(76) SENJA #1

1.2K 85 5
                                    

DI dalam Paviliun Harta terbesar di Kota Lanling. Di antara barisan rak harta karun yang tersusun rapi, ada begitu banyak kepingan giok spiritual dan senjata berkualitas tinggi. Banyak kultivator yang sibuk memilih, membandingkan harga dan kualitas setiap batu mulia. Yang memiliki waktu luang akan bercengkerama sebentar. Salah satu dari mereka bertanya, "Kepala Kultivator? Sepertinya sekte-sekte besar sudah cukup lama sibuk memperdebatkannya. Apa mereka sudah membuat keputusan?" "Memangnya apa yang perlu diperdebatkan? Kita tidak bisa selamanya menjadi tumpukan pasir lepas—kelompok tanpa pemimpin, kan? Memilih seorang kultivator untuk mengawasi semua sekte— menurutku tidak ada salahnya." "Mana mungkin akan sebagus itu? Bagaimana kalau ada Sekte QishanWen yang lain..." "Apanya yang sama? Kepala Kultivator dipilih oleh semua sekte. Beda, jelas beda."

"Haha, mereka bilang itu pemilihan, tapi dalam hati, semua orang tahu sendiri. Entah apa yang terjadi, tetap saja beberapa orang akan bersaing untuk memperebutkan posisi itu, bukan? Apa ada ruang untuk yang lain?" "Bukankah ChiFeng-Zun agak menentang hal itu? Dia sudah berulang kali mencoba menghentikan Jin GuangShan, entah secara tersirat atau tidak. Menurutku masih akan butuh waktu lama lagi sampai mereka selesai mempertimbangkannya." "Dan hanya ada satu orang yang bisa menduduki posisi Kepala Kultivator. Kalau waktunya tiba, siapa pun yang terpilih menurutku tetap akan butuh beberapa tahun lagi untuk diperdebatkan." "Itu kan masalah orang-orang kasta atas. Bukan urusan kita. Lagipula udang kecil seperti kita ini mana mungkin punya kendali sekalipun mau, bukan?" Seseorang mendadak mengubah topik pembicaraan, "Apa kalian ada yang menghadiri upacara perampungan Paviliun Perpustakaan di Yun Shen Buzhi Chu? Aku hadir. Aku berdiri di sana dan menyaksikan sendiri, wujud bangunan itu benar-benar sama persis seperti sebelumnya. Itu memang pembangunan ulang yang sulit." "Iya, sangat sulit. Itu kan kediaman kultivasi yang sangat luas, alam menakjubkan berusia ratusan tahun—bagaimana bisa dibangun dalam waktu sesingkat itu?"

"Ngomong-ngomong, ada banyak kejadian menyenangkan belakangan ini, bukan?" "Maksudmu perayaan tujuh-harian anak Jin ZiXuan itu? Ada setumpuk benda warna-warni tapi bocah itu tidak menyukainya sama sekali. Dia menangis begitu keras sampai atap Aula Glamor hampir rubuh. Lucu sekali dia bisa tertawa setiap kali melihat pedang Suihua milik ayahnya. Orangtuanya sangat bahagia. Mereka bilang anak itu akan menjadi ahli pedang yang hebat saat besar nanti." Tak jauh dari sana, sesosok berjubah putih sedang memegang liontin giok berumbai di tangannya, memeriksanya dengan hati-hati. Mendengar obrolan tadi, dia pun tersenyum. Terdengar suara seorang kultivator wanita, "Nyonya Jin sangat beruntung... Dia pasti sudah menyerah mencapai keabadian di kehidupan sebelumnya sehingga dia sekarang memperoleh kehidupan yang seberuntung ini." Pasangannya menjawab, "Sepertinya memang benar. Tidak peduli kau bagus dalam hal apa, selama latar belakangmu bagus maka tidak akan ada kendala. Padahal jelas-jelas dia biasa saja..." Sosok berjubah putih itu mengernyit. Untung saja komentar kecut itu segera tertindih suara yang lebih keras, "Sekte LanlingJin memang pantas mendapat reputasinya. Bahkan bayi yang baru dilahirkan beberapa hari bisa mendapat perayaan sebesar itu."

"Kau tidak ingat siapa orangtua bayi itu? Mana bisa mereka menanggapinya dengan enteng? Bukan hanya pihak suami dari Nyonya Muda Jin yang menolak begitu. Kalau perayaannya kecil, ibu mertua dan adiknya mana mungkin mengizinkan? Perayaan satu bulanan yang diadakan beberapa hari lagi pasti lebih megah lagi." "Ngomong-ngomong, kau sudah dengar belum, katanya dalam perayaan satu bulanan itu... ada seseorang yang diundang?" "Siapa?" "Wei WuXian!" Keheningan sekilas mendera Paviliun Harta itu. Seseorang berseru, "Ya ampun... Kukira itu hanya rumor. Jadi dia benar-benar diundang?" "Iya! Sudah dikonfirmasi beberapa hari yang lalu. Wei WuXian akan datang." Seorang lain menyuarakan syok, "Apa sih yang dipikirkan Sekte LanlingJin? Apa mereka sudah lupa jumlah orang-orang tak berdosa yang dibunuh Wei WuXian di Jalur Qiongqi?" "Siapa yang akan berani datang ke perayaan sebulanan Jin Ling kalau orang seperti itu ikut diundang? Pokoknya aku tidak akan datang."

Diam-diam ada cukup banyak orang di kerumunan itu yang mengejek, Kau kan tidak memenuhi syarat untuk diundang, jadi kenapa

khawatir ingin datang atau tidak? Sosok berjubah putih itu mengangkat alisnya. Setelah memilih barang, dia pun berjalan keluar dari Paviliun Harta. Beberapa langkah kemudian, dia menuju ke sebuah gang sempit. Sosok berpakaian hitam pun muncul, "Gongzi, sudah selesai membeli barangnya?" Wei WuXian melemparkan kotak cendana halus padanya. Wen Ning menangkap dan membuka tutupnya, melihat liontin berumbai yang menggantung sekeping giok putih. Giok itu begitu jernih. Di dalamnya, cahaya putih lembut membias dan membuat giok itu seakanakan hidup. Wen Ning semringah, "Cantik sekali!" Wei WuXian, "Benda kecil cantik itu tidak murah sama sekali. Uang kakakmu hampir tidak cukup untuk membelinya setelah membeli pakaian baru. Aku tidak punya koin sepeser pun lagi. Aku akan menunggu dimarahi saat kembali nanti." Wen Ning buru-buru menyanggah, "Tidak, tidak. Gongzi membeli hadiah untuk anak Nona Jiang. Jiejie tidak akan memarahimu."

Wei WuXian, "Camkan perkataanmu. Kalau dia memarahiku, ingatlah untuk membelaku sedikit." Wen Ning mengangguk lalu menambahkan, "Jin Ling Gongzi pasti akan sangat menyukai hadiah ini." Namun Wei WuXian malah menjawab, "Bukan ini hadiah yang akan kuberikan padanya. Ini cuma aksesori kecil. Barang-barang di Paviliun Harta tadi—apa lagi yang disajikan selain penampilannya saja?" Wen Ning berhenti terkejut, "Kalau begitu, Gongzi, hadiah apa yang kaupersiapkan?" Wei WuXian, "Kehendak Langit tidak seharusnya dipertanyakan makhluk hidup." Wen Ning, "Oh." Dia benar-benar berhenti bertanya. Namun setelah menahan diri cukup lama, Wei WuXian pun tidak sanggup lagi, "Wen Ning, bukankah harusnya kau terus bertanya dengan ngotot dan penasaran? Bagaimana bisa kau benar-benar berhenti bertanya setelah mengatakan 'oh?' Kau tidak ingin tahu apa hadiahnya???" Wen Ning menatapnya hampa. Kemudian dia akhirnya sadar, "... Ya! Gongzi! Hadiah apa yang kaupersiapkan?"

