7. Birthday Party

727 54 0
                                    

"Kean? Halooo? Kamu dengerin aku ngomong gak sih dari tadi?" tanya Amanda sembari melambaikan tangannya tepat di depan wajah Keano. Membuat lamunan Keano buyar.

Sejujurnya dari tadi pandangan Keano fokus ke arah tangga. Berharap Alexa turun dari atas, karena dia sudah rindu pada gadis itu. Nyatanya, sudah hampir satu jam dirinya duduk di ruang tamu, Alexa tidak kunjung terlihat. Apalagi Arseno juga sedang di lantai atas. Apa Arseno menghalangi Alexa turun untuk bertemu dengannya?

"Iya, Man, gue dengerin kok!" jawabnya asal.

"Jadi minggu depan kita gak bisa ketemu dulu deh. Tapi nanti lo jemput gue di bandara ya."

"Oke."

"Lo kenapa sih, Ken?"

Akhirnya Amanda menyadari tatapan Keano yang sedari tadi tidak ke arahnya. Dia mengikuti pandangan Keano.

"Uhm, gue tuh kemarin baru beli kavling buat gue bangun rumah, tapi lagi cari inspirasi desain tangga. Gue perhatiin tangga di rumah lo oke juga, Man. Makanya dari tadi gue ngeliatin tangga."

"Yakin? Bukan karena nungguin Lexa turun?" tebak Manda setengah kesal.

"Ya, itu juga sih! Sekalian!" Keano yang sudah tertangkap basah itu akhirnya mengaku.

Akhirnya yang di tunggu tiba. Alexa turun dari lantai atas. Alexa mengenakan setelan dress navy di atas lutut dan sepatu kets warna putih. Wajahnya sedikit di rias namun hanya rias tipis.

"Eh, ada Kak Kean, halo, Kak!" sapanya.

Amanda melihat wajah sumringah Keano. "Halo, Lex! Mau kemana?" tanya Keano. Amanda masih mengamati wajah Keano.

"Mau nemenin Zaidan ke acara ulang tahun temennya."

"Emang Zaidan gak punya cewek, Lex?" sambar Arseno yang ikut turun dari lantai dua.

"Gak punya, Kak! Belum nemu yang cocok katanya."

"Kamu pulang jam berapa? Nanti Kak Arsen jemput."

"Gak usah, Kak! Zaidan bakalan anterin aku pulang dengan selamat kok! Aman!"

"Pulang jam berapa?" Arseno mempertegas pertanyaannya.

"Selesai acara, Kak!"

"Acaranya dimana?"

"Senopati, Kak! Deket kok!" jawab Alexa santai. "Lagian kan Kak Arsen mau main golf sama anaknya temen Ayah."

Tok... Tok...
"Misi." ucap Zaidan setelah mengetuk pintu rumah yang terbuka itu.

Semua pandangan tertuju pada Zaidan yang sudah rapi memakai kemeja navy senada dengan dress Alexa dan celana putih.

"Jagain Lexa ya, Zai, pulangnya jangan malem-malem." pesan Arseno pada Zaidan setelah Zaidan meminta izin untuk membawa Alexa pergi, yang di angguki Zaidan.

Akhirnya Zaidan dan Alexa berlalu.

"Akhirnya kita ketemu lagi, Lex! Lo makin cantik!"

"Lepas gak?! Jangan kurang ajar ya lo!"

"Ken? Kenapa sih ngelamun terus dari tadi?"

Lamunan Keano buyar. Wajah Amanda terlihat kesal, kini sangat terlihat jelas. Bayangan apa itu tadi? Alexa? Siapa cowok itu ya? Gak bisa! Perasaan gue gak enak! Gue harus tau Alexa kemana.

"Sorry, Man, mungkin gue kecapean, gue pamit pulang ya."

Setelah Keano pergi, dia buru-buru menelepon Alexa, tapi tidak tersambung. Dia mengirim pesan, meminta Alexa mengirimkan alamat pesta ulang tahun temannya Zaidan untuk berjaga-jaga. Namun tidak ada respon dari Alexa.

Sial! Batinnya dalam hati. Kenapa gue bisa gak inget ya?

