11. Senyum Amanda

400 21 2
                                    

"Ken, mau kemana?" tanya Amanda begitu melihat Keano sedang berjalan di koridor, seperti buru-buru.

"Kenapa, Man?"

"Ken, anterin gue ke Dokter dong, gue tiba-tiba ngerasa pusing banget. Kayaknya kecapean deh. Mau minta vitamin aja palingan. Sebentar aja. Ya? Please..."

Keano berpikir sejenak, akhirnya mengiyakan permintaan Amanda karena sahabatnya itu memang terlihat pucat.

Keano mencoba menghubungi Alexa begitu Amanda masuk ke dalam ruangan Dokter. Namun tidak ada sahutan dari Alexa. Tak lama Amanda keluar dari ruangan Dokter, melempar senyum pada Keano.

"Ken, gak nunggu lama kan?"

"Uhm, engga kok, Man! Apa kata Dokter?"

"Katanya cuma kecapean aja, harus banyak istirahat. Kita makan dulu yuk, gue harus minum vitamin."

"Oke."

Keano terlihat gelisah saat menemani Amanda makan. Dia berkali-kali mengirim pesan kepada Alexa tetapi tidak ada sahutan dari gadis itu. Apa dia marah karena Keano membatalkan janjinya? Dia harus bertemu Alexa ketika mengantarkan Amanda nanti.

"Kenapa, Ken?"

"Engga, Man, tadi sebenernya gue janjian sama orang, tapi mendadak gue batalin."

"Loh, kenapa gak bilang kalo ada janji sama orang lain, Ken? Gue jadi gak enak."

"Gak apa-apa kok! Nanti gue hubungin lagi. Lo lanjut makan aja."

"Sorry ya."

"Gak apa-apa, Man, santai aja."

"Ken, gimana kalo nanti abis tengah semester, kita liburan bareng? Berdua aja. Mau gak?"

"Loh, gak ngajak Alexa juga?"

"Dia kan udah kelas 3, fokus ujian ini itu, Ayah gak bakal ngizinin."

"Man, gue boleh deketin Alexa terang-terangan gak?"

"Silahkan aja sih, Ken, cuma yang gue denger dari Kak Arsen, Lexa tuh udah di bentuk banget sama Ayah. Dia bakalan nerusin bisnis Ayah bareng Kak Arsen, terus nantinya bakal di pilihin calon juga sama Ayah."

"Lo sama Kak Arsen gak di bentuk juga?"

"Kak Arsen juga lagi di bentuk sama Ayah. Kalo gue gak senurut Lexa dan Kak Arsen, gue udah terang-terangan bilang sama Ayah kalo gue gak mau nerusin bisnis Ayah, dan untungnya gue gak sepintar Lexa sama Kak Arsen, jadinya Ayah gak terlalu bergantung sama gue. Tapi ya resikonya Ayah dan Kak Arsen lebih sayang sama Lexa ketimbang gue, keliatan banget kok!"

"Tapi emangnya Lexa gak boleh milih pasangan hidupnya sendiri, Man?"

"Gue gak tau juga sih! Lagian, Ken, apa sih yang bikin lo suka sama Lexa?"

Keano menerawang jauh, bibirnya tanpa sengaja tersenyum, "Gue gak tau, Man, tapi gak tau kenapa tiap di deket Lexa gue nyaman, dan itu bikin gue ketagihan buat bareng dia terus."

"Kalo gue?"

Keano mengerutkan kening, "Lo kenapa?"

"Selama ini kita sahabatan, deket, lo gak ngerasa nyaman tiap deket gue?"

"Ya gak gitu juga. Cuma kalo sama Lexa tuh beda aja, Man, susah di jelasin." ujar Keano. "Lagian lo tuh udah sahabat gue banget, rasa ke lo tuh bukan yang kayak gue ke Lexa. Gitu, Man."

"Tapi, Ken, lo tau kan kalo cowok-cowok suruh pilih gue atau Lexa, mereka pasti akan lebih pilih gue."

"Ya, gue tau, Man. Lo emang lebih cantik dari Lexa. Tapi gue bersyukur mereka milih lo karena mereka gak kenal Lexa."

"Maksudnya?"

Keano tersenyum, tidak menjawab pertanyaan Amanda.

Akhirnya mereka berdua sampai di rumah Amanda. Amanda mempersilahkan Keano duduk di ruang tamu, sementara Amanda naik sebentar ke kamar untuk ganti baju, tidak lupa juga meminta tolong Bi Piah membuatkan minum untuk Keano.

Sambil menunggu Amanda, mata Keano menyapu ruangan. Rumahnya terlihat sepi. Dia mengecek ponselnya juga tidak ada sahutan dari Alexa. Apa gadis itu marah?

Tapi tak lama kemudian sosok yang di cari Keano datang dari halaman depan, dengan seorang pria yang mengenakan seragam yang sama dengannya.

"Lex? Kamu kenapa?" tanya Keano seraya menghampiri Alexa dan langsung meraih kedua pundaknya itu. Raut wajahnya terlihat lemas.

"Lexa abis kecopetan, Kak! Untung aja gue masih keliling toko buku dulu." jawab Zaidan.

Hari ini sepulang kuliah, Keano memang berencana bertemu Alexa di salah satu restaurant di sebuah pusat perbelanjaan dekat sekolah Alexa. Zaidan mengantar Alexa, namun setelah sampai, mereka berpisah. Alexa ke restaurant, sedangkan Zaidan ke toko buku.

"Ponsel Lexa ilang, Kak." tambah Alexa. "Kak Kean tadi telfon Lexa ya? Maaf ya, Kak,"

Melihat raut wajah Alexa yang penuh penyesalan itu, Keano akhirnya menjelaskan kalau dirinya membatalkan pertemuan mereka karena harus mengantar Amanda ke Dokter.

"Hah? Kak Manda sakit?" tanya Alexa yang di angguki Keano.

"Tapi kata Dokter gak apa-apa kok! Cuma kecapean aja, udah di kasih vitamin juga." jelas Keano. "Zai, gue minta nomor lo." kini ucapannya pada Zaidan sambil memberikan ponselnya. "Besok kalo gue ada perlu sama Lexa, gue hubungi lo aja ya."

"Siap, Kak!" jawab Zaidan. "Yaudah, Lex, gue pulang dulu ya. Lain kali hati-hati lo. Besok gue jemput ya."

"Iya, makasih ya, Zai."

* * *

"Nomornya langsung di buang aja, ponselnya mau lo jual atau buat lo gak apa-apa. Ambil aja. Beres ya? Nanti gue transfer." Amanda langsung menutup sambungan teleponnya.

Setelah selesai, dia langsung keluar dari kamarnya dan bertemu Alexa yang sedang naik tangga.

"Lex, kamu kenapa? Kok lemes gitu?"

"Ponsel Lexa hilang, Kak."

"Kok bisa?"

"Iya, lagi apes aja mungkin. Kak Manda sakit? Kata Kak Kean tadi abis dari Dokter?"

"Cuma cape aja. Minum vitamin udah enakan lagi kok!"

"Bener cuma kecapean aja?"

"Iya bener! Yaudah kamu istirahat sana! Besok Kak Manda beliin ponsel baru buat kamu."

Alexa tersenyum, "Makasih ya, Kak! Kak Manda terbaik!"

Amanda tersenyum. Sampai Alexa menghilang masuk ke kamar senyumnya terganti dengan senyum kemenangan.

* * *

Second LifeWhere stories live. Discover now