Wei WuXian akhirnya mengeluarkan kotak kayu kecil dari dalam kain lengannya, mengguncangnya di depan Wen Ning sambil tersenyum. Wen Ning meraih kotak itu dan membukanya, lalu berseru, "Sungguh lonceng yang hebat!" Kata 'hebat' itu bukan pada desainnya yang rumit—meskipun kemurnian peraknya dan pahatan teratai berkelopak sembilan itu bisa dibilang puncak kesempurnaan dari karya itu. Namun yang membuat Wen Ning berseru takjub adalah pada seberapa besar kekuatan yang tersimpan di dalam lonceng sekecil itu. Wen Ning, "Gongzi, apa ini yang sudah kaubuat selama beberapa bulan ini, saat kau mendekam di dalam Gua sepanjang hari?" Wei WuXian, "Benar. Selama keponakanku membawa lonceng ini ke mana saja, tidak akan ada satu pun makhluk jahat berlevel rendah yang sanggup mendekatinya. Kau juga tidak bisa menyentuh benda ini terlalu lama. Kau mungkin akan ikut terpengaruh juga." Wen Ning mengangguk, "Aku bisa merasakannya." Wei WuXian mengambil rumbai liontin itu dan mengikatnya di lonceng perak. Saat digabungkan, kedua benda itu terlihat sangat indah. Wei WuXian cukup puas dengan itu. Wen Ning, "Tapi Gongzi, kau akan menghadiri perayaan satu bulanan Jin Ling Gongzi, jadi kau harus menahan diri saat melihat suami Nona Jiang. Jangan berselisih dengan dia..."

Wei WuXian melambaikan tangan, "Santai saja. Aku tahu apa yang perlu dan tidak perlu kulakukan. Jin ZiXuan sudah mengundangku, jadi aku tidak akan mengatakan hal buruk tentang dia selama setahun penuh." Wen Ning menggaruk kepalanya, malu, "Terakhir kali saat Jin Gongzi menyuruh orang untuk mengirimkan undanganmu di kaki Bukit Luanzang, kukira itu hanya perangkap. Tapi ternyata hanya salah paham. Itu sangat tidak adil buat dia. Sebelumnya aku tidak tahu, tapi nyatanya, Jin Gongzi orang yang baik juga..." Siang tiba. Mereka melalui Jalur Qiongqi untuk pulang. Setelah dipugar kembali, Jalur Qiongqi sudah berganti nama sejak lama. Wei WuXian tidak tahu apa namanya sekarang. Sepertinya orang lain juga tidak bisa ingat sehingga tetap menyebutnya Jalur Qiongqi. Awalnya mereka berdua tidak menyadari apa pun yang berbeda. Namun begitu mencapai bagian tengah lembah itu, Wei WuXian mulai merasakan ada yang janggal. Seharusnya pejalan kakinya tidak sesedikit ini. Wei WuXian, "Ada yang salah?" Wen Ning memutar bola matanya menjadi putih. Sesaat kemudian, pupil matanya kembali, "Tidak. Sangat sepi." Wei WuXian, "Memang terlalu sepi."

Dia bahkan tidak bisa menangkap sedikit pun suara bukan manusia yang biasanya selalu bisa dia dengar. Wei WuXian langsung siaga dan berbisik, "Ayo pergi!" Baru saja dia berbalik, Wen Ning sudah mengangkat tangan untuk menangkap sesuatu. Ada anak panah yang melesat ke tengah dada Wei WuXian. Wei WuXian langsung mendongak. Ada banyak orang bermunculan dari begitu banyak sudut persembunyian di kedua sisi lembah. Ada lebih dari tiga ratus orang. Kebanyakan mengenakan jubah Sparks Amidst Snow meski ada beberapa yang mengenakan seragam lain. Mereka semua menyangking busur panah di punggung dan pedang di pinggang, mengenakan armor dan penuh kewaspadaan. Dengan memanfaatkan gunung juga orang lain sebagai pertahanan, semua ujung pedang dan anak panah mereka arahkan pada Wei WuXian. Lesatan anak panah pertama yang diarahkan ke Wei WuXian ternyata dibidik oleh seseorang dari kerumunan paling depan. Sosok berbadan besar dan berkulit gelap. Sosok tampannya agak terlihat familier. Wei WuXian, "Siapa kau?" Lelaki itu awalnya hendak mengatakan sesuatu tentang bidikan anak panahnya. Namun begitu mendengar pertanyaan semacam itu, dia pun langsung melupakan semuanya dan memberang, "Berani sekali kau menanyakan siapa aku?! Aku Jin ZiXun!"

Wei WuXian langsung ingat. Diaadalah sepupu Jin ZiXuan. Dia sudah pernah bertemu dengannya beberapa kali. Jantungnya sudah tenggelam begitu lama. Awalnya Wei WuXian merasa bahagia karena dia dalam perjalanan ke perayaan satu bulanan anak Jiang YanLi. Namun sekarang, semua kebahagiaannya menguap, dirundung oleh bayangan mendung. Tetapi dia tetap tidak ingin terlalu ambil pusing, tidak ingin menduga kenapa orang-orang ini melakukan penyergapan di sini. Jin ZiXun melantangkan suaranya, "Wei WuXian, kuperingatkan kau—hilangkan kutukan jahatmu padaku sekarang juga, lalu aku bisa berpura-pura tidak ada yang terjadi dan melepaskanmu." Wei WuXian terkejut. Meski tahu dirinya akan dianggap menyangkal, dia tetap harus menjelaskan sini semua, "Kutukan apa?" Seperti dugaannya, Jin ZiXun mengira Wei WuXian bertanya meski sudah tahu, "Kau masih saja pura-pura tidak tahu apa pun?" Dia menarik kelepaknya hingga terbuka, lalu menggeram, "Baiklah. Biar kaulihat sendiri seperti apa kutukan jahatnya!" Dada Jin ZiXun dipenuhi banyak lubang dalam berbagai ukuran! Lubang-lubang yang lebih kecil berukuran seperti biji wijen sementara yang lebih besar seukuran kacang kedelai. Semuanya menyebar rata di tubuhnya, membuat bulu kuduk siapa pun yang melihatnya serasa berdiri.

Wei WuXian hanya meliriknya sekali, "Seratus Lubang?" Jin ZiXun, "Benar! Seratus Lubang!" 'Seratus Lubang' adalah kutukan yang paling brutal. Dulu saat Wei WuXian menjelajahi Paviliun Perpustakaan Sekte GusuLan ketika dia harusnya menyalin peraturan, dia menemukan sebuah buku kuno. Ada ilustrasi pada bagian yang menjelaskan kutukan sejenis ini. Sosok di gambar itu terlihat cukup tenang seolah tidak merasakan sakit apa-apa, tapi ada banyak lubang berukuran koin yang sudah menyebar di tubuhnya. Awalnya korban kutukan itu tidak akan merasakan apa-apa. Paling jauh pori-pori kulit mereka terasa makin kasar. Namun segera setelahnya, lubang-lubang itu akan membesar hingga seukuran biji wijen. Semakin lama, lubangnya akan makin besar dan makin banyak. Itu akan terus berlanjut sampai sekujur tubuh tertutupi banyak lubang dalam berbagai ukuran, nyaris seperti ayakan manusia yang aneh. Terlebih lagi setelah permukaan kulit dipenuhi lubang, kutukan itu akan mulai menyebar ke organ dalam. Bisa jadi dalam bentuk sakit perut tanpa henti atau pembusukan semua organ dalamnya! Jin ZiXun sudah menjadi korban kutukan yang begitu menjijikkan dan sangat sulit dihapuskan. Wei WuXian hampir merasa kasihan padanya. Namun, meski kasihan, dia masih mengira Jin ZiXun mungkin tidak punya otak yang benar, "Kau dikutuk Seratus Lubang, tapi kenapa kau datang dan menghadangku? Apa hubungannya denganku?"

Jin ZiXun melirik dadanya sendiri seolah merasa jijik juga. Dia melipat kembali kelepaknya, "Selain kriminal sepertimu yang terbiasa menapaki jalur melenceng itu, siapa lagi yang bisa melakukan hal biadab semacam ini padaku?" Wei WuXian membatin, Sebenarnya memang ada banyak yang

bisa. Apa mungkin Jin ZiXun mengira dirinya populer di antara orang lain? Namun Wei WuXian tidak ingin mengatakannya secara lantang dan memancing Jin ZiXun. Itu hanya akan memperburuk suasana, "Jin ZiXun, aku tidak melakukan trik selicik itu. Kalau aku ingin membunuh seseorang, maka akan kubiarkan semua orang tahu bahwa orang itu mati di tanganku. Dan kalau aku benar-benar ingin kau mati, maka kau pasti akan menanggung ribuan kali lipat lebih parah dari sekarang ini." Jin ZiXun, "Kau memang selalu arogan. Dan sekarang kau tidak berani mengakui perbuatanmu?" Wei WuXian, "Bukan aku yang melakukannya; jadi kenapa aku harus mengaku?" Niatan membunuh berkilat di mata Jin ZiXun, "Sopan santun sebelum memaksa—kalau kau tidak mau memanfaatkan kesempatan ini untuk menurut, aku tidak akan melepaskanmu dengan mudah!" Wei WuXian menghentikan langkahnya, "Oh, benarkah?"

Apa yang dia maksud dengan 'melepaskannya dengan mudah' memang cukup jelas. Ada dua cara menghilangkan kutukan Seratus Lubang. Selain memaksa pengirim kutukan itu memotong kultivasinya sendiri dan menghilangkan kutukannya, masih ada cara lain yang lebih absolut. Yaitu dengan membunuh pelakunya! Wei WuXian mencela, "Tidak akan melepaskanku dengan mudah? Kau? Hanya dengan ratusan orangmu ini?" Jin ZiXun melambaikan lengannya. Semua murid memasang panah di busur mereka, membidik Wei WuXian dan Wen Ning yang berada di bawah lembah. Wei WuXian mengangkat Chenqing ke bibirnya. Satu nada melengking dari seruling itu mengoyak keheningan lembah ini. Namun sesaat kemudian, tidak ada balasan yang datang. Jin ZiXun, "Kami sudah membersihkan semua area ini sejak lama demi menunggu kedatanganmu. Kau tidak akan mendapat bantuan apa pun tidak peduli seperti apa kau memainkan serulingmu. Ini adalah kuburan yang sudah kami persiapkan untukmu!" Wei WuXian tertawa dingin, "Kau mengincar kematianmu sendiri!" Usai bicara, Wen Ning mengangkat tangan dan mengoyak benang merah bergantung jimat di lehernya.

Setelah benang itu putus, tubuhnya bergetar, otot-otot wajahnya mulai terpilin. Ada tanda-tanda mirip retakan hitam yang menjalar dari leher ke pipinya. Mendadak dia mengangkat kepalanya, mengeluarkan raungan panjang dan tak manusiawi! Di antara tiga ratusan orang yang berpartisipasi di penyerangan ini, ada banyak yang sudah terbiasa berburu malam. Namun tidak ada satu pun yang pernah menemukan mayat ganas dengan raungan semenyeramkan itu. Lutut mereka goyah. Jin ZiXun bisa merasakan kulit kepalanya meremang. Dia mengangkat lengan dan memerintahkan, "Bidik!" Panah-panah berhujanan! Wen Ning menghancurkan sebongkah batu besar dengan tangan kosong dan mengangkatnya tinggi-tinggi ke udara, menghalangi sebanyak mungkin hujaman panah yang dia bisa. Setelah hujan panah usai, sekitar seratus kultivator meloncat turun dari dinding lembah dan menyerang mereka berdua di tanah lapang. Wei WuXian mundur beberapa kali, mengelak dari serangan diam-diam sebilah pedang. Selagi Wen Ning berhadapan dengan seratus orang itu, Jin ZiXun memakai kesempatan untuk menyerang. Dilihatnya Wei WuXian tidak membawa pedang dan hanya menyangking seruling yang sementara ini tak berguna, dia pun tertawa, "Inilah harga yang harus kaubayar atas keangkuhanmu itu. Tanpa pedang, lihat saja bagaimana kau bisa bertahan."

Wei WuXian menjentikkan tangan dan melayangkan sebaris jimat yang terbakar kobaran api hijau, mengurangi binar pedang Jin ZiXun saat bertubrukan. Dengan serangan seperti itu tepat setelah dia tertawa, Jin ZiXun pun langsung fokus pada pertarungannya. Mereka berdua bertarung cukup lama sampai sesuatu tiba-tiba terlempar keluar dari lengan pakaian Wei WuXian. Pandangannya membeku saat menyadari apa yang terjadi. Itu adalah hadiah yang sudah dia persiapkan untuk Jin Ling. Karena terlalu mempedulikannya, takut kalau tanpa sengaja merusaknya tapi pada saat bersamaan juga ingin mengeluarkan benda itu untuk sesekali mengaguminya, Wei WuXian pun hanya menaruhnya secara dangkal di kain lengannya. Namun selama pertarungan ini, benda itu tanpa sengaja keluar dan mencelat ke arah Jin ZiXun. Jin ZiXun mengira itu adalah semacam senjata rahasia atau racun berbisa. Dia hendak mengelak saat melihat perubahan ekspresi di wajah Wei WuXian. Dia pun berubah pikiran dan langsung menangkapnya. Ternyata benda itu adalah kotak kayu kecil dengan barisan karakter kecil terukir di atasnya—nama Jin Ling dan tanggal lahirnya. Jin ZiXun berhenti sebelum menyadarinya, lalu tertawa keras-keras. Wajah Wei WuXian menggelap, "Kembalikan." Jin ZiXun mengangkat kotak kayu itu, mencerca, "Hadiah untuk ALing?" Wen Ning berdiri tidak begitu jauh dari tempat itu. Sendirian tapi lebih baik dari ratusan prajurit perang, bertarung di tengah kekacauan.

Jin ZiXun, "Kau benar-benar tidak berpikiran bisa menghadiri perayaan satu bulanan A-Ling, kan?" Kalimat itu membuat tangan Wei WuXian sedikit gemetar. Pada saat bersamaan, sebuah suara berteriak, "Hentikan!" Sosok berbalut putih meloncat turun ke lembah dengan ringannya, menghalangi Wei WuXian dan Jin ZiXun. Melihat siapa yang sudah datang, Jin ZiXun pun berseru, "ZiXuan? Kenapa kau ke sini?!" Jin ZiXuan menyentuh pangkal pedangnya, naik pitam, "Kaupikir kenapa aku ke sini?!" Jin ZiXun, "Di mana A-Yao?" Dia adalah penolong yang harusnya di sini untuk membantu Jin ZiXun. Tahun lalu, dia masih memendam rasa jijik yang begitu besar terhadap Jin GuangYao. Namun karena hubungan mereka sekarang makin membaik, dia pun mulai memanggilnya dengan lebih akrab. Jin ZiXuan, "Aku menghentikan dia di Jinlin Tai. Andai aku tidak mengekspos dia karena bertingkah aneh, apa kalian akan meneruskan ini semua? Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau terkena kutukan Seratus Lubang dan malah berbuat begini tanpa mengatakan apa-apa?" Fakta bahwa Jin ZiXun sudah dikutuk dengan Seraus Lubang memang perkara yang tidak bisa diucapkan begitu saja. Pertama, Jin ZiXun punya penampilan dan fisik yang bagus. Dia selalu mengira

dirinya tampan dan tidak sanggup membayangkan orang lain mengetahui dirinya terkena kutukan menjijikkan ini. Kedua, mendapat kutukan berarti kultivasinya tidak cukup tinggi sehingga energi spiritualnya terlalu lemah untuk menahan kutukan ini. Dia merasa tidak nyaman kalau menjelaskan itu ke orang lain. Dan maka dari itu, Jin GuangShan adalah satu-satunya yang dia beritahu. Dia memohon pada Jin GuangShan untuk mencarikan dokter dan ahli kutukan untuknya. Namun tetap saja tidak ada yang berhasil. Perayaan satu bulanan Jin Ling kebetulan sudah dekat, bahkan Jin ZiXuan sudah mengundang Wei WuXian juga. Sejak awal Jin GuangShan tidak begitu suka ide itu sehingga dia menyarankan Jin ZiXun untuk memakai kesempatan itu dengan membunuh Wei WuXian dalam perjalanannya ke perjamuan. Dengan begini, dia juga tidak harus datang ke Jinlin Tai. Wei WuXian adalah shidi Jiang YanLi, dan pasangan itu (Jin ZiXuan dan Jiang YanLi) saling menyayangi. Jin ZiXuan memberitahu apa saja pada istrinya, tidak peduli seremeh apa pun itu. Beberapa orang pun khawatir dia akan menggagalkan rencana ini dan membuat Wei WuXian tidak jadi datang. Sehingga, mereka pun merahasiakan ini dari Jin ZiXuan. Ini memang tidak adil. Melihat semuanya sudah terbongkar, Jin ZiXun pun merasa agak bersalah. Namun apa pun yang terjadi, hidupnya-lah yang paling penting, "ZiXuan, untuk sekarang ini sembunyikan ini dari kakak ipar. Aku akan meminta maaf pada kalian berdua secara formal setelah aku menyingkirkan benda di tubuhku ini!"

Terakhir kali Wei WuXian melihatnya, Jin ZiXuan masih memiliki kebanggaan muda dalam dirinya. Karena sekarang sudah menikah, dia terlihat jauh lebih dewasa. Suaranya juga kukuh, kendati wajahnya menggelap, "Sekarang masih memungkinkan untuk berbalik. Kalian semua, hentikan ini sekarang juga." Jin ZiXun merasa gusar sekaligus tak sabar, "Apa yang perlu dibalik kalau sudah seperti ini? Kau belum lihat apa yang sudah menimpaku?!" Dia terlihat ingin mengangkat pakaiannya lagi untuk memperlihatkan dadanya yang penuh lubang. Jin ZiXun segera menghentikannya, "Tidak usah! Aku sudah dengar dari Jin GuangYao!" Jin ZiXun, "Kau sudah dengar dari dia, jadi harusnya kau tahu aku tidak bisa menunggu lagi. Jangan bilang kau akan mengabaikan hidup saudaramu hanya demi shidi dari kakak ipar?!" Jin ZiXuan, "Kau jelas tahu aku bukan orang semacam itu! Mungkin dia bukanlah orang yang sudah mengutukmu dengan Seratus Lubang. Kenapa kau begitu kasar? Lagipula akulah yang mengundang Wei WuXian ke perayaan satu bulanan Jin Ling. Kalau begini caramu bertindak, bagaimana denganku? Bagaimana dengan istriku?" Jin ZiXun menaikkan suaranya, "Wei WuXian memang sebaiknya tidak perlu datang! Dia pikir siapa dirinya—apa dia pantas menghadiri perjamuan sekte kita? Siapa pun yang menyentuhnya tidak akan mendapat apa-apa selain percikan hitam! ZiXuan, saat kau mengundang

dia, apa kau tidak khawatir kalau dirimu, kakak ipar dan A-Ling akan mendapat noda tak terhapuskan sepanjang hidup kalian?!" Jin ZiXuan berteriak, "Diamlah sekarang juga!" Jin ZiXun benar-benar geram dan mengeratkan kepalan tangannya. Kotak kayu yang menyimpan lonceng dan rumbai giok itu seketika hancur jadi debu! Wei WuXian menyaksikan benda itu hancur berkeping-keping di depan matanya sendiri. Manik matanya menyusut dan dia menyerbu ke arah Jin ZiXun. Namun Jin ZiXuan masih tidak tahu apa yang berada di dalam kotak itu. Dia mengangkat tangan dan menghalangi serangan itu sambil berteriak, "Wei WuXian! Kau masih belum puas?!" Dada Wei WuXian kembang kempis. Matanya merah. Jin ZiXuan dan Jin ZiXun adalah saudara sepupu yang saling mengenal sejak muda. Pada titik ini, dengan pautan nyaris dua puluh tahun di antara mereka, rasanya sulit bagi Jin ZiXuan untuk membela orang luar. Dan jujur saja, dia juga tidak begitu menyukai Wei WuXian. Dia pun menenangkan diri dan berujar, "Suruh Wen Ning berhenti dulu. Jangan biarkan dia terus mengamuk dan memperburuk suasana." Suara Wei WuXian begitu kasar, "... Kenapa bukan kau yang membuat mereka berhenti dulu?"

Suara teriakan dan raungan tanpa henti berdatangan di sekitar mereka. Jin ZiXuan memberang, "Kenapa kau masih saja keras kepala di saat-saat begini? Begitu semua orang tenang, kau bisa mengikutiku kembali ke Jinlin Tai untuk memberi penjelasan dan menjawab pertanyaan. Kalau semuanya jelas dan bukan kau pelaku kutukannya, tentu saja kau akan baik-baik saja!" Wei WuXian, "Suruh dia berhenti? Begitu aku menyuruh Wen Ning berhenti sekarang, akan ada banyak anak panah yang diarahkan tepat ke jantungku, bahkan aku tidak akan mati dengan mayat utuh! Dan kaupikir aku bisa memberi penjelasan di Jinlin Tai?" Jin ZiXuan, "Mereka tidak akan melakukannya!" Wei WuXian tertawa, "Tidak akan? Memangnya kau bisa menjamin itu? Jin ZiXuan, aku punya pertanyaan—saat kau mengundangku, apa benar kau tidak tahu tentang rencana mereka untuk membunuhku?!" Jin ZiXuan terhenti sedetik sebelum menggeram, "Kau! Wei WuXian, kau... apa kau sudah gila?!" Wei WuXian menahan kobaran api kebencian. Suaranya begitu dingin, "Jin ZiXuan, minggirlah sekarang juga. Aku tidak akan menyentuhmu, tapi jangan memancingku juga." Melihat lelaki itu masih saja tidak mau menyerah, Jin ZiXuan pun mendadak menyerang maju, seolah mencoba memeganginya, "Kenapa kau tidak bisa mundur sekali ini saja?! A-Li masih..."