* * *

"Selamat ulang tahun, Bianca!" ucap Zaidan. Bianca adalah teman kecil Zaidan sebelum akhirnya Bianca pindah rumah.

"Tengkyu, Zai! Gak nyangka akhirnya kamu datang. Sama siapa?"

"Sama sahabat aku. Gak apa-apa kan?"

"Gak apa-apa dong! Enjoy the party!"

"Tengkyu, Bi!"

Seorang pria menghampiri Bianca, yang saat ini sedang berulang tahun. Dari awal pesta, pria itu memang ada di samping Bianca, menandakan bahwa dia adalah kekasihnya. Matanya tertuju pada sosok perempuan yang datang bersama Zaidan.

"Ay, aku ke temen-temen aku dulu ya."

"Oke, Ay."

Aldo, kekasih Bianca menghampiri sebuah kerumunan pria di sebuah meja. Di meja itu terdapat enam pria dan tiga wanita. Seorang di antaranya terlihat paling tampan.

"Bil, gue liat Alexa."

"Dimana?"

Mata Billy mengikuti arahan Aldo. Dilihatnya Alexa sedang duduk bersama Zaidan. Dia mengangkat sudut bibirnya. Pandangannya tak lepas dari Alexa yang terlihat tidak nyaman berada di tempat itu.

Suara musik yang cukup berisik, asap rokok dan vape yang mengudara, Alexa yang suka tempat tenang tentu tidak nyaman. Namun dia harus tetap bertahan untuk sahabatnya.

"Kayaknya salah banget ya, Lex, gue ajak lo kesini. Lo gak nyaman ya? Mau pulang aja?" tanya Zaidan.

"Eh, gak apa-apa kok! Gue bisa tahan. Lagian kita kan baru sampe, masa udah mau pulang. Gak enak sama temen lo."

"Yaudah lo mau minum sama makan apa? Gue pesenin."

"Apa aja, Zai."

"Orange juice sama spageti?"

"Boleh."

"Oke, tunggu ya, Lex!"

Alexa membuka tas kecil miliknya untuk mengambil ponselnya, tapi ternyata tidak ada. Mungkin tertinggal di mobil saat membalas pesan Keano dan lupa memasukan ke dalam tasnya.

"Zai, pinjem kunci mobil, kayaknya hape gue ketinggalan."

"Mau gue temenin?"

"Gak usah. Lo pesen aja, gue udah laper soalnya. Biar cepet!"

"Yaudah ati-ati ya, Lex!"

Alexa berjalan santai menuju mobil Zaidan yang ada di tempat parkir. Benar saja, ponselnya tertinggal di jok setelah mengirimkan alamat pesta ulang tahun teman Zaidan kepada Keano.

Sebenarnya Alexa sendiri tidak mengerti kenapa Keano memintanya untuk mengirimkan alamat tempat ini, tapi yang pasti Keano tidak ada niat yang tidak baik.

"Hai, Lex, udah lama gak ketemu!" ucap seseorang yang berdiri di belakang Alexa.

Alexa menoleh dan terkejut dengan sosok yang saat ini ada di depannya. Namun dia dapat mengontrol ekspresi wajahnya.

"Billy?"

"Ternyata gak lupa. Syukurlah."

"Apa kabar?"

"Seperti yang lo liat, Lex!"

"Uhm, gitu. Yaudah, gue masuk duluan ya."

"Mau kemana, Lex?"

Billy seketika menangkap pergelangan tangan Alexa.

"Lepas, Bil!"

"Akhirnya kita ketemu lagi, Lex! Lo makin cantik!"

"Lepas gak?! Jangan kurang ajar ya lo!"

"Gue kurang ajar karena lo gak bisa gue milikin, Lex! Harusnya lo jangan nolak gue waktu itu! Gue gak pernah bisa terima penolakan!" ucap Billy. "Dan jangan coba teriak, atau temen lo yang di dalem yang kena akibatnya."

Alexa masih mencoba berontak, ekspresi Billy saat ini masih sama seperti dulu. Dia takut, tapi tidak tahu harus berbuat apa. Matanya berkaca-kaca. Hanya bisa berharap siapapun lewat dan menolongnya.

* * *

Second LifeWhere stories live. Discover now