimut itu sampai menutupi sebagian wajahnya.

"Saya gak jahat, kok." Kata dokter itu, tapi Jiyyan masih saja tetap pada posisinya.

"Jangan! Jangan pukul, Jiyyan. Jiyyan gak salah, Jiyyan gak ngelakuin apa-apa." Lirihnya dengan sendu.

"Jiyyan, liat saya. Saya gak jahat, oke."

Dokter itu mencoba mendekati Jiyyan, tentu saja Jiyyan langsung bersingut takut. Ia menggeleng ketakutan, seolah ia akan dipukul oleh dokter itu. Namun, entah kenapa sang dokter berubah menjadi Abangnya dengan wajah benci dan tangannya seolah siap untuk memukul Jiyyan.

"Argh! Maaf! J-Jiyyan gak salah, Abang..."

Kini tubuhnya benar-benar terbalut selimut, Jiyyan takut, takut jika ia akan dipukul habis-habisan lagi oleh Jeyfano.

"Jiyyan, hey, saya gak akan lukai kamu, saya hanya ingin memeriksa kamu, Jiyyan." Ucap dokter itu dengan lembut, berusaha menenangkan Jiyyan yang ternyata sudah menangis dibalik selimut.

We're (NOT) BrotherWhere stories live. Discover now