(32) EMBUN #5

1.7K 162 1
                                    

SEPANJANG malam ini, Wei WuXian tak bisa memejamkan mata sama sekali. Matanya tetap terbuka lebar hingga pagi. Setelah perasaan kebas sudah lewat dan tubuhnya bisa kembali bergerak, dia melepas pakaiannya dan melemparnya ke bawah ranjang. Kemudian dia melepaskan sabuk Lan WangJi dan berhasil merenggutnya hingga separuh terlepas. Awalnya dia ingin melepas semuanya, tapi setelah melihat bekas luka bakar di tulang selangka Lan WangJi, dia pun terdiam dan berhenti. Dia juga ingat dengan luka cambuk di punggung Lan WangJi sehingga memutuskan untuk tidak berbuat lebih jauh lagi. Lan WangJi terlihat agak kedinginan karena kulitnya terbuka. Dia bergerak sedikit, lalu membuka mata dengan kerutan di keningnya. Begitu matanya terbuka, dia langsung terjungkal jatuh dari ranjang. Bukan salah HanGuang-Jun karena merasa begitu syok. Siapa pun yang bangun dari mabuk semalam dan melihat lelaki lain berbaring di sebelahnya tanpa mengenakan apa pun, apalagi pakaiannya sendiri juga separuh terlepas—dan kulit mereka berdua saling menempel di atas ranjang yang sama... pasti tidak akan mempedulikan seberapa tidak elegannya mereka.

Wei WuXian menutup separuh dadanya dengan selimut dan hanya memperlihatkan pundaknya yang mulus. Lan WangJi, "Kau..." Wei WuXian menggumam, "Hmm?" Lan WangJi, "Semalam aku..." Wei WuXian berkedip ke Lan WangJi dan tersenyum misterius. "Semalam kau sangat berani, HanGuang-Jun." "..." Wei WuXian, "Kau benar-benar tidak ingat apa yang terjadi semalam?" Sepertinya Lan WangJi memang tidak ingat. Wajahnya kini memucat. Beruntung sekali Lan WangJi tidak bisa mengingatnya. Seandainya dia ingat bagaimana Wei WuXian menyelinap keluar untuk memanggil Wen Ning lalu menanyakan itu—baik berbohong atau berkata jujur tidak akan mengatasi masalah. Setelah berkali-kali gagal menggoda Lan WangJi, akhirnya Wei WuXian mendapatkan kembali kemampuannya yang dulu. Dia masih ingin membuat Lan WangJi mabuk lagi lain kali. Jadi meskipun dia

masih ingin menggoda Lan WangJi, dia tidak boleh berbuat terlalu jauh sampai menodainya seumur hidup. Bisa-bisa Lan WangJi akan lebih berhati-hati lain kali. Wei WuXian menyibak selimutnya dan memperlihatkan celana dan sepatu yang masih melekat di tubuhnya. "Ya ampun! HanGuang-Jun, aku hanya bercanda. Aku hanya melepas pakaian kita. Kesucianmu masih terjaga. Belum ternoda. Jangan khawatir." Lan WangJi terpaku dan tidak menjawab. Tiba-tiba suara pecah terdengar dari tengah ruangan. Semalam, salah satu dari mereka mabuk berat sedangkan yang satunya lagi sedang tersiksa tak bisa bergerak. Tentu saja mereka lupa kalau harus berduet memainkan Rest. Wei WuXian khawatir kalau Lan WangJi terlalu syok, tak sengaja menyentaknya. Dia buru-buru berkata, "Urusan serius. Ayo, ayo. Kita selesaikan urusan serius ini dulu." Wei WuXian melingkupi dirinya dengan sehelai pakaian di sekitarnya lalu meloncat turun dari ranjang. Tangannya terulur ke arah Lan Wangji yang baru beranjak berdiri. Niatnya ingin membantu, tapi malah kelihatan seperti ingin merobek pakaian Lan WangJi. Pria itu masih belum pulih dari rasa syok dan mundur beberapa langkah. Kemudian dia tersandung sesuatu—ternyata Bichen yang semalaman tergeletak di atas lantai.

Saat ini salah satu tali pengikat kantung itu sudah mengendur. Separuh lengan pucat sudah menyembul keluar dari lubang kecilnya. Wei WuXian meraba-raba pakaian Lan WangJi yang separuh terbuka lalu menarik serulingnya dari lengan lelaki itu. "HanGuang-Jun, jangan takut. Aku tidak akan berbuat macammacam padamu. Semalam kau hanya mengambil serulingku, jadi aku ingin mengambilnya lagi." Usai berujar begitu, Wei WuXian juga berinisiatif merapikan jubah dan sabuk Lan WangJi. Lan WangJi menatapnya dengan ekspresi rumit, seolah ingin menanyakan secara detail apa yang sudah terjadi saat dia mabuk. Namun dirinya sudah terbiasa menyelesaikan tugas yang lebih penting dulu sehingga terpaksa menahan pertanyaannya, menarik guqin bersenar tujuh miliknya dengan wajah serius. Salah satu dari ketiga kantung qiankun menyimpan lengan kiri, satu lagi memerangkap sepasang kaki, dan yang satu lainnya mengurung torsonya. Ketiga bagian itu sudah mampu membentuk tubuh yang nyaris lengkap sehingga saling mempengaruhi dengan energi kebencian yang berlipat ganda dan susah ditangani. Kegemparan itu akhirnya bisa berhenti setelah mereka berdua memainkan Rest sebanyak tiga kali berturut-turut. Wei WuXian menarik serulingnya. Dia berniat mengumpulkan ketiga anggota tubuh yang menggelinding di atas tanah, lalu

berkomentar, "Kawan baik kita sepertinya tidak pernah melewatkan latihannya." Selempang sabuk dari jubah pemakaman mayat itu sudah melonggar. Kerahnya terbuka dan memperlihatkan tubuh kekar dan kuat dari seorang lelaki yang sedang dalam masa prima di hidupnya. Dengan pundak lebar, pinggang kecil dan ditambah otot perut yang menonjol, tubuh itu benar-benar terlihat maskulin seperti dambaan banyak pria. Wei WuXian menatap tubuh itu dari berbagai sudut dan tidak bisa menahan diri untuk menepuk abs itu berkali-kali, "HanGuang-Jun, lihat dia. Seandainya dia masih hidup, pukulanku pasti akan mental dan malah melukai diriku sendiri. Ya ampun, dia dulu berlatih seperti apa sih?" Ujung alis Lan WangJi menegang, tapi dia tidak mengucapkan apaapa. Wei WuXian masih terus menepuk perut kekar itu dua kali lagi, sampai akhirnya Lan WangJi mengambil alih kantung qiankun itu dengan wajah tanpa ekspresi, lalu mulai menyegel mayat itu. Wei WuXian membiarkannya. Tak lama kemudian, Lan WangJi selesai menyegel semua bagian tubuh mayat itu dan mengikat ketiga tali kantung qiankun dengan simpul mati.

Wei WuXian tidak terlalu memikirkannya. Dia merunduk untuk menatap tubuhnya sendiri, alisnya terangkat. Kemudian dia mengikat selempang sabuknya lagi. Lan WangJi masih meliriknya setelah menyimpan ketiga kantung qiankun itu. Tatapannya penuh keraguan. Wei WuXian berkata dengan sengaja, "HanGuang-Jun, kenapa menatapku begitu? Kau masih khawatir? Percayalah. Semalam aku sungguh tidak berbuat macam-macam padamu. Tentu saja kau juga tidak melakukan apa-apa padaku." Lan WangJi berpikir sejenak. Seolah keputusannya sudah bulat, dia melirihkan suaranya, "Tadi malam, selain mengambil serulingmu, aku..." Wei WuXian, "Kau? Apa lagi yang kaulakukan? Tidak banyak, sungguh. Kau hanya mengatakan banyak hal." Jakun di leher putih Lan WangJi sedikit bergetar, "... Hal macam apa?" Wei WuXian, "Tidak terlalu penting kok. Semacam, mnn, contohnya, kau sangat menyukai..." Tatapan Lan Wangji membeku. Wei WuXian, "Kau sangat menyukai kelinci."

"..." Lan WangJi memejamkan mata dan membuang muka. Wei WuXian buru-buru menambahkan, "Tidak apa-apa! Kelinci itu menggemaskan—siapa yang tidak suka? Aku juga suka kok, tapi lebih suka memakannya hahahahahaha! HanGuang-Jun, kau minum banyak tadi malam... Uh, tidak juga sih. Kau sangat mabuk semalam, jadi barangkali sekarang kau merasa tidak enak. Kau bisa membasuh muka, minum air dan istirahat sebentar sebelum kita berangkat lagi. Kali ini lengan itu menunjuk ke arah barat-daya. Aku mau beli sarapan di bawah dan tidak akan mengganggumu lagi." Baru saja dia mau pergi, Lan WangJi sudah berujar dingin, "Tunggu." Wei WuXian berbalik, "Apa?" Lan WangJi menatapnya lekat-lekat, lalu bertanya, "Kau punya uang?" Wei WuXian menyeringai, "Ya! Kaupikir aku tidak tahu di mana kau menyimpan uangmu? Aku akan membawakanmu sarapan juga, oke? HanGuang-Jun, kau bisa bersantai dulu. Kita tidak buru-buru kok." Dia meninggalkan ruangan dan menutup pintunya. Kemudian di lorong, dia membungkuk dan tertawa tanpa suara.

Sepertinya Lan WangJi benar-benar syok. Dia bersembunyi di dalam kamar dan tidak keluar dalam waktu yang cukup lama. Selagi menunggu, Wei WuXian berkeliaran di lantai bawah, meninggalkan penginapan dan berjalan-jalan. Dia menyempatkan diri untuk membeli beberapa camilan di pinggir jalan. Setelah itu, dia duduk di anak tangga, berjemur di bawah sinar matahari sambil makan. Tibatiba saja ada segerombolan bocah berusia sekitar tiga belas atau empat belas tahun yang melintasi jalanan. Bocah yang paling depan berlari seperti sedang terbang sambil menggenggam senar panjang di tangannya. Di ujung senar itu ada layang-layang yang menari-nari diterbangkan angin. Bocah-bocah lain di belakangnya memegang busur dan anak panah mainan, berteriak sambil berlari memanah layang-layang itu. Wei WuXian juga sangat menyukai permainan itu saat muda. Panahan adalah kemampuan wajib yang harus dikuasai setiap murid dari sekte terkemuka. Namun kebanyakan dari mereka tidak suka memanah sasaran dengan benar. Selain memanah arwah jahat saat perburuan malam, memanah layang-layang adalah hal lain yang begitu Wei WuXian gemari. Siapa yang menerbangkan paling tinggi, paling jauh, dan memanah paling jitu adalah pemenangnya. Mulanya permainan ini hanya populer di antara murid-murid muda sekte kultivasi. Setelah dikenalkan ke publik, banyak bocah dari keluarga biasa yang menyukainya juga meskipun tentu saja

kekuatan dari anak panah kecil mereka tidak sebanding dengan kekuatan murid-murid kultivasi yang berbakat. Saat masih tinggal di Lianhua Wu dulu, Wei WuXian seringkali bermain memanah layang-layang bersama murid Sekte Jiang lainnya dan kerap memenangkan peringkat pertama. Sementara itu, Jiang Cheng selalu di peringkat kedua. Layang-layangnya terkadang terbang terlalu tinggi atau terlalu rendah untuk dipanah, tetapi tidak sejauh milik Wei WuXian. Layang-layang mereka berukuran dua kali ukuran rata-rata dan dibentuk mirip binatang buas yang terang. Warnanya mencolok dan lebay dengan mulut menganga lebar dan ekor tajam yang melambai-lambai diterbangkan angin. Dari kejauhan akan terlihat sangat cerah dan hidup—tidak menyeramkan, justru menggelikan. Layang-layang mereka secara khusus dibuat oleh Jiang FengMian sendiri dan dilukis oleh Jiang YanLi. Itulah sebabnya Jiang Cheng dan Wei WuXian selalu merasa bangga setiap kali unjuk kebolehan layanglayang mereka. Mengingat-ingat kenangan itu membuat bibir Wei WuXian melengkung membentuk senyum. Dia menengadah menatap layanglayang yang diterbangkan para bocah itu. Warnanya emas seluruhnya. Ia membatin, Apa benda itu? Kue dadar? Atau binatang buas yang tidak

kuketahui? Tiba-tiba angin berembus kencang. Layang-layang yang terbang tak terlalu tinggi itu jatuh dengan mudahnya. Salah satu bocah berteriak, "Oh tidak, mataharinya jatuh!"

Wei WuXian langsung paham. Bocah-bocah ini sepertinya sedang bermain meniru Sunshot Campaign. Mereka sedang berada di Yueyang. Saat berada di puncak kejayaannya, Sekte QishanWen menyalahgunakan kekuatan di manamana. Dan karena Yueyang tidak seberapa jauh dari Qishan, penduduk di sini pasti dulunya begitu menderita oleh binatang buas yang sengaja mereka lepas dan penindasan para kultivator yang angkuh. Setelah Sunshot Campaign berakhir, Sekte QishanWen dibinasakan oleh himpunan kekuatan dari banyak sekte sehingga pondasi berusia ratusan tahun itu runtuh. Penduduk di sekitar area Qishan begitu bersukacita merayakan kehancuran Sekte Wen, bahkan membuatnya menjadi tradisi. Permainan seperti ini mungkin salah satunya. Para bocah berhenti mengejar dan berkumpul untuk mulai berunding, "Sekarang bagaimana? Mataharinya jatuh sendiri tapi tidak ada yang memanahnya. Sekarang siapa pemimpinnya?" Satu bocah mengangkat tangan, "Pastinya aku! Aku Jin GuangYao. Aku yang membunuh penjahat besar Sekte Wen!" Wei WuXian duduk di anak tangga penginapan sambil menonton mereka dengan penuh ketertarikan. Di permainan sejenis ini, tentu saja LianFang-Zun—pemimpin semua kultivator saat ini dan yang paling sukses—adalah karakter yang paling populer. Latar belakang keluarganya memang agak memalukan, tapi caranya ia berjuang mencapai posisi itu adalah hal yang dikagumi banyak orang. Selama

Sunshot Campaign, dia menyamar dan menyusup ke Sekte QishanWen dan mengelabui penduduk Sekte Wen sampai membocorkan informasi rahasianya. Setelah kampanye berakhir, dia ditunjuk menjadi Kepala Kultivator, sebuah gelar yang sangat pantas dia dapatkan. Hidup seperti itu bisa saja disebut legenda. Kalau Wei WuXian ikut bermain, dia pasti juga ingin mencoba menjadi Jin GuangYao. Memilih bocah ini sebagai pemimpinnya memang pilihan yang masuk akal! Seseorang memprotes, "Tapi aku Nie MingJue! Aku paling sering memenangkan pertarungan dan menangkap orang paling banyak. Seharusnya aku yang jadi pemimpinnya!"

'Jin Guang Yao', "Tapi aku Kepala Kultivator!" 'Nie MingJue' mengayunkan tinjunya, "Memangnya kenapa kalau kau Kepala Kultivator? Kau masih adik termudaku. Kau harus kabur setiap kali melihatku."

'Jin GuangYao' sepertinya mau bekerja sama dan mempertahankan karakternya. Dia mengangkat bahu dan segera kabur. Satu bocah lain tiba-tiba berujar, "Dasar orang bodoh berumur pendek." Memilih kultivator tertentu berarti mereka punya kekaguman tertentu pada orang itu.

'Nie MingJue' memberang, "Jin ZiXuan, kau mati lebih dulu dariku, kau yang lebih berumur pendek!"

'Jin ZiXuan' membela diri, "Memangnya kenapa kalau umurku pendek? Aku peringkat ketiga!" "Peringkat ketiga itu cuma gara-gara wajahmu!" Salah satu bocah terlihat lelah karena terus berlari dan berdiri. Dia beralih ke anak tangga dan duduk di sebelah Wei WuXian, melambaikan-lambaikan tangannya dengan maksud melerai mereka berdua. "Oke, oke. Berhenti berkelahi. Aku adalah Yiling Laozu, jadi aku yang paling kuat. Kalau kalian ngotot, aku bisa jadi pemimpinnya." Wei WuXian, "..." Dia menunduk dan melihat ada tongkat kayu kecil yang terselip di pinggang bocah itu, barangkali Chenqing. Hanya bocah berpikiran sederhana yang mau memerankan karakter Yiling Laozu—hanya mempertimbangkan kekuatan, bukannya sisi baik dan buruknya. Seorang lagi protes, "Tidak. Aku adalah SanDu ShengShou. Aku yang paling kuat."

'Yiling Laozu' menjawab seolah tahu segalanya, "Jiang Cheng, mana mungkin kau lebih baik dariku? Memangnya kau pernah menang melawanku? Berani sekali bilang kalau kau yang paling kuat? Kau tidak malu ya?"

'Jiang Cheng', "Hmph, aku tidak bisa lebih baik darimu? Kau tidak ingat bagaimana kau mati?" Senyum kecil di wajah Wei WuXian langsung lenyap. Tiba-tiba dia merasa seperti ditusuk ribuan jarum. Rasa sakit tajam menghujam sekujur tubuhnya.

'Yiling Laozu' yang duduk di sebelahnya menepuk tangan, "Lihat aku! Dengan Chenqing di tangan kiri, Yin Hufu di tangan kanan, dan Jenderal Hantu—aku tak terkalahkan! Hahahahaha..." Dia menggenggam tongkat kayu di tangan kiri dan sebongkah batu di tangan kanan, tertawa begitu lama, "Mana Wen Ning? Keluarlah!" Seorang bocah dari belakang kerumunan mengangkat tangan dan menjawab lirih, "Aku di sini... Uh... Aku mau bilang kalau... Saat kampanye berlangsung, aku belum mati..." Wei WuXian merasa perlu menyela. Dia bertanya, "Kultivator, boleh aku bertanya?"

Biasanya saat bocah-bocah itu sedang bermain, tidak akan ada orang dewasa yang mau menyela. Apalagi kali ini bukan omelan, melainkan sebuah pertanyaan serius.

'Yiling Laozu' menatapnya penasaran sekaligus curiga, "Mau tanya apa?" Wei WuXian, "Kenapa tidak ada yang dari Sekte GusuLan?" "Ada kok." "Mana?"

'Yiling Laozu' menunjuk seorang anak yang dari tadi diam. "Itu dia." Wei WuXian memperhatikannya. Sosok bocah itu lembut dan bakal menjadi lelaki yang tampan dan mempesona nantinya. Ada tali putih terikat di dahinya sebagai ganti pita dahi. Wei WuXian bertanya, "Dia jadi siapa?"

'Yiling Laozu' cemberut, "Lan WangJi." ... Baiklah. Bocah-bocah ini memang mengerti cara mainnya. Yang memerankan Lan WangJi memang harus diam dan tidak banyak bicara! Tiba-tiba saja bibir Wei WuXian tersenyum lagi.

Jarum-jarum beracun itu telah tercabut keluar dan terlempar ke sembarang sudut. Semua rasa sakitnya langsung sirna. Wei WuXian bergumam ke diri sendiri, "Aneh sekali. Kenapa orang membosankan seperti dia selalu membuatku senang." Saat Lan WangJi turun, dia melihat Wei WuXian sedang duduk di anak tangga. Segerombolan anak kecil duduk mengelilinginya dan memakan bakpao bersama. Wei WuXian memakan bakpao sambil mengarahkan dua bocah yang berdiri dengan punggung saling membelakangi, "... Sekarang di hadapan kalian ada ribuan kultivator Sekte Wen. Semuanya bersenjata lengkap dan mengelilingi kalian begitu rapat sampai tidak ada celah sedikit pun. Tatapan kalian menajam. Ya, benar begitu. Oke, Lan WangJi, perhatikan. Kau bukan seperti dirimu yang biasanya. Kau berlumuran darah! Kau begitu penuh kebencian dan terlihat sangat menakutkan! Wei WuXian, geserlah lebih dekat. Kau tahu cara memutar seruling? Aku mau lihat kau melakukannya, dengan satu tangan saja. Coba lebih keren lagi. Kau tidak tahu bagaimana terlihat keren? Sini, biar kutunjukkan."

'Wei WuXian' mengulurkan tongkat kecil itu padanya. Wei WuXian pun segera memutar 'Chenqing' di antara jarinya dan membuat bocahbocah itu berdecak kagum. Lan WangJi, "..."

Dia melangkah mendekat tanpa suara. Wei WuXian menyadari kehadirannya lalu menepuk celananya dan berpamitan dengan bocahbocah itu. Dia beranjak berdiri dan tertawa lagi, seolah-olah habis menenggak racun aneh. Lan WangJi, "..." Wei WuXian, "Hahahahahahaha. Aku minta maaf, HanGuang-Jun. Semua sarapan yang kubeli tadi sudah kuberikan ke bocah-bocah itu. Ayo beli lagi nanti." Lan WangJi, "Mnn." Wei WuXian, "Bagaimana menurutmu? Bukankah bocah-bocah tadi menggemaskan? Coba tebak siapa yang diperankan bocah dengan tali putih di dahinya itu? Hahahaha..." Setelah terdiam cukup lama, Lan WangJi tidak sanggup menahannya lagi, "... Apa lagi yang kulakukan tadi malam?" Sudah pasti tidak hanya itu. Kalau tidak, apa yang bisa membuat Wei WuXian tertawa sampai sekarang??? Wei WuXian melambaikan tangan, "Tidak, tidak, tidak. Kau tidak melakukan apa-apa. Aku cuma sedang usil, hahahahahahaha... Oke. Ehem. HanGuang-Jun, aku ingin membicarakan hal serius sekarang." Lan WangJi, "Bicaralah."

Wei WuXian memasang ekspresi serius, "Suara dobrakan peti di makam Klan Chang sudah berhenti sejak sepuluh tahun lalu, tapi mendadak terdengar lagi. Jelas itu bukan kebetulan. Pasti ada penyebab lain." Lan WangJi, "Menurutmu apa penyebabnya?" Wei WuXian, "Pertanyaan bagus. Menurutku penyebabnya karena mayat itu digali." Lan WangJi, "Mnn." Ekspresi Lan WangJi yang begitu penuh perhatian membuat Wei WuXian mengingat kembali betapa jujur pria itu ketika menggenggam jarinya saat mabuk semalam. Wei WuXian mati-matian menahan ketawa dan melanjutkan semua keseriusannya, "Menurutku mayat yang terpotong-potong itu tidak hanya ingin membalas dendam, tapi juga sebagai penekan dendam. Orang yang memotong mayat itu sengaja memilih tempat berhantu untuk menyembunyikan bagian tubuhnya." Lan WangJi, "Melawan racun dengan racun. Keduanya saling menyeimbangkan." Wei WuXian, "Benar. Jadi karena si penggali kubur mengeluarkan batang tubuh mayat itu kemarin, tidak ada lagi yang menekan energi kebencian arwah Klan Chang. Makanya suara peti didobrak itu

terdengar lagi. Sama seperti roh saber dan mayat di dinding Aula Saber milik Sekte Nie. Barangkali tekniknya sejak awal didapat dari Sekte Nie. Sepertinya si pelaku berhubungan dengan Sekte Nie dan Sekte GusuLan. Aku khawatir kalau orang itu bukan lawan yang lemah." Lan WangJi, "Ada beberapa orang yang seperti itu." Wei WuXian, "Yep. Kebenarannya pelan-pelan mulai terkuak. Dan karena musuh sudah mulai memindahkan bagian mayatnya, itu berarti mereka mulai resah. Mereka pasti akan bergerak lagi. Kita tidak perlu mencari mereka karena mereka sendiri yang akan datang mencari kita. Mereka akan meninggalkan jejak, dan kawan baik kita akan menunjukkan arahnya. Tapi mungkin kita harus bergerak lebih cepat juga. Hanya tinggal lengan kanan dan kepala. Setelah ini, kita harus berhasil mendahului mereka." Keduanya pun berkelana menuju ke barat-daya. Kali ini, hantu lengan itu menunjuk ke Shudong, sebuah tempat yang dikenal memiliki kabut yang tebal. Sebuah kota berhantu yang tidak berani orang-orang singgahi.

Translator's Note: SanDu ShengShou: Julukan Jiang Cheng.

THE GRANDMASTER OF DEMONIC CULTIVATIONWhere stories live. Discover now