2. Real Or Not (2)

1.8K 123 2
                                    

Lirikan para siswa siswi sepanjang koridor tertuju pada Amanda. Suasana ini sudah biasa menurut Alexa yang memang memiliki Kakak yang adalah seorang artis terkenal. Dirinya sudah tidak perlu canggung lagi karena bukan dirinya yang menjadi pusat perhatian.

Amanda sedikit lesu lantaran masih lelah karena baru selesai syuting jam 12 malam dan pagi-pagi sekali dirinya sudah harus melakukan rutinitas sekolahnya.

"Pagi, Kean!" sapa Amanda begitu melihat sosok pria tampan yang sepertinya memang sengaja bersandar berdiri di depan kelas, menunggu seseorang.

"Hai, Man!" sapa Kean. "Hai, Lexa!" kini sapaan itu tertuju pada seseorang yang berdiri di sebelah Amanda.

"Hai, Kak!"

"Mau ke kelas?"

"Iya."

"Yaudah ati-ati ya." ucap Keano. "Perlu di anter?" tawarnya.

Alexa tersenyum. Amanda langsung menggandeng lengan Keano dan mengajaknya masuk ke dalam kelas.

Alexa tersenyum lagi sambil mengamati. Pasangan sempurna menurutnya. Karena Kakaknya dan Keano mempunyai sama-sama cantik dan tampan. Tak jarang mereka berdua dijuluki perfect couple oleh siswa siswi sekolah.

"Woy, Lex!" suara itu mengejutkan lamunan Alexa. Zaidan Pratama, sahabat satu-satunya Alexandra di sekolah.

"Apa, Zai?" sahut Alexa malas.

"Lesu amat! Kenapa? Nilai aman kan?"

"Emang udah keluar?"

"Hehehe, belum! Biasanya lo cuma peduli sama nilai kan? Kak Manda mana? Lo bareng dia kan tadi?"

"Udah masuk kelas."

Zai, satu-satunya sahabat Alexa memang fans Amanda, setiap hari dia selalu menanyakan soal Amanda pada sahabatnya sekaligus Adik dari artis favoritenya. Tetapi Zai tidak sampai berniat untuk memiliki Amanda, karena itu hanya mimpi menurutnya.

"Kenapa sih?" Zai makin penasaran karena Alexa terlihat tidak bersemangat.

"Gak pa-pa, Zai."

Melihat sahabat semata wayangnya benar-benar tidak berselera, Zai hanya mengikutinya sampai ke kelas.

Saat jam pelajaran, Alexa terlihat fokus dan berhasil memecahkan berbagai contoh soal untuk persiapan ujian seperti biasa. Namun saat istirahat, Alexa memang tidak berselera makan.

"Lo gak sakit kan, Lex?" tanya Zai seraya menyentuh kening sahabatnya dengan punggung tangannya. Cukup terkejut karena ternyata kening Alexa cukup panas. "Lex! Lo kenapa gak bilang kalo gak enak badan?"

"Gue gak sakit kok!"

"Lo sakit, Lex! Ini lo panas! Mau ke UKS atau gue anterin balik?"

"Gue gak pa-pa, Zai. Lagian masih ada bedah soal, sayang kalo gak ikut!"

"Alexandra Guira, lo gak perlu ikut bedah soal juga nilai lo bakal baik-baik aja! Kalo lo sakit dan gak bisa ikut ujian, itu baru baru gak baik! Gue anter balik aja ya, gue izin dulu sama guru!"

"Gak usah, Zai!"

"Ayok! Kita ke kelas! Beresin barang-barang lo! Gue ke ruang guru dulu mau izinin lo!"

Alexa menghela nafas kasar. Sahabatnya ini benar-benar terlalu panik untuk hal-hal sepele. Karena tidak ada tenaga untuk berdebat, akhirnya Alexa menuruti kata-kata Zai.

Zai buru-buru berjalan melewati koridor, masuk ke ruang guru untuk bertemu wali kelasnya untuk meminta izin karena Alexa sakit dan harus pulang. Zai juga meminta izin untuk mengantar Alexa pulang.

