(124) EKSTRA - PENGAIT BESI (1)

1.4K 47 2
                                    

"..." Tuan Muda Qin berpura-pura tidak ada yang salah, "Aku tidak yakin soal itu. Aku sendiri tidak tahu sekasar apa pelayan yang memukulinya dulu, tapi dia juga pernah jadi salah satu pelayan kami sehingga aku tidak pernah benar-benar bermaksud apa pun padanya. Kalau dia memendam benci padaku di balik punggungnya tapi tidak berani mengungkapkannya, aku juga tidak akan bisa apa-apa." Di sisi pinggir, Lan SiZhui tidak sanggup lagi mendengar ucapan itu, "Qin Gongzi, ini... ini melenceng terlalu jauh... dari penjelasan awal Anda. Saat kedua senior saya meminta penjelasan Anda, kenapa Anda menyembunyikan hal sebanyak ini dari mereka?" Tuan Muda Qin, "Kukira pedang dan jimat sudah cukup untuk mempertahankan ketenteraman kediamanku. Mana mungkin aku tahu aku harus menceritakan kisah lawas dan tak penting itu?" Wei WuXian bicara dengan dramatis, "Tidak, tidak, tidak—itu sama sekali bukan kisah lawas dan tidak penting. Situasinya sudah gawat, Qin Gongzi! Pikirkan lagi. Kau sudah memarahinya dan memukulinya sebelum dia mati, bahkan mungkin juga mematahkan kakinya. Kalau dia benar-benar tidak menjual liontin giok itu, bukankah kematiannya sangat disalah-kaprahkan? Siapa lagi yang akan dia cari kalau bukan dirimu?"

Tuan Muda Qin langsung menjawab, "Tapi bukan aku yang membunuhnya! Dan kematiannya juga bukan karena bunuh diri! Kenapa dia harus mencariku?" Wei WuXian, "Hm? Dari mana kau tahu kalau itu bukan bunuh diri? Mungkin dia memang mengakhiri hidupnya sendiri karena gegabah dan malah dikira kecelakaan oleh orang lain. Itu akan memperparah kasusnya." Tuan Muda Qin, "Mana mungkin pria dewasa seperti dia bisa bunuh diri hanya karena sesuatu yang tidak penting?" Wei WuXian, "Qin Gongzi, asumsi adalah hal paling berbahaya di pekerjaan kami. Setiap individu memiliki level toleransi dan sensitivitas yang berbeda. Sulit memutuskan apakah seorang pria dewasa akan bunuh diri hanya karena 'sesuatu yang tidak penting'. Kau harus tahu— alasan di balik kebangkitan mayat hidup bisa jadi karena kebencian lantaran istrinya direbut atau anaknya dibunuh, atau bisa juga karena hal remeh seperti Si A tidak mau bermain dengan Si B saat masih kecil." Tuan Muda Qin masih terlihat enggan, "Sudah pasti bukan bunuh diri! Kalau ingin bunuh diri, dia bisa saja gantung diri atau menenggak racun, tapi siapa yang memilih terjun dari gunung? Tidak akan ada yang tahu dia berhasil mati atau tidak. Jelas bukan bunuh diri." Wei WuXian, "Itu memang masuk akal. Tapi apa pernah kau berpikir, Qin Gongzi, tentang kemungkinan bahwa dia hanya bisa terjun dari gunung karena kau sudah mematahkan kakinya sehingga dia

tidak bisa lagi berjalan dengan benar? Kalau memang itu masalahnya, bukankah berarti kaulah yang sudah membunuhnya? Bukankah masalahnya semakin runyam saja?" Tuan Muda Qin berang, "Apa maksudmu aku yang sudah membunuhnya? Kalau memang itu benar, berarti itu hanya kecelakaan!" Wei WuXian, "Kau yakin ingin membujuk kalau dia mati seperti itu dan kematiannya hanya karena 'kecelakaan'? Kalau dia sampai bangkit kembali, artinya ada yang harus bertanggung jawab atas 'kecelakaan' itu, bukan?" Begitu Tuan Muda Qin mengucapkan sepatah kata, Wei WuXian sudah mengejarnya dengan kata-kata yang lain. Penyangkalannya membuat wajah gelap Tuan Muda Qin berkeringat dingin. Wei WuXian berujar lagi, "Tapi kau tidak perlu putus asa. Akan kuberitahu cara perlindungan yang terakhir. Kau bisa melakukannya sekarang juga." Tuan Muda Qin, "Melakukan apa?!" Hanya sekali meliriknya saja Lan WangJi sudah tahu bahwa lelaki itu akan mulai menyerocos lagi. Dia pun menggelengkan kepala. Wei WuXian, "Dengarkan baik-baik. Kau harus membiarkan dua pintu yang sudah rusak itu supaya terhindar dari rintangan. Toh kau tidak bisa lagi menghalangi makhluk itu dengan pintu tertutup."

Tuan Muda Qin, "Baiklah!" Wei WuXian, "Pindahkan semua orang yang masih tersisa di kediamanmu sehingga siapa pun yang tidak ada sangkut pautnya tidak akan terluka." Tuan Muda Qin, "Kebanyakan dari mereka juga sudah pergi kok." Wei WuXian, "Baiklah. Kemudian cari pemuda perjaka yang memiliki banyak energi yang untuk menjaga kamar tidurmu saat tengah malam. Perjaka itu yang akan menghadapi apa pun yang datang." "Itu saja?" Wei WuXian, "Itu saja. Perjakanya sudah ada di sini. Urusan lain bisa kauabaikan saja, Qin Gongzi, dan tidurlah sampai fajar menyingsing." Yang dia tunjuk adalah Lan SiZhui. Begitu Tuan Muda Qin mendengar kalimat yang terakhir, bibirnya berkedut-kedut tak terkendali sambil memandangi bocah berpenampilan lembut itu, "Kalau dia yang menjaga pintu, kalian berdua bagaimana?" Wei WuXian, "Tentu saja kami akan berada di balik pintu untuk menemanimu, Qin Gongzi. Kalau pintu itu hancur dan mayatnya menyerobot masuk, kami akan berbuat sesuatu."

Tuan Muda Qin tidak sanggup lagi, "Tidak bisakah Gongzi ini saja yang langsung membantuku menjaga pintu?" Yang dia tunjuk adalah Lan WangJi. Wei WuXian pun melongo, "Siapa maksudmu? Dia?" Dia pun tertawa terpingkal-pingkal sampai nyaris terjungkal, "Hahahahahahahahahahahahahahaha!" Wei WuXian baru berhasil menyeimbangkan diri lagi dengan pegangan tangan Lan WangJi di pundaknya, "Tidak." Tuan Muda Qin tidak senang dengan penolakan secepat itu, "Kenapa tidak?" Wajah Wei WuXian tampak khidmat, "Kau lupa yang kukatakan? Yang menjaganya harus perjaka." "..." Tuan Muda Qin tidak percaya, "Apa, jadi dia bukan perjaka?" Berselang lama setelah Lan SiZhui mengantar Tuan Muda Qin meninggalkan Pondok Bambu, Wei WuXian masih saja tertawa-tawa. Lan WangJi meliriknya sebelum tiba-tiba menarik Wei WuXian ke atas paha. Suaranya begitu tenang, "Apa masih belum cukup?" Wei WuXian, "Belum!"

Sambil duduk di pangkuan Lan WangJi, dia pun meneruskan, "HanGuang-Jun, wajahmu benar-benar menipu. Semua orang bilang kau itu suci dan murni seperti petapa. Rasanya sangat tidak adil." Lan WangJi mengangkatnya sedikit sehingga Wei WuXian bisa duduk lebih tinggi dan badan keduanya makin menempel rapat, "Tidak adil?" Wei WuXian, "Itu benar-benar omong kosong. Lihat kan, kau jelasjelas bukan perjaka lagi, tapi saat orang-orang melihat wajahmu, mereka akan bilang bahwa kau adalah seorang perjaka. Di kehidupanku yang sebelumnya, aku tidak pernah menyentuh tangan seorang gadis pun kecuali saat sedang menyelamatkan seseorang. Tapi tidak ada seorang pun yang percaya kalau aku dulu masih perjaka." Dia mulai menghitung, "Perburuan malam semasa sekolah! Semua orang menggosipkanku bermain-main dengan perempuan. Di Bukit Luanzang! Semua orang menggosipkanku sebagai bajingan yang selalu bernafsu. Betapa pahitnya cobaan menyiksa yang harus kuhadapi." Diam-diam, Lan WangJi menggenggam tangan Wei WuXian. Ada seulas senyum nyaris tak kentara dalam sorot matanya. Wei WuXian, "Dan kau malah tersenyum. Kau benar-benar lelaki dingin dan tak berperasaan. Aku menempati ranking keempat di daftar para tuan muda sekte ternama, tapi di kehidupanku yang dulu, aku hanya pernah sekali saja berciuman dengan seseorang. Aku selalu mengira yang menciumku adalah gadis cantik yang naksir padaku. Aku

pun beranggapan bahwa diriku, Wei Ying, setidaknya sudah hidup tanpa sia-sia. Tapi siapa sangka yang menciumku ternyata kau..." Pada titik ini, Lan WangJi akhirnya tidak bisa duduk lebih lama lagi. Dia berbalik dan menindih Wei WuXian di atas ranjang, "Kau tidak ingin aku yang melakukannya?" "Kenapa kau gelisah begitu? Hahahahahahahaha..." Saat waktunya tiba, Lan SiZhui sudah menunggu cukup lama, berdiri di pekarangan sambil memegangi tali kekang Apel Kecil. Wei WuXian dan Lan WangJi akhirnya melangkah keluar dari rumah itu. Dia ingin memberitahu bahwa, Senior Wei, Anda tidak sengaja

mengenakan pakaian HanGuang-Jun lagi, tapi setelah berpikir lagi, dia pun menelan kembali perkataannya. Lagipula Wei WuXian senantiasa mengenakan pakaian yang salah setiap beberapa hari sekali. Kalau Lan SiZhui mengingatkan Wei WuXian terus, bukankah dirinya hanya akan mati kelelahan? Dan setiap kali Senior Wei mengenakan itu, pasti karena menurutnya mengganti pakaian adalah tindakan yang terlalu merepotkan. Merasa kalau mengingatkannya akan percuma saja, Lan SiZhui pun memutuskan untuk berpura-pura tidak melihat apa pun.

Wei WuXian menaiki pelana Apel Kecil dan merogoh sebuah apel dari kantungnya, menggigit satu kali. Lan SiZhui menatap apel itu, merasa tidak asing. Dia berujar setelah meragu sesaat, "Senior Wei, bukankah itu salah satu buah yang dibawa Qin Gongzi?" Wei WuXian, "Benar." Lan SiZhui, "... Buah yang dibawakan mayat ganas?" Wei WuXian, "Tepat sekali." Lan SiZhui, "Apa benar tidak apa-apa kalau dimakan?" Wei WuXian, "Tentu saja. Buahnya hanya jatuh ke tanah. Bisa dimakan setelah dicuci bersih." Lan SiZhui, "Apel dari mayat ganas apakah akan beracun..." Wei WuXian, "Aku bisa jawab pertanyaan itu—tidak." Lan SiZhui, "Bagaimana Anda tahu, Senior?" Wei WuXian, "Karena aku sudah memberi makan separuh lusin apel itu ke Apel Kecil... Berhenti, Apel Kecil! Jangan menendangku!! Tolong aku, Lan Zhan!!!"

Sebelah tangan Lan WangJi menyambar tali kekang dari keledai mengamuk itu dan tangan lainnya mengambil apel di dekat mulut Wei WuXian, "Tinggalkan apel itu. Kita akan beli apel lagi besok." Wei WuXian memegangi pundak Lan WangJi, akhirnya berhasil menyeimbangkan diri, "Yah, padahal aku berusaha menghemat uang HanGuang-Jun." Lan WangJi, "Tidak perlu berbuat seperti itu." Wei WuXian mengelus dagu sambil tersenyum lebar. Tiba-tiba dia teringat sesuatu dan bertanya dengan santai, "Oh iya, SiZhui, kau masih perjaka?" Dia bertanya sesantai mungkin, tapi Lan SiZhui sudah tersentak dengan suara 'pfft'. Perilaku itu sangatlah tidak 'Lan'. Setelah sadar kalau Lan WangJi meliriknya, Lan SiZhui pun memperbaiki perilakunya sekali lagi. Wei WuXian menambahkan, "Jangan gugup begitu. Semua yang kukatakan ke Qin Gongzi hanya kukarang-karang saja. Beberapa mantra tertentu memang perlu dilakukan oleh seorang perjaka atau perawan, tapi karena kau sudah menebas mayat ganas dengan pedangmu, maka entah kau perjaka atau bukan tidak akan terlalu berpengaruh. Tapi aku akan kaget kalau kau bukan perjaka..."

Bahkan sebelum ucapannya tuntas, Lan SiZhui sudah mulai tergagap, wajahnya merona hebat, "Te-Te-Te-Tentu saja saya perjaka!!!" Saat tengah malam, kediaman kosong Keluarga Qin sudah dibuka lebar seperti dugaannya. Tuan Muda Qin sudah lama menunggu mereka. Lan SiZhui berdiri di depan pintu kamar Tuan Muda Qin, terlihat cukup bisa diandalkan meski tidak memiliki armor. Melihat semangat mudanya yang tak kenal takut, Tuan Muda Qin pun berhenti mengernyit terlalu suram meski masih belum bisa tenang. Setelah dia memasuki kamar tidurnya, dia menutup pintu dan berbalik, "Apa benar tidak apa-apa membiarkan Gongzi itu menjaga pintu? Bagaimana kalau pengusiran arwahnya gagal dan malah memakan korban jiwa lagi di rumahku..." Kedua orang yang lain sudah duduk di depan meja. Wei WuXian menjawab, "Tidak akan ada korban jiwa. Qin Gongzi, pikirkan lagi sudah berapa lama mayat itu menghantuimu—apa pernah menelan korban jiwa di kediamanmu?" Tuan Muda Qin juga ikut duduk. Wei WuXian menaruh salah satu buah pir pemberian mayat itu di atas meja, "Makanlah buah ini untuk menenangkan diri." Setelah berhari-hari dilanda tekanan batin yang begitu parah, Tuan Muda Qin pun merasa agak pusing. Dia mengambil buah itu dan akan

menggigitnya. Baru saja dia hendak bicara, tiba-tiba terdengar serangkaian suara 'gedebuk' di luar sana. Seketika, embusan angin dingin menyerbu seisi ruangan. Nyala api lilin di atas meja bergeletar. Buah pir di tangan Tuan Muda Qin pun jatuh ke lantai, menggelinding ke samping. Sekali lagi, dia menyentuh pangkal pedang di pinggangnya.

'Duk', 'duk', 'duk'. Suara itu makin keras, makin mendekat. Setiap kali terdengar, nyala api lilin akan bergetar seperti ikut merasa takut. Suara desingan tajam dari pedang yang dihunuskan terdengar dari luar pintu. Sekelebat bayangan samar melintas di jendela kertas. Suara itu langsung menghilang dan digantikan dengan suara kibasan kain lengan serta perabot kayu yang rusak. Wajah Tuan Muda Qin pun menggelap, "Apa yang terjadi di luar sana?!" Wei WuXian, "Mereka baru mulai bertarung. Jangan dipedulikan." Lan WangJi mendengarkan selama sesaat, "Berlebihan."

Wei WuXian mengerti apa maksudnya. Dari suara pedang dan langkah kakinya, dia bisa tahu bahwa kemampuan pedang Lan SiZhui memang gesit dan ganas, tapi tidak kokoh. Bukannya itu tidak cukup, tapi itu tidak cocok dengan seni pedang dari Sekte GusuLan. Jika kekuatannya tidak selaras atau jika dia mempergunakan banyak metode yang berbeda, dia pasti hanya akan menemui jalan buntu begitu berkultivasi di level yang lebih tinggi. Wei WuXian menjawab, "Dia sudah cukup bagus. SiZhui masih muda, belum bisa mengendalikan serangannya. Dia akan mengerti setelah tumbuh dewasa dan mendapat pengalaman dari berduel dengan yang lain." Lan WangJi menggeleng. Dia mendengarkan lagi sebelum tiba-tiba berpaling ke Wei WuXian. Wei WuXian juga agak terkejut. Dia mendengarkan lagi. Barusan, beberapa serangan Lan SiZhui bukanlah serangan khas Sekte GusuLan, melainkan dari Sekte YunmengJiang. Namun dia tidak pernah mengajarkan itu ke junior Sekte GusuLan. Dia pun berspekulasi, "SiZhui dan yang lain berburu malam dengan Jin Ling secara rutin. Barangkali dia mengingat pola serangan itu tanpa sengaja selagi berduel dengannya." Lan WangJi, "Itu tidak pantas."

Wei WuXian, "Jadi, apa kau akan menghukumnya setelah kita kembali?" Lan WangJi, "Ya." Tuan Muda Qin, "Apa yang kalian bicarakan?" Wei WuXian memungut buah pir yang jatuh di lantai dan meletakkannya ke tangannya lagi, "Tidak ada. Makanlah sesuatu untuk menenangkan diri. Jangan terlalu gelisah." Sejurus kemudian, dia menyeringai ke Lan WangJi, "Ngomong-ngomong, HanGuang-Jun, kau memang sangat hebat. Memang pantas kau bisa mengetahui kalau itu seni pedang dari Yunmeng, tapi bagaimana kau bisa tahu?" Setelah terdiam sejenak, Lan WangJi akhirnya menjawab, "Aku mempelajarinya setelah berduel denganmu berkali-kali." Wei WuXian, "Makanya kubilang kau sangat hebat. Bukankah satusatunya kesempatan aku bertarung denganmu dengan seni pedang Sekte YunmengJiang adalah lebih dari sepuluh tahun yang lalu? Kau bisa mengingatnya setelah mendengarkan sebentar saja—bukankah itu sangat hebat?" Sambil bicara, dia mendekatkan lilin ke arah Lan WangJi, ingin melihat kalau telinganya memerah. Namun Lan WangJi menyadari niat liciknya. Dia pun menekan tangan Wei WuXian yang memegang lilin. Dengan nyala lilin yang bergetar, cahaya itu bak secangkir arak yang

memantulkan mata dan bibir Wei WuXian yang tersenyum. Pangkal tenggorokan Lan WangJi sedikit bergetar. Tiba-tiba mereka berdua terpaku. Wei WuXian berseru 'hah'. Tuan Muda Qin pun seperti menghadapi bahaya besar, "Apa yang terjadi? Apa ada yang salah dengan lilinnya?" Setelah terbungkam sesaat, Wei WuXian pun menjawab, "Tidak apa. Lilinnya bagus. Akan makin bagus lagi kalau lebih terang." Dia berpaling ke Lan WangJi, "Pergerakan tadi mungkin beberapa serangan SiZhui yang terbaik. Tapi kedengarannya bukan berasal dari sektemu atau sekteku." Setelah terdiam cukup lama, Lan WangJi pun menjawab dengan alis sedikit bertaut, "Mungkin dari Sekte Wen." Wei WuXian mengerti, "Barangkali Wen Ning yang mengajarinya. Cukup wajar." Selagi mereka bicara, suara benturan nyaring terus menggelegar dari luar, berangsur-angsur makin keras. Wajah Tuan Muda Qin semakin menggelap saja. Wei WuXian juga mulai merasa ada yang janggal. Dia pun berteriak ke luar, "SiZhui, kami sudah mengobrol lama. Bukankah sekarang seharusnya kau sudah selesai, bahkan jika kau berusaha menghancurkan rumah ini?"

Lan SiZhui menjawab, "Senior Wei, mayat ini mengelak cepat sekali dan terus menghindari saya!" Wei WuXian, "Apa dia takut padamu?" Lan SiZhui, "Tidak. Dia bisa bertarung. Tapi sepertinya dia tidak ingin bertarung dengan saya!" Wei WuXian merasa tertarik, "Dia tidak ingin menyakiti siapa pun yang tidak ada sangkut-pautnya?" Dia berpaling ke Lan WangJi, "Sekarang makin menarik saja. Sudah lama sekali aku tidak bertemu mayat ganas yang berakal seperti dia." Sementara itu, Tuan Muda Qin terlihat jengkel, "Akankah dia baikbaik saja? Kenapa dia masih belum selesai?" Wei WuXian bahkan belum sempat membuka mulut saat Lan SiZhui bicara lagi, "HanGuang-Jun, Senior Wei, tangan kiri mayat ini mencakar, sedangkan tangan kanannya mengepal. Sepertinya dia sedang menggenggam sesuatu!" Mendengar itu, Wei WuXian dan Lan WangJi pun saling bertukar pandang. Wei WuXian mengangguk sedikit. Lan WangJi memerintah, "SiZhui, sarungkan pedangmu." Lan SiZhui melongo, "HanGuang-Jun? Saya masih belum berhasil mengalahkannya..."

Wei WuXian bangkit, "Tidak apa-apa! Sarungkan pedangmu. Tidak perlu bertarung lagi." Tuan Muda Qin, "Tidak perlu bertarung lagi?" Dari luar pintu, Lan SiZhui pun menjawab, "Baik!" Dengan suara klang, dia menyarungkan kembali pedangnya dan meloncat minggir. Di dalam sana, Tuan Muda Qin memprotes, "Apa maksudnya ini? Makhluk itu masih di luar!" Wei WuXian beranjak berdiri, "Tidak perlu bertarung lagi. Maksudku, masalahnya sudah hampir selesai. Hanya tinggal satu langkah terakhir." Tuan Muda Qin, "Langkah apa?" Wei WuXian pun menendang pintu itu hingga terbuka lebar, "Inilah langkah terakhirku!" Kedua sisi pintu terbanting hingga terbuka dengan suara 'brak'. Sesosok bayangan hitam berdiri kaku di depan pintu, rambutnya kusut berantakan dan wajahnya muram. Mata putihnya berbinar menyeramkan. Melihat wajah itu, ekspresi Tuan Muda Qin pun langsung berubah. Dia menghunuskan pedangnya dan segera melangkah mundur. Namun

mayat ganas itu melesat masuk seperti badai hitam, menyambar lehernya dengan tangan kiri. Lan SiZhui baru saja melangkah masuk. Begitu melihat situasi itu, dia pun hendak berusaha menolong tapi segera dihentikan oleh Wei WuXian. Pemuda itu berpikir bahwa, meskipun kepribadian Tuan Muda Qin begitu keras dan kurang disukai, dia tidaklah begitu jahat sampai pantas mati. Kedua seniornya juga pasti tidak akan tinggal diam dan menyaksikan mayat itu membunuhnya. Makanya, dia pun agak tenang. Jemari pelayan mati itu seperti kepitan besi. Wajah Tuan Muda Qin berubah ungu, urat-urat dahinya menonjol. Pedangnya sudah menusuknusuk banyak lubang di tubuh mayat itu, tapi percuma saja, seperti mencoba menusuk selembar kertas kosong. Mayat itu perlahan mengangkat tangan kanannya dan bergerak ke wajah Tuan Muda Qin, seolah akan meremukkan otaknya dalam sekali tonjokan. Mereka bertiga yang di dalam ruangan memperhatikan adegan itu dengan saksama, terlebih lagi Lan SiZhui yang nyaris tidak sanggup menahan diri mencengkeram pangkal pedangnya. Baru saja dia yakin kepala Tuan Muda Qin akan melayang hingga hancur berkeping-keping, Lan SiZhui melihat jemari mayat itu mengendur. Ada benda bulat pipih yang menjulur keluar dari celah jarinya.

Benda itu dihubungkan dengan seutas benang hitam. Mayat itu kemudian melingkarkan benda itu ke sekeliling leher Tuan Muda Qin. Tuan Muda Qin, "..." Lan SiZhui, "..." Baru setelah mencoba tiga kali, makhluk itu berhasil memasangkan benda itu ke kepala Tuan Muda Qin. Tindakan sulit itu terlihat sangat kaku dan canggung sampai... benar-benar berkebalikan dari kata mengancam. Melihat makhluk itu tidak akan menyerang atau memakai benang untuk mencekik Tuan Muda Qin, mereka berdua pun mengembuskan napas lega secara bersamaan. Namun, sebelum mereka bisa sepenuhnya bernapas lega, mayat itu sudah menonjoknya dengan kekuatan bak sambaran petir. Tuan Muda Qin menjerit dan ambruk ke tanah, hidung dan mulutnya memuncratkan darah. Setelah selesai, mayat itu pun berbalik dan terlihat akan pergi. Lan SiZhui menyaksikan adegan itu berlangsung, mulut melongo. Dia menyentuh pangkal pedangnya lagi. Namun tiba-tiba dia merasa kalau situasi yang aneh ini akan semakin aneh lagi kalau dia menyikapinya dengan serius. Dia tidak tahu harus menyerang atau tidak. Di sisi lain, Wei WuXian sudah tertawa terpingkal-pingkal setengah mati,

melambai-lambaikan tangannya ke arah Lan SiZhui, "Jangan khawatir. Biarkan saja dia." Mayat ganas itu berbalik dan menatapnya. Dengan anggukan kepala, dia menyeret kaki patahnya dan berjalan pincang keluar pintu. Melihat sosoknya pergi, Lan SiZhui pun baru bisa bicara tak lama kemudian, "Senior Wei, apa... tidak masalah membiarkannya begitu?" Lan WangJi membungkuk untuk memeriksa wajah Tuan Muda Qin yang berlumuran darah, "Ya." Tatapan Lan SiZhui berkelebat kembali ke Tuan Muda Qin. Dia akhirnya menyadari bahwa yang menggantung di lehernya adalah sebuah liontin giok. Benang merah yang mengikat liontin itu tampaknya sudah terpendam dalam tanah selama beberapa tahun. Begitu kotor sampai menghitam meskipun gioknya sendiri masih berwarna putih hangat. "Ini..." Wei WuXian, "Dikembalikan ke pemiliknya yang sah." Setelah Lan WangJi memastikan Tuan Muda Qin hanya pingsan dan bukannya sekarat, mereka berdua pun meninggalkan kediaman Keluarga Qin bersama Lan SiZhui.

Sebelum pergi, Wei WuXian berbaik hati menyempatkan diri untuk menutup ketiga pintu itu untuk Tuan Muda Qin. Lan SiZhui, "Tidak mudah juga, ya?" Wei WuXian menaiki pelana Apel Kecil, "Apa? Maksudmu Qin Gongzi? Berhasil mengakhiri masalah ini hanya dengan sekali tonjokan mayat berjalan—itu sudah hal yang paling mudah!" Lan SiZhui, "Bukan Qin Gongzi; maksud saya mayat ganas itu. Dari yang sudah saya baca, kebanyakan kasus gentayangan dengan melibatkan balas dendam itu bermula dari orang yang dimanfaatkan atau pembunuhan yang gila-gilaan. Tapi, mayat tadi..." Lan SiZhui berdiri di depan pintu-pintu yang sudah dicakar hingga rusak parah. Dia membalik badan, berniat melihatnya untuk yang terakhir kali, "Dia butuh waktu dua tahun untuk bisa bangkit di gunung itu dan mencari liontin giok yang dia hilangkan sebelum mati. Ini pertama kalinya saya melihat mayat ganas yang bangkit demi melakukan hal semacam itu, bukannya membunuh orang untuk membalas dendam." Wei WuXian mengambil sebuah apel lagi, "Itulah kenapa kubilang sudah lama sekali aku tidak melihat mayat ganas yang berakal seperti dia. Seandainya makhluk itu lebih rentan pada kebencian, dia bisa saja memotong salah satu kaki Qin Gongzi atau bahkan membunuh seisi rumahnya. Itu bukanlah hal spesial."

Lan SiZhui merenung, "Senior, saya masih punya pertanyaan yang belum terjawab. Pada akhirnya, apakah kakinya patah gara-gara Qin Gongzi atau bukan? Apa alasan di balik kematiannya?" Wei WuXian, "Entah apa pun yang terjadi, makhluk itu tidak menganggap Qin Gongzi yang bertanggung jawab pada kematiannya." Lan SiZhui, "Baiklah. Kalau begitu, apa dia benar-benar puas dengan sekali tonjokan saja?" Lan WangJi, "Dari kelihatannya, memang begitu." Wei WuXian mengunyah apelnya, "Sudah kubilang, kan? Ada pepatah mengatakan setiap orang berjuang demi satu embusan napas. Jika ada orang yang mati dengan rasa benci, pasti karena ada napas yang masih tersangkut di dadanya. Makhluk itu sudah melempar buah, mengembalikan liontin giok, dan menonjok Qin Gongzi. Setelah napasnya diembuskan, dia tidak akan merasa sesak lagi." Lan SiZhui, "Betapa enaknya kalau semua arwah berakal seperti dia." Mendengar itu, Wei WuXian pun nyengir, "Apa yang kaubicarakan, anak muda? Bahkan manusia saja bisa kehilangan akal saat berhadapan dengan kebencian, dan kau malah berharap arwah bisa mempertahankan akal mereka? Kau harus tahu—kebanyakan orang di dunia ini merasa diri mereka menyedihkan."

Lan WangJi menarik kekang Apel Kecil dengan lembut, suaranya tenang, "Dia beruntung." Wei WuXian sependapat, "Memang. Qin Gongzi memang sangat beruntung." Setelah terdiam cukup lama, Lan SiZhui pun tidak sanggup memendam perkataannya lagi. Dia berkata jujur, "Tapi saya masih merasa kalau satu pukulan saja belum cukup..." "Hahahahahahahahaha..." Entah karena masih syok atas tojokan mayat itu atau lantaran sudah menyerah pada Wei WuXian, Tuan Muda Qin sudah tidak lagi mengunjunginya dalam beberapa hari ke depan. Namun, pada hari ketujuh, ada berita yang menyebar di kota hingga sampai di tempat kediaman mereka. Rumornya, ada sesosok mayat muda dengan pakaian pemakaman compang-camping yang ditemukan di tengah jalan suatu pagi. Dia sudah separuh membusuk dan menguarkan bau tengik yang kuat. Di saat kerumunan orang berdiskusi kalau mereka harus membungkusnya dan menguburnya di suatu parit, Tuan Muda Qin dengan murah hati menyediakan biaya untuk menjemput mayat itu dan menguburkannya dengan layak. Dia pun menuai pujian dalam waktu yang lama.

Setelah Lan WangJi dan Wei WuXian meninggalkan kota itu dan melewati kediaman Keluarga Qin, ternyata mereka sudah lama memasang pintu baru yang berkilat. Orang-orang berlalu-lalang keluarmasuk, tanpa meninggalkan jejak sedikit pun pada kekacauan dan kehancuran yang sebelumnya. Benar-benar pemandangan yang sibuk.

THE GRANDMASTER OF DEMONIC CULTIVATIONOnde histórias criam vida. Descubra agora