BAB 14 ;; Kilas Balik.

1.1K 91 11
                                    

SELAMAT MEMBACA🐱

*****

"Disini, Bunda juga salah, Jey."

Jeyfano mengernyitkan dahinya. Usapan lembut yang ia berikan kepada Bunda Sera pun berhenti.

"Maksud Bunda?"

Bunda Sera menghela napasnya. "Kamu cuma tau setengah dari cerita Bunda doang, Jey. Kamu belum dengar cerita sepenuhnya dari Ayah. Tapi..."

"Tapi Ayah udah gak ada."

Bunda Sera menatap putranya yang menunduk itu dengan sendu. Putranya yang selalu merawatnya dengan penuh kelembutan serta menjaganya selalu. Dia beruntung dengan kehadiran Jeyfano, walaupun dia pernah menjatuhkan mental anaknya itu tetapi Jeyfano seperti tidak menyimpan dendam sama sekali kepadanya. Hal itu membuat Bunda Sera menyesal akan tindakannya dulu, yang mana pada saat itu Jeyfano sedang benar-benar membutuhkan dukungan dan kasih sayang dari orang tua.

Tapi ia malah membuat anaknya itu seperti tidak mendapatkan dukungan maupun kasih sayang yang cukup. Yang ada dia malah menekan Jey terus menerus agar mendapatkan nilai yang tinggi agar dia tidak malu jika sedang berkumpul dengan teman bisnisnya yang selalu membahas peringkat anak-anak mereka.

Jeyfano mengangkat wajahnya, menatap Bunda Sera yang kini tengah mengusap kepalanya dengan amat lembut.

"Jadi apa yang belum aku tau, Bun?" Tanya Jeyfano.

"Sebenarnya, Bunda yang merusak hubungan antara Ayah kamu sama Ibu kandung Jiyyan. Bunda dan Ayah itu di jodohkan sama Kakek El, dimana pas perjodohan itu berlangsung Ayah kamu masih berhubungan sama Ibunya Jiyyan."

Bunda Sera mulai cerita.

"Tapi kenapa Bunda gak tolak aja perjodohan itu?"

"Bunda penginnya kayak gitu, Jey. Tapi Kakek El terobsessi dengan saham yang akan di berikan oleh Kakek Adrian kalo perjodohan itu terlaksanakan."

.

17 tahun yang lalu...

"Ayah! Aku gak mau dijodohin!" Sentak Bunda Sera yang masih lajang itu.

"Ayah gak mau tau. Pokoknya, seminggu lagi kamu akan menikah dengan Tian." Sahut Kakek El dengan penuh penekanan.

Pria yang menjabat sebagai Ayah dari Bunda Sera pun mendekat kearah anaknya. Menepuk pundak Bunda Sera, kemudian mengusap pucuk kepalanya.

"Kali ini tolong ngertiin Ayah, ya?"

"Kapan sih aku gak ngertiin Ayah? Kapan?! Aku selalu nurutin apa kata Ayah, selalu ngertiin Ayah! Sekarang aku tanya, kapan Ayah ngertiin aku?" Tantang Bunda Sera dengan berani, walaupun dalam hati ada sedikit ketakutan. Namun dia sudah tidak sanggup lagi harus mengerti keadaan Ayahnya terus menerus. Ia juga butuh pengertian dari Kakek El.

"Makanya kali ini aja tolong ngertiin Ayah. Toh nanti kamu juga akan mendapatkan sebagian dari saham yang diberikan sama calon mertua kamu. Kurang enak apa coba? Kamu tinggal nurut sama Ayah semuanya beres."

"Aku gak butuh saham apapun dari Ayah maupun mereka! Ayah ngerti gak sih?! Aku cuma mau apa yang aku inginkan dan siapa yang aku pilih nantinya!"

"Apa kamu bilang? Gak butuh saham? Kamu masih hidup sampai sekarang saja karena mereka Sera! Ayah gak mau tau, kamu harus menikah dengan Tian minggu depan."

We're (NOT) BrotherWhere stories live. Discover now