Zai di hadang oleh Keano yang sedikit banyak menguping pembicaraan Zai dengan wali kelasnya, karena kebetulan Keano juga ada di ruang guru.

"Lexa kenapa?"

"Sakit kak! Ini gue mau anter dia pulang."

"Sakit apa?"

"Gak tau tadi badannya panas. Pantesan dari tadi pagi dia diem aja. Gue duluan ya, Kak!"

"Zai, titip Lexa ya."

"Pasti, Kak! Lo gak usah khawatir!"

Zai setengah berlari menuju ke kelas. Namun ternyata Keano mengikutinya sampai dalam kelas. Membuat siswi di dalam kelasnya mau tidak mau melirik Keano yang memang menjadi Kakak Kelas favorite mereka.

Alexa sudah terlihat tertidur di meja dengan kedua tangannya yang menyilang sebagai bantal.

"Lex, bangun. Yuk, pulang!"

"Zai, lo bawain tas Lexa, biar gue yang gendong sampe mobil lo."

"Lo serius, Kak?"

Keano mengangguk yakin.

"Gue gak pa-pa kok, Kak! Gue masih bisa jalan sendiri."

Tanpa pikir panjang lagi, Keano menggendong Alexa ala bride style.

"Kak! Malu!" berontak Alexa.

Keano tersenyum kecil, "Kalo lo malu, sembunyiin aja muka lo di dada gue." ucap Keano.

Alexa yang memang malu akhirnya hanya bisa menuruti ucapan Keano. Dirinya bisa mendengar suara detak jantung Keano yang berdetak, mungkin lebih cepat dari biasanya.

Seluruh siswa ramai melihat adegan itu, tak terkecuali sosok perempuan cantik yang baru saja keluar dari toilet dengan wajah sumringah. Ikut masuk di dalam keramaian balkon, melihat tontonan menarik. Senyum sumringahnya seketika menghilang seolah tidak terlalu senang dengan apa yang dia lihat.

* * *

Alexa membuka kedua matanya, dilihatnya suasana kelas yang sudah cukup ramai dan cukup terkejut dengan sosok Zaidan Pratama yang duduk di sebelahnya sambil memegang dua gelas minuman dingin, seperti sengaja menunggu Alexa bangun.

"Zai? Ngagetin aja!"

"Lo ya, Lex, semalem ngeronda banget? Bisa-bisanya jam istirahat di pake tidur!"

Alexa melirik jam tangannya. Diam sebentar. Perasaan tadi bukannya gue sakit terus di gendong Kak Kean ya? Bukannya harusnya gue sekarang lagi di anter Zaidan pulang ke rumah? Apa yang tadi mimpi ya?

"Lex!" panggil Zaidan, membuat lamunan Alexa buyar, "lo sekarang selain tidur, jadi hobi bengong. Kenapa sih? Ada masalah?"

"Eh, ini minumannya buat gue kan ya?" tanya Alexa. Tanpa menunggu jawaban Zaidan, dia langsung mengambil minuman dingin di tangan Zaidan dan meneguknya. "Gila! Seger banget!"

"Lo lagi kenapa sih, Lex? Kak Arsen udah deket-deket jadwal ke London? Takut di tinggal Kak Arsen? Apa masih insecure punya Kakak secantik Kak Manda? Atau Bokap lo nanya progres London lagi? Apa, Lex? Cerita!"

"Gak ada, Zai! Beneran! Cuma akhir-akhir ini gak tau kenapa ngerasa capek aja!" jawab Alexa sekenanya. "Gue ke toilet dulu ya, mau cuci muka."

"Perlu di temenin?"

"Gak usah!"

Zaidan menatap punggung sahabatnya yang menghilang. Dia sudah mengenal Alexa selama ini, tetapi baru kali ini sikap Alexa aneh. Lebih sering melamun, lebih sering kaget, dan sekarang malah punya hobi tidur di jam istirahat.

Dia harus secepatnya mencari tahu. Harus!

* * *

Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang