6. Overthinking

1K 69 0
                                    

Daniel mengambil ponsel Amanda dari atas meja dan memberikannya pada Amanda yang sedang duduk, menghapus riasan di wajahnya.

"Man, ada telfon dari Keano."

Buru-buru Amanda meraih ponselnya dan mengangkat telepon dari Keano.

"Ya, Ken? Udah sampe? Yaudah tunggu 5 menit ya. Bentar lagi gue kelar."

"Di jemput Kean, Man?" tanya Daniel setelah Amanda memutuskan sambungan teleponnya.

Amanda tersenyum manis, rasa bahagianya sangat terlihat jelas di wajahnya. "Iya. Mau ngajak gue kencan."

"Pantesan hari ini moodnya baik banget."

Amanda tersenyum menatap managernya itu dari pantulan kaca. Setelah menghapus riasan dan memakai bedak tipis, Amanda langsung bangkit dan mengambil tasnya.

"Udah oke belum?" tanya Amanda.

"Lo selalu oke, Man!"

"Tengkyu. Gue udah order pizza buat kalian, bentar lagi sampe. Gue pergi dulu ya. Bye, Niel!"

"Ati-ati, Man."

Amanda setengah berlari setelah menemukan mobil sport hitam milik Keano terparkir di antara barisan mobil lokasi syutingnya.

"Hai, Ken."  sapa Amanda.

"Hai, Man."

"Jadi kita mau kemana?"

Keano mengangkat sebelah tangannya, melirik jam tangannya. "Udah agak sore sih. Lo udah makan siang kan? Kita ngopi aja? Atau gimana?"

"Boleh. Ngopi di kafe temen gue aja ya."

"Oke."

"Nanti gue tunjukin jalannya."

Keano menjalankan mobilnya pergi dari lokasi syuting menuju kafe teman Amanda yang lokasinya tidak jauh.

"Gimana tadi syutingnya? Lancar?" Keano membuka obrolan setelah pesanan mereka datang."

"Lancar banget dong!" jawab Amanda. Dia masih fokus mengambil sudut foto yang bagus untuk di unggah di sosial medianya.

Keano terdiam, menunggu Amanda menyelesaikan memotretnya. Sadar bahwa Keano menunggunya, Amanda menghentikan kegiatannya, meletakan ponselnya, lalu fokus pada pria tampan di depannya itu.

"Kenapa, Ken?"

"Man, gue mau tanya,"

"Tanya apa?"

"Sikap Kak Arseno ke lo tuh gimana sih?"

Amanda mengerutkan keningnya. Kenapa Keano tiba-tiba menanyakan Kak Arsen? Apa dia cemburu pada Kakaknya? Tapi untuk menghindari rasa cemburu, lebih baik Amanda menjawab sejujurnya.

"Kak Arsen baik, perhatian. Tapi kadang agak cuek sih. Apalagi kalo udah masuk waktu ujian, dia pasti sibuk banget."

"Lo suka jalan berdua sama Kak Arsen?"

Amanda tersenyum. Ternyata tebakannya benar, Keano cemburu pada Kakaknya. Amanda pun mengakui kalau Kakaknya itu tampan, pasti banyak perempuan yang suka padanya, dan bisa membuat pria yang menyukai Amanda cemburu padanya.

"Jarang kok! Biasanya kita jalan bertiga sama Lexa. Yang sering jalan berdua Kak Arsen malah Lexa."

"Kalo Kak Arsen jalan berdua Lexa, lo emang gak mau ikut, gak bisa ikut, atau gak di ajak?"

Amanda tertawa, kelepasan. Keano terlalu menggemaskan kalau sedang cemburu.

"Ya tergantung. Biasanya gue gak bisa ikut karena ada syuting, atau kadang gak mau ikut juga kalo lagi males, bisa juga kadang gak di ajak kalau mereka mau ke toko buku atau nonton film yang genrenya gue gak suka. Kenapa sih, Ken?"

"Man, lo ngerasa gak kalo perlakuan Kak Arsen ke lo sama ke Lexa itu beda?"

"Ngerasa sih!"

"Ngerasa gimana?"

"Ya gitu. Beda! Mungkin karena Lexa tuh bakalan ngikutin jejak Kak Arsen, fokus kuliah yang bener, ngurusin perusahaan keluarga, punya hobi sama, jadi obrolan mereka nyambung. Kalo gue kan emang pada dasarnya gak terlalu suka yang akademik banget, gak terlalu tertarik kerja kantoran, gak tertarik sama perusahaan keluarga. Tapi Kak Arsen juga sayang kok sama gue!"

Keano terdiam.

"Udah lah, Ken, gak usah overthinking soal hubungan gue sama Kak Arsen. Ya emang gue sama Kak Arsen gak ada hubungan darah, tapi percaya deh, di mata dia gue tetep Adiknya kok!"

Tiba-tiba ponsel Amanda berdering. Dari Arseno.

"Eh, panjang umur, orangnya telfon."

Mata Keano fokus menatap Amanda yang sedang menerima telepon dari Arseno. Dia masih terdiam. Berpikir sesuatu. Sampe lamunannya buyar ketika Amanda menutup sambungan teleponnya.

"Kak Arsen, dia lagi jalan sama Lexa,"

Deg! Seperti ada yang menghantam Keano begitu mendengarnya. Sebenarnya seberapa sering mereka jalan berdua. Tatapan Arseno waktu itu cukup mengganggunya.

"Oh, jalan kemana?"

"Kokas. Cuma nanya gue mau ada titip sesuatu gak, soalnya mereka udah mau pulang."

"Man, tiba-tiba gue kangen mau main ke rumah lo. Gimana kalo kita pulang?"

* * *

"Sudah sampai, silahkan Nona Alexa, perhatikan langkahnya." ucap Arseno lembut sambil membukakan pintu mobil untuk Alexa.

Alexa tertawa, "Kak? Kamu salah makan?"

"Enggak kok!"

"Terus ini kesambet apa?"

"Inget yang barusan kita bahas! Sesama jomblo harus saling membantu!"

"Single, Kak!" koreksi Alexa.

"Baiklah, Si Paling Single!"

Alexa tertawa lagi. "Baiklah. Terima kasih Tuan Arseno."

"Ternyata dengernya jijik ya, Lex!"

Lalu mereka berdua tertawa. Setelah mengunci mobilnya pakai remot kunci, mereka berdua masuk ke dalam rumah. Sesekali tangan Arseno mengacak-acak gemas rambut Alexa.

Sepasang mata melihat adegan itu. Hatinya bergejolak. Kenapa hanya sentuhan itu membuat hatinya tak senang. Keano memarkirkan mobilnya di belakang mobil Arseno.

"Eh, ternyata mereka baru sampe juga. Yuk, masuk, Ken!"

Arseno menoleh, melihat mobil sport hitam yang sudah tahu siapa pemiliknya. Dia pasti kesini untuk mengantar Amanda.

"Lex, minta tolong bawain barang Kak Arsen  sekalian tolong taro kamar Kak Arsen ya."

"Oh, oke kak!"

Alexa bergegas masuk, sementara Arseno masih berdiri di ambang pintu, memberikan senyumnya pada Adiknya.

"Hai, Kak!"

"Hai, Man! Halo, Ken!"

"Hai, Kak!"

"Baru pulang, Man?"

"Iya, tadi mampir dulu ke kafe temen."

"Oh."

"Yuk, masuk, Ken!" ajak Amanda. "Lexa mana, Kak?"

"Ada di atas." jawab Arseno.

"Yaudah, Manda sama Kean masuk dulu ya, Kak!"

"Misi, Kak!"

Lagi-lagi tatapan itu. Tatapan Arseno pada Keano yang tersenyum penuh arti. Keano masih berpikir apa arti senyuman Arseno barusan?  Apa dirinya yang terlalu sensitif atau memang ada sesuatu? Entah! Yang penting saat ini Keano hanya ingin bertemu Alexa.

* * *

Second LifeUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum