5. Jealous

1.5K 108 0
                                    

Banyak pasang mata tertuju pada sosok perempuan cantik dan modis melewati koridor sebuah Universitas terkenal di Jakarta. Rambutnya yang terurai itu melambai di terpa angin. Tatapan seolah tercampur antara kagum dan iri itu sukses membuat Amanda sedikit tersenyum. Dia tahu dia menjadi pusat perhatian saat ini dan itu adalah sebuah pemandangan biasa baginya.

Amanda akhirnya sampai di tujuannya. Sebuah taman yang letaknya ada di tengah gedung, melihat sosok pria tampan yang sedang membaca buku dengan serius. Bibir tipisnya tersenyum.

"Hai, Kean!" sapanya sambil menepuk bahu Keano lembut.

Keano tersentak, "Hai."

"Udah lama nunggu?"

"Belum sih, gue juga baru selesai kelas kok!"

"Sebelum pulang temenin nail art dulu mau gak? Besok ada syuting soalnya."

"Boleh deh! Tapi kita jemput Lexa dulu ya!"

"Hah? Jemput Lexa? Ngapain? Itu anak kan udah gede! Gak usah di jemput!"

"Yah, Man, nungguin lo nail art itu bosen banget loh! Seriusan!"

Amanda berpikir lama. Belum lama ini dia di telepon Arseno dan mendapat kabar kalau selama dia di luar kota, Keano sering antar jemput Alexa dan main dulu sebelum pulang. Bukannya Amanda tidak tahu kalau sahabatnya itu menyukai Adiknya, tapi dia tidak ingin kalau pria yang disukainya itu malah menyukai Adiknya.

Apa mata Keano tidak melihat perempuan secantik Amanda di depan matanya sampai harus melihat Alexa? Bahkan Amanda sangat yakin kalau tadi dirinya dan Alexa jalan di koridor, mata semua orang akan tertuju pada dirinya. Amanda tahu dirinya lebih cantik dari Alexa, dia juga terkenal, tentu saja Keano harusnya menyukainya.

Atau ini semua hanya akal-akalan Keano untuk membuat dirinya cemburu? Mungkin saja sebenarnya Keano menyukai dirinya, namun karena mereka sahabatan sudah lama, makanya Keano sengaja menarik perhatian Amanda lewat Alexa.

"Kean, kemarin waktu gue ke luar kota, lo anter jemput Lexa?"

"Iya. Gak apa-apa kan?"

Amanda tersenyum, kenapa Keano malah mengkhawatirkan Amanda. "Gak apa-apa kok!"

"Abis nunggu progres lo yang katanya mau deketin gue sama Lexa lama banget. Gue takut Lexa di rebut!"

Amanda tersenyum, "Kean, lo takut Lexa di rebut siapa sih? Dia tuh cuma mikirin belajar. Fokusnya cuma kuliah di London, nyusul Kak Arsen."

"Tunggu deh, Man! Lo itu sebenernya kenal banget gak sih sama Lexa?"

"Ya kenal lah! Kenapa sih?"

"Dia punya daya tarik sendiri yang orang-orang gak paham."

"Maksudnya?"

"Cowok, kalo kenal lebih dalam sama Alexa, dia pasti gak bakal ngelirik cewek lain. Alexa itu nyenengin. Sama dia itu ada aja hal-hal baru yang di bahas. Gak melulu soal cinta-cintaan. Wawasannya luas. Lo kalo dengerin dia cerita nih, Man, sumpah bikin nyaman banget! Apalagi kalo giliran lo yang cerita ke dia, dia tuh tau kapan harus dengerin kapan harus ngomong! Pokoknya..."

"Kean!" potong Amanda.

Keano seketika diam seribu bahasa. Cukup terkejut dengan Amanda yang tiba-tiba membentaknya. Dia tidak tahu salahnya dimana.

"Gue udah gak mood jalan sama lo! Mending lo jemput aja tuh Lexa! Gue mau nail art sendiri!" ucap Amanda, dia pergi meninggalkan Keano yang masih bengong di taman menatap punggung Amanda yang kian menjauh.

Loh? Beneran nih? Tanya Keano dalam hati. Dia tersenyum, mengeluarkan ponselnya dan mencari kontak Alexa.

* * *

"Bener gak mau di anter pulang?" tanya Zaidan memastikan.

Alexa mengangguk yakin, "Bener, Zai! Kak Kean janji mau jemput."

"Berarti ada Kak Manda dong?"

"Gak tau, Zai. Tapi Kak Kean gak bilang apa-apa sih!"

"Yaudah gue tunggu disini sampe Kak Kean jemput ya."

Alexa tersenyum, "Tengkyu."

Zaidan menemani Alexa yang sedang menunggu Keano dan duduk di bangku taman sekolah. Sebenarnya ada beberapa pertanyaan untuk Alexa muncul di benak Zaidan, namun pria itu tidak cukup berani untuk bertanya pada sahabatnya itu.

"Kenapa, Zai?"

Zaidan terkejut karena ternyata sahabatnya itu menyadari kalau ada sesuatu yang mau ditanyakan.

"Lex, lo akhir-akhir ini kenapa sih?"

"Maksudnya?"

"Iya, kadang keliatan capek banget! Malah kadang ketiduran di kelas, terus bangun-bangun kayak bingung gitu."

Alexa menoleh, menatap Zaidan. Lama-lama pandangannya semakin dalam.

"Gue sendiri juga bingung, Zai. Akhir-akhir ini gue ngerasa kayak ada sebuah kejadian, terasa nyata, tapi ternyata gue bangun dari tidur, atau kadang-kadang lewat gitu aja. Gue gak tau itu apa, tapi terasa nyata banget."

"Lo masih inget kejadiannya apa aja?"

Ponsel Alexa berdering. Dari Keano.

"Zai, sambung besok ya. Kayaknya Kak Kean udah sampe. Makasih udah nemenin. Lo hati-hati ya baliknya. Daaah!"

"Bye, Lex, lo juga hati-hati ya!" ucap Zaidan. Dia memandangi punggung sahabatnya yang setengah berlari menjauh. Dugaannya semakin kuat. Ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu.

"Lex!" panggil Keano di dalam mobil, membuka kacanya.

Alexa menangkap sosok Keano, setengah berlari menuju mobil Keano. Hingga langkahnya terhenti karena seseorang menggapai tangannya. Alexa membalikkan tubuhnya, menangkap sosok pria dengan setelan kaos biru dongker dengan celana krem. Cukup terkejut dengan sosok yang ada di depannya. Arseno.

"Hai, Lex!" sapanya sumringah.

"Kak?"

Tanpa basa-basi, Arseno memeluk Alexa erat. Aroma parfum Arseno yang sangat Alexa suka itu menusuk hidung Alexa, membuat Alexa membalas dekapan Arseno. Membuat pria itu tersenyum bahagia.

Hingga akhirnya pandangannya tertuju kepada sebuah mobil sport hitam milik Keano, bibirnya tersenyum kecil seakan mengatakan bahwa Alexa yang ada didekapannya saat ini adalah miliknya.

Keano yang melihat adegan itu sedikit curiga. Seperti ada sesuatu. Kenapa tatapan Arseno seolah mengatakan kalau tidak ada yang boleh menyentuh Adiknya. Terlalu posesif dan mendominasi. Rasanya sikap Arseno pada Amanda tidak seperti ini.

Sebenarnya ada apa? Terlintas di pikiran Keano kalau Arseno menaruh rasa pada Alexa. Tapi apakah itu hanya pemikiran seorang pria cemburu yang melihat perempuan yang disukainya ada dipelukan pria lain meskipun itu adalah Kakaknya?

* * *

Second LifeWhere stories live. Discover now