(119) EKSTRA - PEMBAKAR DUPA #2

4K 160 0
                                    

[Warning: NSFW! R-18!]

PADA pagi kedua, entah bagaimana Wei WuXian terbangun lebih awal dari Lan WangJi. Kakinya gemetaran sepanjang hari. Pembakar dupa tapir itu mereka ambil dan amati cukup lama. Wei WuXian membongkar lalu memasangnya kembali, tapi dia masih tidak bisa memahami misteri di balik benda itu. Sambil duduk di depan meja, Wei WuXian merenung, "Kalau bukan dupanya, berarti masalahnya berasal dari pembakar dupa ini. Aneh sekali. Rasanya sangat nyata, bahkan Empati saja tidak ada bandingannya. Apa ini pernah ditulis di buku Paviliun Perpustakaan?" Lan WangJi menggeleng. Jika dia menggelengkan kepala, berarti memang tidak ada yang pernah menulis soal benda ini. Wei WuXian, "Oh ya sudah. Kekuatannya sudah hilang. Mulai sekarang kita harus menyimpan ini dengan benar supaya tidak ada yang terkena kekuatannya tanpa sengaja.

Kalau ada ahli barang spiritual yang berkunjung, kita bisa keluarkan ini dan tanyakan pada mereka." Mereka berdua sama-sama mengira kekuatan pembakar dupa itu sudah hilang, tapi apa yang terjadi selepasnya benar-benar di luar perkiraan mereka. Malam itu, setelah bercinta satu ronde di atas ranjang, Wei WuXian dan Lan WangJi pun terlelap bersebelahan, berbaring di dalam Jingshi. Kemudian saat membuka mata, Wei WuXian menyadari dirinya terbaring lagi di bawah pohon magnolia di luar Paviliun Perpustakaan. Cahaya matahari memancar ke wajahnya lewat ranting-ranting yang berbunga. Wei WuXian menyipitkan mata, menghalau sinar itu dengan tangannya, lalu bangkit dengan perlahan. Namun kali ini Lan WangJi tidak ada di sisinya. Tangan Wei WuXian melingkar di sekeliling mulut lalu berteriak, "Lan Zhan!" Tidak ada jawaban. Wei WuXian pun penasaran, Sepertinya

kekuatan pembakar dupa itu masih belum hilang. Tapi di mana Lan Zhan? Jangan bilang hanya aku yang terpengaruhi kekuatan sisa dari pembakar dupa itu? Di depan pohon magnolia, ada sebuah jalan setapak dari kerikil putih. Sekelompok murid Sekte GusuLan yang berjubah putih dan

berpita dahi berjalan lewat sambil membawa beberapa buku. Sepertinya mereka akan menghadiri kelas pagi. Tidak ada yang melirik Wei WuXian sama sekali, tidak ada yang bisa melihatnya. Dia pun naik ke Paviliun Perpustakaan untuk mengintip. Lan WangJi tidak ada di dalam sana, entah Lan WangJi yang besar atau yang kecil. Dia pun turun lagi dan mulai berjalan-jalan tanpa tujuan di sekeliling Yun Shen Buzhi Chu. Tak lama berselang, dia berhasil menangkap suara bisikan dua pemuda. Dia pun melangkah mendekat dan merasa familier dengan salah satu suara mereka, "... Tidak ada yang pernah memelihara binatang di dalam Yun Shen Buzhi Chu. Perbuatan semacam itu tidak pernah terjadi." Setelah hening sejenak, pemuda satunya menjawab muram, "Aku tahu. Tapi... aku sudah berjanji. Tidak bisa kuingkari." Wei WuXian pun menguping. Dia melirik ke sana diam-diam, dan benar saja, ada Lan XiChen dan Lan WangJi yang sedang berbincang di tengah lapangan rumput. Saat ini adalah hari musim semi dengan angin yang semilir lembut. Kakak beradik muda itu terlihat seperti kepingan giok tanpa noda dan bak cermin yang saling memantulkan bayangan masing-masing. Keduanya berjubah seputih salju dengan kain lengan lebar dan pita dahi yang mengombak oleh angin. Seakan-akan mereka berasal dari sebuah lukisan. Lan WangJi yang saat ini pasti baru berusia enam belas tahun. Dia mengernyit samar seakan-akan sedang mengkhawatirkan sesuatu.

Apa yang ada di lengannya adalah seekor kelinci putih dengan hidung merah muda, dan di sebelah kakinya ada seekor lagi, telinganya mencuat tegak sambil berdiri berdempetan dengan kakinya, mencoba memanjat naik. Lan XiChen, "Bagaimana mungkin obrolan santai antar dua pemuda termasuk janji yang serius? Apa benar karena itu?" Lan WangJi menunduk tanpa bicara. Lan XiChen tersenyum, "Baiklah. Kalau Paman sampai menanyakan ini padamu, kau harus menjelaskannya dengan benar. Belakangan ini kau menghabiskan waktu terlalu banyak dengan kelincikelinci ini." Lan WangJi mengangguk khidmat, "Terima kasih, Xiongzhang." Jeda sebentar, lalu dia menambahkan, "... Tidak akan mempengaruhi belajarku." Lan XiChen, "Aku tahu, WangJi. Tapi, kau tidak boleh memberitahu Paman siapa yang memberikan ini padamu. Kalau tidak, dia akan marah dan mengusir kelinci-kelincimu ini apa pun yang terjadi." Mendengar itu, Lan WangJi pun tampak memeluk kelinci di lengannya makin erat. Lan XiChen tersenyum. Tangannya terulur dan mencolek hidung merah muda kelinci itu dengan ujung jarinya sebelum melangkah pergi tanpa tergesa-gesa.

Setelah sang kakak pergi, Lan WangJi berdiri diam cukup lama, termenung. Kelinci di pelukannya beberapa kali menggoyanggoyangkan telinga dengan nyaman. Kelinci satu lagi di kakinya makin menempel gelisah. Lan WangJi meliriknya sebelum membungkuk dan mengangkat kelinci itu juga, memeluk keduanya dan mengelus mereka dengan lembut. Kelembutan tangannya benar-benar kontras dengan ekspresi di wajahnya. Wei WuXian merasakan hatinya gatal melihat pemandangan itu. Dia pun melangkah keluar dari balik pohon, berniat mendekati Lan WangJi muda. Namun kelinci-kelinci itu sudah jatuh dari tangan Lan WangJi. Atmosfer seketika berubah. Lan WangJi berbalik, dan setelah melihat siapa yang ada di belakangnya, pandangannya pun langsung bimbang, "... Kau?!" Dia terperanjat syok, tapi Wei WuXian lebih syok lagi, "Kau bisa melihatku?" Ini benar-benar aneh. Secara logika, siapa pun yang ada di mimpi ini seharusnya tidak bisa melihat Wei WuXian. Namun kini Lan WangJi malah menatapnya lekat-lekat, "Tentu saja bisa. Kau... Wei Ying?" Lelaki di hadapannya ini terlihat berumur dua puluhan, jelas lebih tua dari lima belas tahun. Tetapi dia memang berwajah sama dengan Wei WuXian. Lan WangJi tidak tahu siapa sebenarnya penyusup ini sehingga kewaspadaannya tetap menajam. Seandainya sekarang dia membawa pedang, dia pasti sudah menghunuskan Bichen.

Wei WuXian bereaksi dengan sangat gesit. Ekspresinya langsung berubah, "Ini aku!" Mendengar jawaban semacam itu, Lan WangJi pun makin waspada sambil bergerak mundur beberapa langkah. Wei WuXian memasang wajah terluka dan berujar, "Lan Zhan, aku sudah bersusah payah datang kemari untuk mencarimu—bagaimana bisa kau memperlakukanku seperti ini?" Lan WangJi, "Kau... benar-benar Wei Ying?" Wei WuXian, "Tentu saja." Lan WangJi, "Lalu mengapa penampilanmu berbeda?" Wei WuXian, "Ceritanya panjang. Beginilah yang terjadi: aku memang Wei WuXian, aku Wei WuXian tujuh tahun di masa depan. Tujuh tahun dari sekarang, aku menemukan benda berkekuatan besar yang bisa membawaku kembali ke masa lalu. Sebelumnya aku meneliti benda itu dan tanpa sengaja menyentuhnya—dan di sinilah aku sekarang!" Penjelasan itu benar-benar absurd, bahkan rasanya tidak akan bisa membodohi anak kecil. Lan WangJi berujar dingin, "Bagaimana kau bisa membuktikannya?" Wei WuXian, "Kau ingin bagaimana? Aku tahu semuanya tentangmu. Kelinci yang kaupeluk dan yang di kakimu tadi—mereka

adalah pemberianku, kan? Kau terlihat berat hati saat menerimanya dariku, tapi sekarang kau malah tidak mau melepaskan mereka meskipun kakakmu sudah menyuruhmu. Kau sudah jatuh cinta ya?" Mendengar itu, ekspresi Lan WangJi pun sedikit berubah. Dia terlihat ingin mengatakan sesuatu, tapi terhenti di tengah-tengah, "Aku..." Wei WuXian berjalan mendekat, membentangkan lengannya sambil tersenyum lebar, "Kenapa? Kau malu?" Melihat betapa aneh gelagatnya, Lan WangJi pun tampak seperti sedang menghadapi musuh berbahaya. Wajahnya penuh waspada sambil kembali melangkah mundur. Sudah lama sekali Wei WuXian tidak melihat Lan WangJi bertingkah seperti ini. Dia pun diam-diam tertawa sambil berlagak marah, "Apa maksudnya ini? Kenapa menghindariku? Kau beruntung, Lan Zhan, selama sepuluh tahun ini, kau dan aku sudah menjadi suami-istri. Tapi sekarang kau malah melupakanku semudah ini?" Mendengar itu, wajah dingin nan tampan Lan WangJi pun langsung goyah. Dia memulai, "... Sepuluh tahun? Kau... dan aku? ... sudah menjadi suami-istri?!" Hanya sembilan kata, tapi dia berhasil mengutarakannya meski terhenti beberapa kali. Wei WuXian tampak menyadari sesuatu, "Oh,

aku lupa. Kau belum tahu soal itu. Kalau dihitung waktunya, sepertinya kita baru saja bertemu ya? Apa aku baru saja meninggalkan Yun Shen Buzhi Chu? Jangan khawatir. Kuberitahu satu rahasia—beberapa tahun lagi, kita akan menjadi pasangan kultivasi!" Lan WangJi, "... Pasangan kultivasi?" Wei WuXian berkata, "Benar! Pasangan yang melakukan kultivasi ganda setiap hari. Kita sudah menikah dengan benar dan sesuai peraturan—kita bahkan sudah bersujud." Lan WangJi begitu marah sampai dadanya mengembang. Sesaat kemudian, beberapa kata lolos dari bibirnya, "... Benar-benar omong kosong!" Wei WuXian, "Kau akan tahu itu omong kosong atau bukan kalau mau mendengarkanku. Kau suka memelukku dengan erat saat tidur, dan kau harus memelukku. Kalau tidak begitu, kau tidak akan bisa tidur; setiap kali kita berciuman, kau pasti akan menciumku lama, dan saat akan selesai, kau suka sekali menggigitku dengan lembut; oh benar, kau juga suka menggigitku saat kita melakukan hal lainnya, seperti di tubuhku..." Dari kata 'memelukku dengan erat', ekspresi Lan WangJi sudah terpilin. Semakin didengar, semakin besar reaksinya. Seakan-akan ingin menutup telinga untuk menghalangi kata-kata tak senonoh itu, Lan WangJi pun menyerang maju, "Omong kosong!"

Wei WuXian berkelit minggir, "Omong kosong lagi? Setidaknya gantilah perkataanmu sedikit! Dan mana mungkin kau tahu aku hanya bicara omong kosong? Apa kau tidak seperti itu?" Lan WangJi berujar dengan menekankan setiap kata, "Aku... tidak pernah berciuman... jadi mana mungkin aku tahu apa yang kusukai... sedangkan aku...!" Wei WuXian berpikir sejenak, "Kau benar. Di umur segini, kau masih belum mencium siapa pun, jadi tentu saja kau tidak tahu seperti apa dirimu saat mencium seseorang. Mau coba sekarang?" "..." Lan WangJi benar-benar marah sampai lupa memanggil murid lain untuk menangkap penyusup mencurigakan ini. Dia menyerang lagi dan lagi, membidik tepat di pergelangan tangannya. Namun dia saat ini masih muda. Kemampuan Wei WuXian jauh lebih tinggi sehingga dengan mudahnya bisa menghindari setiap serangan. Melihat celah pergerakannya, Wei WuXian pun mencubit sesuatu di lengan Lan WangJi dan pemuda itu berhenti bergerak. Memanfaatkan kesempatan itu, Wei WuXian pun mengecup lembut pipi Lan WangJi. "..." Setelah dicium, dia melepaskan lengan Lan WangJi dan menghilangkan pengekangnya. Namun Lan WangJi malah terpaku seperti patung beku, dan terus mematung begitu lama seperti tak sadarkan diri.

"Hahahahahahahahahahahahahahahahaha..." Wei WuXian tertawa sendiri sampai terbangun dari mimpinya. Dia tertawa begitu keras sampai hampir terguling jatuh dari ranjang. Untung saja lengan Lan WangJi selalu memeluk pinggangnya. Tubuh Wei WuXian ikut gemetar karena suara tawanya saat terbangun, membuat Lan WangJi ikut terbangun juga. Keduanya pun duduk bersama. Lan WangJi menunduk sambil memijat pelipisnya, "Barusan, aku..." Wei WuXian, "Barusan, apa kau mimpi bertemu denganku yang berumur dua puluhan saat kau masih lima belas tahun?" "..." Lan WangJi menatapnya, "Pembakar dupa." Wei WuXian mengangguk, "Kukira hanya aku yang masuk ke dalam mimpi itu karena efek samping dari pembakar dupa, tapi siapa sangka ternyata kau yang lebih terpengaruh." Situasi malam ini berbeda dari yang kemarin. Barusan tadi, Lan Zhan muda di dalam mimpi adalah Lan WangJi sendiri. Siapa pun yang bermimpi seringkali tidak sadar kalau sedang bermimpi. Makanya, Lan WangJi benar-benar mengira dirinya baru berusia lima belas tahun di mimpinya. Awalnya mimpi itu normalnormal saja—kelas pagi, jalan-jalan, merawat kelinci. Tetapi dia berpapasan dengan Wei WuXian yang menyelinap ke dalam mimpinya

dan berbuat nakal di sana. Setelah tertangkap, yang terjadi selepas itu tentu saja menggoda Lan WangJi. Wei WuXian, "Aku tidak kuat, Lan Zhan. Bagaimana kau saat memeluk kelincimu dan tidak mau melepaskannya, takut kalau kakak dan pamanmu tidak akan mengizinkanmu merawat mereka—aku sangat mencintaimu. Hahahahahaha..." Lan WangJi tidak tahu harus merespons bagaimana, "... Sudah larut malam. Tawamu bisa mengganggu yang lain." Wei WuXian, "Kaupikir kita selalu tenang setiap malam? Kenapa kau cepat sekali bangunnya? Bangunlah nanti-nanti saja, aku akan menyeretmu ke gunung yang jauh dari sektemu dan melakukan sesuatu padamu, membiarkan Lan Er Gege muda mencicipi hal baik dalam hidupnya untuk pertama kali, hahahaha..." Lan WangJi memandanginya berguling ke sisinya. Dia tidak pernah bisa menemukan kata-kata yang tepat. Setelah duduk cukup lama, dia tiba-tiba merengkuh Wei WuXian dan menindihnya ke ranjang. Mereka mengira bahwa kekuatan pembakar dupa itu akan lenyap setelah malam kedua terlewat. Namun pada malam ketiga, Wei WuXian terbangun di mimpi Lan WangJi lagi.

Dengan berpakaian serbahitam, Wei WuXian berjalan-jalan menapaki jalur kerikil putih di Yun Shen Buzhi Chu. Rumbai merah dari Chenqing bergoyang-goyang pada setiap langkahnya. Kemudian terdengar suara orang membaca buku. Asalnya dari Lanshi. Wei WuXian pun berjalan santai ke arah ruangan itu. Benar saja, beberapa murid Sekte Lan sedang belajar malam di sana. Tidak ada Lan QiRen. Lan WangJi-lah yang mengawasi mereka. Mimpi Lan WangJi malam ini sepertinya saat dia masih muda, tapi nampaknya dia seperti saat berada di Gua Xuanwu dulu, sekitar tujuh belas atau delapan belas tahun. Sosoknya elegan dan menguarkan aura seorang kultivator ternama tapi masih dihinggapi darah mudanya. Dia duduk tekun di bagian terdepan ruangan itu. Ketika ada yang maju bertanya, dia akan melirik sekilas sebelum menjawab langsung. Ekspresi seriusnya sangat kontras dengan keremajaannya. Wei WuXian bersandar pada pilar di luar Lanshi. Usai menonton cukup lama, dia pun meloncat naik ke atap tanpa suara dan menaruh Chenqing di dekat bibirnya. Di dalam Lanshi, Lan WangJi terdiam sebentar. Salah seorang pemuda di sana bertanya, "Gongzi, ada apa?" Lan WangJi, "Siapa yang memainkan seruling selarut ini?"

Para bocah itu saling tatap. Kemudian salah satunya segera menjawab, "Saya tidak mendengar suara seruling?" Lan WangJi pun mengernyit. Dia bangkit dan keluar pintu sambil menggenggam pedangnya. Bersamaan dengan Wei WuXian yang menyingkirkan seruling dan mendarat lincah di atas atap lain dalam sekali loncatan. Lan WangJi menyadari pergerakan itu dan berseru dengan suara rendah, "Siapa di sana?!" Wei WuXian bersiul ringan dua kali. Suaranya sudah berjarak puluhan meter jauhnya. Dia tertawa, "Ini suamimu!" Mendengar suara itu, ekspresi Lan WangJi pun langsung berubah. Dia meragu, "Wei Ying?" Wei WuXian tidak menjawab. Lan WangJi pun menghunuskan Bichen dari punggungnya dan mengejar lelaki itu. Setelah melompat beberapa kali, Wei WuXian sudah mendarat di atas dinding pagar Yun Shen Buzhi Chu. Dia berdiri sambil menginjak genting atapnya. Lan WangJi juga mendarat di sana, berdiri beberapa meter jauhnya. Sambil menggenggam Bichen, angin malam membuat pita dahi, kain lengan dan bagian bawah jubahnya berkibar pelan, nyaris menakjubkan. Dengan kedua tangan di balik punggung, Wei WuXian pun tersenyum lebar, "Sungguh lelaki tampan dengan pergerakan yang juga

tampan. Pemandangan yang hebat. Akan lebih sempurna kalau ada sekendi Senyum Kaisar yang tampan juga." Lan WangJi menatapnya lekat-lekat, lalu berujar, "Wei Ying, apa maumu mengunjungi Yun Shen Buzhi Chu malam-malam begini tanpa diundang?" Wei WuXian, "Coba tebak?" "..." Lan WangJi, "Konyol!" Bilah Bichen menerjang, tapi Wei WuXian bisa mengelak dengan mudah. Lan WangJi muda sudah mahir dalam berpedang, tapi di hadapan Wei WuXian sekarang ini, dia benar-benar bukan ancaman besar. Hanya beberapa kali serangan, Wei WuXian bisa melihat celahnya dan menempelkan secarik jimat di dada Lan WangJi. Tubuh pemuda itu pun terpaku, tak bisa bergerak, sedangkan Wei WuXian menyambar tubuhnya dan berlari ke arah belakang gunung Yun Shen Buzhi Chu. Wei WuXian menemukan semak belukar tanaman obat-obatan. Lan WangJi diturunkan di sana, disandarkan pada sebongkah batu putih, "Apa maumu?" Wei WuXian mencubit pipinya dengan wajah serius, "Memperkosa."

Lan WangJi tidak tahu dia hanya bercanda atau tidak, wajahnya makin pucat, "Wei Ying, kau... tidak boleh bertindak sembrono." Wei WuXian tertawa, "Kau mengenalku sendiri. Aku suka sekali bertindak sembrono." Sambil bicara, tangannya menyusup ke balik lapisan jubah tebal Lan WangJi dan meremas bagian privat tubuhnya. Remasan itu sangat lihai, antara ringan dan berat. Seketika, ekspresi Lan WangJi semakin lucu. Ujung mulutnya berkedut, bibir mengatup rapat. Berangsur-angsur dia berhasil mengendalikan ekspresi wajahnya dan berpura-pura tenang. Namun Wei WuXian malah semakin berani. Dia melepaskan ikat pinggang Lan WangJi dan melucuti celananya dalam beberapa gerakan saja. Tangannya merasakan bobot benda berat itu yang sama sekali tidak cocok dengan wajah lembut Lan WangJi, memujinya dari lubuk hati, "Kau benar-benar sudah punya bakat sejak muda, HanGuang-Jun." Kemudian jarinya menyelentik ringan batang itu. Melihat bagian privat tubuhnya dimainkan seperti ini, Lan WangJi pun tampak seperti akan mati karena marah. Dia bahkan tidak punya tenaga untuk memikirkan siapa itu HanGuang-Jun. Suaranya kasar, "Wei Ying!!!" Wei WuXian tertawa, "Berteriaklah semaumu. Tidak akan ada yang datang menyelamatkanmu walaupun kau berteriak sampai tenggorokanmu serak."

Lan WangJi hendak bicara lagi saat dia menyaksikan Wei WuXian selesai tertawa dan, sambil menyelipkan rambut ke belakang telinganya, dia menunduk untuk menelan batang di bawah sana. Rasa syok meledak di pandangan Lan WangJi. Dia tidak bisa percaya apa yang sedang terjadi. Sekujur tubuhnya kaku. Lan WangJi berusia tujuh belas tahun ini masih dilingkupi aura yang belum dewasa, tapi ukuran ereksinya jelas tidak bisa dipandang sebelah mata. Wei WuXian perlahan memasukkannya ke dalam mulut. Bahkan sebelum bisa menelan semuanya, dia merasakan ujung licinnya sudah membentur dinding tenggorokan. Batang ereksi itu besar dan panas. Bagian dalam mulut Wei WuXian bahkan bisa merasakan denyut kuat dari pembuluh nadinya. Pipi Wei WuXian juga mengembung karena mulutnya disesaki benda asing itu. Meski sempat mengalami kesulitan, dia tetap sabar memasukkan itu sedikit lebih dalam lagi ke tenggorokannya. Wei WuXian memang cukup berpengalaman dalam mengurusi kejantanan Lan WangJi ini. Dia pun berusaha sebaik mungkin, mengisap dan menjilat dengan suara berisik, nyaris seperti sedang menikmati hidangan bercitarasa luar biasa dengan segenap kesungguhan. Bahkan meski wajah putih Lan WangJi tak pernah bersemu merah sedikit pun, leher dan telinganya tetap merona, napasnya dangkal. Wei WuXian menghabiskan waktu cukup lama untuk mengisap dan menelan batang itu sampai pipinya mulai nyeri, tapi Lan WangJi masih belum juga berejakulasi. Wei WuXian agak kebingungan pada apa yang terjadi—mustahil kalau kemampuannya tidak cukup

untuk menghadapi Lan WangJi berusia tujuh belas ini, bukan? Namun saat Wei WuXian melirik ke atas, dia melihat wajah Lan WangJi sudah penuh dengan pengendalian diri. Kejantanannya jelas-jelas sudah sekeras besi, tapi dia masing ngotot tidak mau 'keluar', seakan-akan dia berupaya melindungi garis terakhir dari pertahanan dirinya. Wei WuXian pun merasa lucu, keinginannya untuk berbuat nakal muncul lagi. Ujung lidahnya yang basah menjilat belahan kepala penis itu lagi dan lagi. Dengan beberapa kali tusukan dalam ke tenggorokan, Lan WangJi pun tidak sanggup lagi dan akhirnya 'keluar'. Air maninya cukup pekat, aroma musky itu langsung tumpah ke tenggorokannya. Wei WuXian menegakkan tubuh, terbatuk sedikit sambil mengusap ujung mulutnya dengan punggung tangan. Seperti sebelumnya, dia menelan semuanya. Sementara itu, setelah berejakulasi, Lan WangJi menatap Wei WuXian lekat-lekat dengan mata memerah, tak bisa berkata-kata, entah karena respons tubuhnya pada orgasme barusan atau hanya lantaran marah dan malu. Hati Wei WuXian serasa meleleh saat melihat wajah malu Lan WangJi. Dia pun mengecup pipi pemuda itu dengan lembut, "Baiklah. Maafkan aku. Tidak seharusnya aku menindasmu." Usai berujar begitu, jari Wei WuXian mengusap batang yang baru saja berejakulasi itu, lalu melepas ikat pinggang untuk menanggalkan celananya sendiri.

Wei WuXian memiliki kaki yang ramping, pahanya seputih giok dengan garis-garis otot yang lembut. Dengan pantat yang sintal dan penuh itu, dia terlihat sangat menggiurkan. Di sisi lain, Lan WangJi bersandar di batu dan jelasnya bisa melihat semua itu ditambah apa yang berada di bagian bawah tubuh Wei WuXian. Sambil berlutut di atas tanah, Wei WuXian membalik badan dan tengkurap, punggung menghadap Lan WangJi. Jarinya bergerak mengoleskan cairan putih itu ke bagian bawah tubuhnya. Lubang masuk tersembunyi di dalam lekuk pantatnya. Wei WuXian baru memperlihatkan titik merah muda itu setelah membuka belahan pantatnya. Celah itu lembut dan tampak patuh. Awalnya tertutup, tapi setelah dua jari Wei WuXian memijit lembut sekeliling lubangnya dengan air mani Lan WangJi, lubang itu mulai terbuka, hampir menelan ujung jarinya malu-malu. Wei WuXian memasukkan jarinya dengan perlahan, lantas mulai menggerakkannya keluar masuk. Kemudian gerakannya kian cepat dan ereksinya sendiri mulai berdiri. Begitu suara kecipak basah mulai terdengar dari belakang, Wei WuXian pun memasukkan jari ketiga, menghela napas lembut seakanakan merasa kewalahan. Dia sadar betul akan kemampuannya sehingga gerakan jarinya pun melambat lagi. Di tengah malam begini, detail-detail itu tidak akan terlihat jelas. Namun indra Lan WangJi terbilang tajam, apalagi penglihatannya. Dia pun hanya bisa menyaksikan adegan menggairahkan yang terjadi tepat di depan matanya, entah kenapa tidak sanggup mengalihkan pandangannya.

Di ranjang, Wei WuXian suka sekali mencapai puncak bersama Lan WangJi. Makanya, untuk berjaga-jaga supaya tidak 'keluar' terlalu awal, dia pun menghindari titik kunci dalam tubuhnya saat jarinya keluarmasuk. Namun Lan WangJi selalu mengurusi titik sensitif itu dengan baik sehingga Wei WuXian saat ini merasa tidak bisa terpuaskan, dinding dalamnya lebih kejang dari biasa, berkontraksi beberapa kali karena tidak puas. Setiap kali jari-jarinya tidak menyentuh titik itu, pinggulnya akan bergerak turun tanpa kendali, mengarahkan titik itu sendiri ke jarinya. Setelah beberapa kali sentuhannya hampir mengenai itu, paha Wei WuXian pun terasa gemetar, nyaris tidak bisa terus berlutut lagi. Jari-jarinya segera ditarik, kemudian beristirahat sejenak untuk menenangkan diri. Saat berbalik, dia menangkap basah Lan WangJi yang sedang memandanginya. Pemuda itu sontak memejamkan mata. Wei WuXian menyeringai, "Hei, Lan Zhan, kau sedang apa? Membatin peraturan Sekte Lan?" Dugaannya memang benar, bulu mata Lan WangJi pun bergetar. Dia terlihat ingin membuka mata, tapi masih kukuh menahan diri. Wei WuXian meneruskan bicaranya dengan malas, "Lihatlah aku! Kenapa perlu takut? Toh aku tidak akan berbuat buruk padamu." Suaranya begitu merdu didengar telinga. Nada bicaranya saat mengucapkan itu pun begitu lemah dan sembrono, seperti kail kecil. Namun Lan WangJi sepertinya bersikeras untuk tidak melihat, tidak mendengar, tidak bicara, dan jelas tidak memperhatikannya sedikit pun,

tidak ingin terpengaruhi. Wei WuXian, "Jadi kau benar-benar tega tidak mau melirikku sedikit pun?" Setelah beberapa kali menggoda, dia melihat Lan WangJi tetap tidak mau membuka mata. Wei WuXian pun mengangkat sebelah alis, "Yah, kalau begitu, aku akan pinjam Bichen-mu sebentar. Kau tidak keberatan, kan?' Sambil bicara, dia benar-benar mengambil Bichen yang sudah jatuh di tanah. Mata Lan WangJi langsung terbuka, suaranya kasar, "Apa yang akan kaulakukan?!" Wei WuXian, "Menurutmu bagaimana?" Lan WangJi, "... Aku tidak tahu!" Wei WuXian, "Kalau tidak tahu, kenapa sampai gelisah begitu?" Lan WangJi, "Aku! Aku..." Wei WuXian menatapnya sambil tersenyum lebar. Dia mengayunkan Bichen di genggamannya sebelum menunduk, mencium lembut pangkal Bichen. Setelah itu, ujung lidahnya yang merah mulai menjilati pangkal pedang.

Bilah Bichen agak transparan, seperti terbuat dari es dan salju, tapi bagian pangkalnya ditempa dari perak murni dan berkualitas tinggi. Bobotnya cukup berat, dilengkapi ukiran kuno dan anggun. Pemandangan di hadapannya benar-benar erotis. Lan WangJi kelihatan teramat sangat marah, "Lepaskan Bichen!" Wei WuXian, "Kenapa?" Lan WangJi, "Itu pedangku! Kau tidak boleh memakainya untuk... untuk..." Wei WuXian merasa lucu, "Aku tahu ini pedangmu. Aku hanya sangat menyukainya dan ingin bermain dengannya sebentar. Menurutmu apa yang akan kulakukan?" "..." Lan WangJi tidak tahu harus berkata apa. Wei WuXian tertawa, "Hahahahahahahaha, apa yang sedang kaupikirkan, Lan Zhan?! Bukankah itu agak terlalu mesum?" Ketika menyaksikan Wei WuXian tidak hanya menyangkal, tapi juga balas menyerang, ekspresi Lan WangJi pun terlihat jelas. Setelah menggodanya begitu lama, Wei WuXian pun merasa puas dan melanjutkan, "Kalau kau tidak ingin aku menyentuh pedangmu, kau bisa menggantikannya dengan dirimu. Bagaimana? Iya atau tidak?' Lan WangJi tidak bisa mengatakan 'iya' atau hanya membiarkan Wei WuXian bermain-main dengan pedangnya. Dia tidak tahu

bagaimana menjawab pertanyaan itu. Wei WuXian berlutut di atas tanah dengan punggung tegak sambil merangkak ke arahnya, membujuk, "Kalau kau bilang 'iya', pedangmu akan kukembalikan dan aku akan bersenang-senang denganmu. Iya atau tidak?" Sesaat kemudian, satu kata berhasil lolos dari gigi Lan WangJi yang mengatup erat, "... Tidak!" Alis Wei WuXian terangkat, "Hm. Pegang kata-katamu." Dia bergerak mundur dari Lan WangJi dan duduk di depannya, tersenyum lebar sambil membuka kedua kakinya, "Kalau begitu kau bisa menontonku bermain-main dengan Bichen." Dengan posisi Wei WuXian yang teramat sangat tak tahu malu— kaki mengangkang lebar—Lan WangJi pun bisa melihat dengan jelas bagian privat tubuh Wei WuXian. Sepasang pantat semok itu terbuka sedikit karena pergerakan yang besar, memperlihatkan titik merah muda di celahnya. Karena tadi dimasuki jari, lubang itu terlihat lebih lembut. Wei WuXian mengarahkan pangkal Bichen ke lubangnya, menarik napas ringan. Sembari memasukkannya sedikit, lipatan tipis itu segera menghalus, mengisap ujung pangkal Bichen. Batang pendek itu langsung masuk ke dalam. Pangkal Bichen terasa sedingin es atau baja, membuat tulang belakang Wei WuXian merinding. Karena dinginnya, terowongan itu semakin mengejang, sedikit bagian pangkalnya pun keluar. Wei WuXian

langsung mencengkeram Bichen dan memaksanya masuk lagi dengan kekuatan yang lebih besar, lantas mulai menggerakkannya keluarmasuk. Dinding bagian dalamnya mengisap kuat, sedangkan pangkal pedang itu dihiasi lekuk dan tonjolan dari ukiran kuno. Saat tonjolan itu menggesek bagian dalamnya, sensasinya sudah cukup untuk membuat Wei WuXian menggila. Batang itu menyentuh titik tertentu, Wei WuXian pun mendesah, menarik kakinya hingga sedikit menutup saat kepalanya serasa berputar-putar dan kulit kepalanya meremang. Sekali lagi kejantanannya terangsang dan bergairah, sudah berdiri tegak. Dari sudut pandang Lan WangJi, adegan itu benar-benar sangat erotis. Wei WuXian berbaring di depan Lan WangJi, kaki mengangkang sendiri dengan lubang dimasuki pedang Lan WangJi. Pangkal pedang itu keras dan dingin, membuat jalan masuknya yang lembut sampai membengkak dan nyaris menyedihkan. Meski begitu, Wei WuXian masih berjuang menggerakkannya keluar-masuk, gerakannya semakin cepat saat setiap hentakan terasa kian mudah. Dia menghela napas saat menatap Lan WangJi dengan mata berkilat dan memanggilnya, "Lan Zhan..." "Lan Zhan..." Suara sedikit sengau. Dia tampak sedang memohon padanya, atau mungkin seperti gumaman tak sadar karena sedang bergairah. Entah yang mana, jelas-jelas itu mampu mengacaukan pikiran setiap orang. Lan WangJi terlihat seperti tidak bisa memejamkan matanya lagi ataupun mengalihkan pandangannya. Dia menatap dengan gairah di wajahnya, menatap bagaimana Wei WuXian

berjuang dengan Bichen, bagaimana dia merinding saat menyentuh dirinya sendiri. Ruas-ruas jari Lan WangJi bergemeretakan. Di sisi lain, Wei WuXian tidak menyadari apa yang sedang terjadi di sebelah sana. Di bawah siksaan Bichen, tanpa sadar kedua kakinya merapat sampai meremas paha dan pantatnya. Lubang masuknya juga mengisap pangkal pedang itu kuat-kuat. Wei WuXian menghela napas. Saat merasakan lengan dan kakinya mulai kehilangan tenaga, dia pun berbaring miring di atas tanah. Baru saja dia ingin beristirahat sebentar, kedua lututnya tiba-tiba ditangkap sepasang tangan sekeras besi, dan kakinya pun kembali dibuka secara paksa. Mata Wei WuXian terbuka dan bertemu pandang dengan mata Lan WangJi yang memerah menakutkan, bergejolak oleh kobaran api yang aneh. Lan WangJi menyambar Bichen, menariknya dan melemparnya jauh-jauh. Begitu pangkal pedang itu terlepas dari tubuhnya, Wei WuXian pun mendesah, seakan-akan merasa tidak puas. Lan WangJi menggeram marah, "Tidak tahu malu!!!" Dia menindih Wei WuXian dan mendesak masuk kejantanannya yang besar dan keunguan. Begitu masuk, dia mulai menggenjotnya dengan kekuatan yang tak terhentikan. Saat Lan WangJi menumbuknya, kaki Wei WuXian pun melingkar di pinggang Lan WangJi sambil memeluk lehernya dengan patuh dan terkesan menyambut. Namun setelah beberapa kali tusukan, dia kewalahan. Pergerakan Lan WangJi terlalu ganas. Tiap kali

menghentak, rasanya dia seperti dia akan dihantam dari belakang, bagian punggung dan tulang ekornya sedikit nyeri. Wei WuXian memanggilnya, "Lebih lembut! Er Gege, lebih lembut..." Entah karena sedang sial atau tidak, Wei WuXian terlupa bahwa sekarang dia lebih tua dari Lan WangJi dalam mimpi ini. Setelah keceplosan mengucapkan 'Er Gege', dia tidak hanya gagal membuat Lan WangJi menahan diri, tapi Lan WangJi juga malah semakin beringas saja, nyaris seperti ingin membelah pantat Wei WuXian sebagai hukuman. Leher Wei WuXian melengkung, menarik napas susah payah di tengah irama yang seperti badai, "Panas... sangat panas!" Seluruh bagian Bichen menguarkan aura dingin. Saat tadi masuk ke dalam tubuh Wei WuXian, pangkal Bichen membuat bagian dalam tubuhnya melembut dan agak dingin saat disentuh. Sementara itu, kejantanan Lan WangJi lebih tebal dan lebih hangat dari pangkal Bichen. Sehingga tiap kali Lan WangJi membenamkan miliknya, rasanya seperti ada bola api yang membakar perut Wei WuXian, begitu panas sampai dia ingin berguling-guling di tanah. Namun setelah menyentuh dirinya sendiri begitu lama dan ditambah genjotan Lan WangJi yang ganas dan beringas, tubuh Wei WuXian sudah melemas sedari tadi, hanya bisa gemetar di bawah gempuran Lan WangJi. Sekarang ini, meski level kultivasinya lebih tinggi, dia masih tidak sanggup memberontak. Begitu dirinya benar-benar tidak sanggup lagi,

dia hanya bisa mengelak minggir, memutar pinggangnya dengan niat ingin kabur, tapi Lan WangJi semakin menindihnya. Dengan beberapa tusukan yang lebih dalam, Wei WuXian pun tidak bisa lagi bersuara. Suara Lan WangJi yang kasar dan berat terdengar di telinganya, "Siapa suamimu?" Awalnya Wei WuXian masih merasa pusing dan tidak bisa bereaksi. Lan WangJi pun bertanya lagi dengan tumbukan yang begitu dalam sampai Wei WuXian nyaris binasa karena nikmat. Dia pun bergegas menjawab, "Kau! Kau! Kaulah, kaulah suamiku..." Itu adalah karma buatnya. Wei WuXian mengatupkan giginya dan dengan patuh menahan tumbukan itu. Dinding dalamnya yang dingin digesek-gesek oleh batang itu dan akhirnya terasa lebih baik. Ujung kejantanan Lan WangJi kasar dan menghujam masuk ke tubuhnya, sementara terowongan itu sendiri basah dan lembut, mengisap dan berkontraksi sesekali. Lengkungan ereksi Lan WangJi di dalamnya mengenai titik itu lagi dan lagi. Wei WuXian merasa sangat nikmat sampai akan menggila, tapi dia harus berpura-pura lemah dan kelimpungan. Saat tubuhnya bergerak naik-turun untuk mengimbangi irama tusukan Lan WangJi, dia berpegangan pada lengan lelaki itu dan memohon, "... Er Gege... Lan Zhan... Lebih lembut, ya? Sakit... Kurasa aku berdarah..."

Bagian mereka saling terhubung memang cukup basah, dan ada suara decitan basah yang semakin lama semakin keras. Mendengar itu, Lan WangJi pun langsung menunduk, dan seketika dia membeku. Wei WuXian merengek, "Apa berdarah?" Lan WangJi menghela napas berat, "Tidak?" Wei WuXian, "Tidak? Lalu barusan tadi apa?" Suara Lan WangJi begitu dalam, "Kau basah." Entah sudah berapa lama, paha dalam Wei WuXian berlumuran berbagai macam cairan, sedangkan ereksi Lan WangJi sendiri juga sudah berkilat basah. Cairan itu pasti berasal dari tubuh Wei WuXian sendiri. Wei WuXian berpura-pura tidak percaya, "Benarkah? Sungguh?" dia bertanya sambil menyambar tangan Lan WangJi dan mengarahkannya ke tempat mereka saling terhubung. Kejantanan Lan WangJi besar dengan urat nadi yang menonjol, membuat lubang Wei WuXian dilonggarkan hingga maksimal. Lan WangJi meraba sejumlah cairan kental itu beserta tubuh mereka yang terhubung erat. Seakanakan ditusuk jarum, dia segera menarik tangannya dan menatapnya. Cairan itu bening. Dan memang benar, bukan darah. Tubuh Wei WuXian dan Lan WangJi memang sangat kompatibel (cocok). Saat berada di puncak gairah, tentu saja tubuhnya akan

bereaksi sendiri. Namun sekarang ini Wei WuXian begitu asyik menggodanya. Ketika melihat bibir Wei WuXian melengkung tersenyum, Lan WangJi pun tahu dirinya sedang dipermainkan, dan sekali lagi dia membenamkan miliknya dalam-dalam. Napas Wei WuXian pun berhamburan karena hujaman itu. Dia buru-buru berkata, "... Lan Zhan, Lan Zhan, biarkan aku naik, biarkan aku yang di atas, ya?" Lan WangJi kelihatan tidak mengerti apa yang dia maksudkan dengan 'berada di atas', sehingga dia pun meragu sesaat. Wei WuXian memeluknya dan berusaha membalik posisi mereka. Saat ini, Lan WangJi telentang di atas tanah sementara Wei WuXian duduk di atas tubuhnya, keduanya terhubung oleh pantat dan pinggul. Saat sedang membalik posisi, ereksi tebal dan panas itu masih menghujam begitu dalam di tubuh Wei WuXian. Tidak pernah terlepas sedetik pun, hanya sedikit berputar di dalam sana. Wei WuXian menyipitkan mata karena nikmat. Kepalanya mulai terasa pusing lagi. Dia menunduk. Entah karena ilusi atau bukan, perutnya terasa sedikit membengkak lantaran kejantanan Lan WangJi berada di dalam tubuhnya. Dia pun tidak tahan untuk menyentuh perutnya. Tiba-tiba saja Lan WangJi mengangkat pantat Wei WuXian dan mendesaknya untuk mulai bergerak. Dengan topangan tangan itu, Wei WuXian bergerak menggelinjang. Saat naik, posisinya begitu tinggi sampai hanya ujung tegang milik Lan WangJi yang berada di dalam tubuhnya; tapi saat dia

bergerak turun, kejantanan itu akan menghujam ke tempat terdalam di tubuhnya, begitu dalam sampai membuat Wei WuXian mengernyit. Terlebih lagi iramanya begitu cepat sampai nyaris tidak ada ruang untuk bernapas. Dulunya setiap kali mereka bercinta, posisi seperti ini harus disertakan karena selalu menghujam paling dalam dan Wei WuXian amat menyukainya. Namun sekarang ini, dia sangat menderita karena kedalamannya tak tertahankan. Lan WangJi berusia tujuh belas tahun di mimpinya ini sudah menggila karena terus-terusan digoda sehingga tidak bisa mengendalikan kekuatannya sama sekali. Dan Wei WuXian pun digenjot begitu ganas sampai kaki-kakinya gemetaran. Dia tidak bisa bergerak, apalagi punya tenaga untuk memberontak. Di situasi semalang ini, dia hanya bisa menopang tangannya di perut kekar Lan WangJi dan terkesiap beberapa kali. Wei WuXian terlahir dengan pinggang dan pinggul yang ramping, tapi pantatnya bisa terbilang berisi. Jari-jari Lan WangJi terbenam di gundukan daging itu, mengelus dan meremasnya. Tak lama kemudian, muncullah area yang tampak memar. Sekujur tubuh Wei WuXian merasa geli dari luar dan dalam, dan pantatnya sakit karena terus digosok. Dia hanya bisa menepis salah satu tangan Lan WangJi. Namun pemuda itu terlihat sangat tidak puas dengan tindakannya. Wajahnya mengernyit dan menggelap, dan pantat Wei WuXian pun terkena tamparan yang keras. Suaranya menggema ringan. Wei WuXian begitu syok sampai tak bisa berkata-kata karena tamparan itu.

Sepanjang hidupnya, tidak banyak orang yang memukul Wei WuXian di tempat itu. Bahkan tiap kali dia berbuat nakal saat muda pun Nyonya Yu hanya akan mencambuk punggung dan telapak tangannya. Jiang FengMian dan Jiang YanLi yang sangat menyayanginya pun lebih mustahil lagi. Ketika menyaksikan anak dari keluarga lain dilucuti celananya dan dipukul pantatnya, Wei WuXian pun merasa sangat malu dan pamer bahwa dia tidak pernah dipukul seperti itu. Namun sekarang ini, Lan WangJi sudah menghancurkan 'keperawanan' pantatnya, dan terlebih lagi... ini adalah Lan WangJi yang berusia tujuh belas tahun. Seketika, wajah Wei WuXian pun beralih antara merah dan putih. Ini adalah pertama kalinya dia merasakan malu yang tak tertahankan saat beradu di ranjang. Semakin dipikir, semakin dia tidak bisa meneruskannya. Separuh pantatnya sudah tersengat nyeri. Dia segera berteriak, "Tidak mau melakukannya lagi!" Dan berguling minggir, turun dari tubuh Lan WangJi. Sambil menyeret kedua kaki lemasnya, Wei WuXian berjuang merangkak menjauh dan mencari celananya. Lan WangJi saat ini sedang benar-benar terangsang, apalagi dia sudah diremas, dicubit, diselentik, dicium, disentuh, dan diancam Wei WuXian begitu lama sehingga dia pun dipenuhi amarah tak terucapkan. Setelah mengetahui Wei WuXian ternyata takut dipukul pantatnya, mana mungkin Lan WangJi melepaskannya semudah itu. Pemuda itu pun mengibaskan tangannya dan celana yang baru ditarik Wei WuXian sampai ke lutut pun robek hingga potongan kecil-kecil. Lan WangJi membalik tubuh lelaki itu,

mengunci pergelangan tangannya dan mendaratkan tamparan keras sekali lagi ke kulit seputih salju itu. Bebarengan dengan tepukan singkat itu, sekujur tubuh Wei WuXian pun gemetaran. Dia meronta, "Sakit!" Sebenarnya tidak sakit. Hanya saja, rasanya luar biasa memalukan. Saat di ranjang, Wei WuXian tidak pernah mencoba menahan suaranya, sehingga tiap kali bercinta, suara Wei WuXian akan menjadi agak serak di tengah-tengah beraktivitas. Suaranya barusan bukanlah jeritan kesakitan, tapi lebih seperti desahan yang menggoda. Mendengar itu, Lan WangJi pun membeku, pandangannya bergerak turun. Di bawah telapak tangannya adalah dua lekuk pantat yang bulat dan berisi. Karena dua tamparan tadi, ada semu merah muda di kulit putih itu, merona dengan bekas membentuk jari yang kasar. Setelah belahan pantatnya dibuka secara paksa dan dihujam begitu lama, celah di dalam sana pun agak terbuka, memperlihatkan lubang yang berkontraksi malu-malu yang terlihat makin lembut hingga membengkak, nyaris membuat orang ragu bagaimana bisa lubang itu menelan pangkal Bichen dan kejantanan Lan WangJi yang berukuran menakutkan. Di dekat pantat dan bagian dalam pahanya, terdapat cairan yang menetes dan mengalir. Mata Lan WangJi pun menggelap. Di sisi lain, setelah ditangkap Lan WangJi, Wei WuXian begitu ketakutan kalau dirinya akan dipukul lagi. Dia pun buru-buru meremas

lubangnya, berusaha keras mengalihkan perhatian Lan WangJi dengan membuat lubangnya membuka dan menutup, berharap lelaki itu akan memusatkan perhatiannya dengan tugas yang sesungguhnya dan berhenti menyiksa dua gundukan pantat itu. Dan benar saja, napas Lan WangJi makin terengah-engah. Dia membalik tubuh Wei WuXian dan mulai mendesak masuk lagi. Proses masuknya begitu mulus. Saat merasakan tubuhnya terisi lagi, Wei WuXian akhirnya menghela napas lega. Namun, sebelum dia bisa menghela napas sepenuhnya, Lan WangJi sudah mendaratkan tamparan lain di pantatnya. Wei WuXian gemetaran, tubuhnya menegang tak terkendali. Begitu ujung batang Lan WangJi menyentuh titik sensitifnya, kejantanan Wei WuXian sendiri semakin menegang, dan kini mulai meneteskan cairan putih. Dan begitulah, setiap kali menumbuk, Lan WangJi akan menepuk pantat Wei WuXian. itu berarti, setiap kali lubang Wei WuXian mengencang dan meremas ereksi Lan WangJi saat titik vitalnya dihujam, bagian bawah tubuhnya sendiri juga makin menegang. Itu adalah rangsangan berlapis tiga yang saling menindih. Wei WuXian benar-benar berada dalam kenikmatan berbahaya dan mengerang lirih, "Jangan begini... Lan Zhan... Berhenti... Hentikan... Bangun! Bangunlah, Lan Zhan..." Dia tahu Lan WangJi memang senantiasa ganas saat di ranjang dan Wei WuXian selalu menyukai keganasan itu. Namun inilah pertama kalinya dia didesak hingga tersudut.

Setelah puluhan kali tamparan, pantat Wei WuXian pun memerah dan panas, agak membengkak. Rasanya sakit saat disentuh dan sekujur tubuhnya juga makin sensitif. Ketika Lan WangJi menggenjotnya dalam-dalam, kepalanya membungkuk dan mencium bibir Wei WuXian. Wei WuXian pun balas memeluk pundaknya dengan lemah, terlarut dalam ciuman ini. Kelelahan, dia akhirnya 'keluar'. Cairan putih kental itu terciprat di antara perut mereka. Lan WangJi pun menyusul dengan menumpahkan seluruh air maninya ke dalam tubuh Wei WuXian. Setelah begitu lama terdiam dalam pelukannya dengan patuh, Wei WuXian pun berbicara dengan suara parau, "Sakit..." Setelah dua kali berejakulasi, Lan WangJi sepertinya sudah tersadar kembali. Dia berbaring di atas Wei WuXian dan hanya bisa bertanya pasrah, "... Yang mana?" Wei WuXian, "..." Tentu saja dia tidak bisa mengatakan pantatnya sakit. Dia hanya berbisik, "Lan Zhan, cium aku lagi, cepat..." Saat melihat Wei WuXian menunduk dan bertingkah patuh, telinga Lan WangJi pun bersemu merah muda. Dia menurut dan memeluk Wei WuXian erat-erat, melumat bibir Wei WuXian dengan bibirnya untuk memulai ciuman yang lembut.

Saat bibir mereka terpisah, Lan WangJi memang menggigit ringan bibir bawah Wei WuXian. Dan mereka berdua pun terbangun. Sambil terbaring di atas ranjang kayu Jingshi, mereka berdua saling tatap cukup lama. Kemudian Lan WangJi merengkuh Wei WuXian ke dalam pelukannya. Sambil berpelukan, Wei WuXian dicium begitu lama. Dia memejamkan matanya setelah puas, "Lan Zhan... Aku mau tanya. Setiap kali kau 'keluar' di dalam tubuhku, apa artinya kau ingin aku mengandung Lan Gongzi kecil untukmu?" Dalam mimpinya, Wei WuXian sudah menggoda Lan WangJi dan berakhir dengan menggali kuburannya sendiri, sehingga saat terbangun dan melihat Lan WangJi, dia pun hanya bisa menyemburkan omong kosong lagi. Namun Lan WangJi yang sekarang tidaklah terlalu mudah merona seperti tadi. Dia hanya bertanya, "Bagaimana bisa?" Wei WuXian menggeser lengannya yang nyeri dan memakainya sebagai bantal kepala, "Ugh, kalau aku bisa, tempat ini pasti sudah lama menjadi sarang bocah-bocah kecil yang berlarian karena kau menyetubuhiku sepanjang waktu." Lan WangJi tidak pernah bisa tahan mendengarkan kata-kata tak senonoh itu, "... Hentikan."

Wei WuXian menopang kakinya dan tersenyum lebar, "Malu lagi? Aku..." Sebelum ucapannya selesai, tiba-tiba dia merasakan Lan WangJi menepuk ringan pantatnya. Wei WuXian hampir terjungkal dari ranjang, "Apa yang kaulakukan?!!" Lan WangJi, "Biar kulihat." Wei WuXian langsung merangkak naik, mengabaikan kakinya yang goyah, "Tidak, terima kasih, Lan Zhan. Aku benar-benar ingat hal menakjubkan apa yang kaulakukan di mimpimu. Tidak ada yang pernah memperlakukanku seperti itu!!! Mulai sekarang, kau juga tidak kuperbolehkan melakukan itu. Kalau kau mau menyetubuhiku, lakukan saja. Aku akan membuka kakiku dan membiarkanmu berbuat sesuka hatimu—tapi jangan memukulku!!!" Lan WangJi menariknya kembali ke atas ranjang, "Tidak akan lagi." Setelah menerima janjinya, Wei WuXian pun lega, "HanGuangJun, pegang kata-katamu." Lan WangJi, "Mn." Setelah tiga malam berturut-turut penuh "kerja keras", dia pun merasa kelelahan. Wei WuXian juga tidak sanggup melanjutkan lagi. Dia meringkuk ke pelukan Lan WangJi lagi dan bergumam, "Tidak ada yang pernah memperlakukanku seperti itu..."

Lan WangJi mengelus rambutnya dan mendaratkan kecupan di dahinya. Sambil menggeleng, dia tersenyum tenang.

THE GRANDMASTER OF DEMONIC CULTIVATIONWhere stories live. Discover now