Baru saja dia mencoba meraih Wei WuXian, dia mendengar suara berat yang aneh. Suara itu nyaris terlalu dekat. Jin ZiXuan berhenti terkejut. Dia menunduk dan akhirnya melihat tangan yang menusuk dadanya. Tanpa disadari siapa pun, Wen Ning sudah bergabung dengan mereka. Separuh wajahnya yang tanpa ekspresi sudah terciprat darah. Bibir Jin ZiXuan bergerak. Ekspresinya agak kosong. Namun masih saja dia berusaha melanjutkan kalimat yang tidak bisa dia selesaikan: "... masih menunggu kedatanganmu di Jinlin Tai dan menghadiri perayaan satu bulanan A-Ling..." Wajah Wei WuXian juga sama kosongnya. Dalam waktu sesingkat ini, dia masih belum menyadari apa yang telah terjadi. Apa yang terjadi? Kenapa semuanya jadi begini hanya dalam hitungan detik? Tidak. Tidak mungkin. Pasti ada yang salah.

Wen Ning menarik tangannya yang ditusukkan ke dada Jin ZiXuan, meninggalkan lubang yang menganga lebar. Wajah Jin ZiXuan berkedut sakit, seolah dia merasa lukanya bukanlah hal besar, seolah dia masih bisa berdiri. Namun kakinya akhirnya lemas dan dia berlutut di atas tanah. Teriakan ketakutan menggelegar di sekeliling mereka. "Jen... Jenderal Hantu sudah menggila!" "Dia membunuh, dia membunuhnya. Wei WuXian membuat Jenderal Hantu membunuh Jin ZiXuan!" Namun saat orang itu membalik badan, sesosok siluet hitam mendekatinya dengan diam-diam dan tak manusiawi. Dia merasakan tenggorokannya dicengkeram oleh tangan besar nan pucat dengan nadi kebiruan itu. "Ahhhhhh...!!!" Wei WuXian berdiri tanpa daya, tak bergerak. Tidak. Bukan begini. Jelas-jelas dia mengendalikan Wen Ning dengan benar.

Meskipun Wei WuXian sudah mengaktifkan mode mengamuk Wen Ning, seharusnya dia masih bisa mengendalikannya. Jelas-jelas dia sudah bisa mengendalikannya dengan sempurna. Dia sama sekali tidak ingin membunuh Jin ZiXuan. Dia sama sekali tidak pernah punya niatan untuk membunuh Jin ZiXuan! Hanya sesaat, Wei WuXian tidak tahu kenapa, tapi mendadak dia tidak bisa mengendalikannya... Dia tiba-tiba hilang kendali! Tubuh Jin ZiXuan akhirnya tidak bisa bertahan lagi, tersungkur maju, ambruk ke atas tanah dengan benturan keras. Selama hidupnya, Jin ZiXuan adalah sosok arogan yang berpuas diri, hanya mementingkan penampilan dan tingkah lakunya. Dia suka kebersihan sampai pada titik dia hampir misofobia. Namun sekarang ini, separuh sisi wajahnya mendarat di atas tanah, dia sudah jatuh ke tanah dengan cara yang paling tidak bermartabat. Titik-titik darah di wajahnya dan tanda merah terang di antara alisnya kini berwarna sama. Menatap sinar perlahan memudar dari mata lelaki itu, pikiran Wei WuXian benar-benar kacau berantakan. Segala sesuatu di sekelilingnya menjadi lautan darah dan teriakan, tapi dia tidak bisa lagi mendengarkan apa-apa. Satu-satunya yang bisa dia dengar hanyalah suara dalam dirinya yang mempertanyakannya lagi dan lagi.

Bukankah katamu kau tahu apa yang seharusnya dan tidak seharusnya kaulakukan? Bukankah katamu kau bisa mengendalikannya? Bukankah katamu tidak mungkin ada masalah dan tidak mungkin terjadi sesuatu?!! Kepala Wei WuXian terasa kosong. Dia tidak tahu berapa lama berlalu sampai matanya terbuka lagi. Yang dia lihat adalah langit-langit gelap dari Gua Pembantaian Iblis. Wen Qing dan Wen Ning ada di dalam sini. Manik mata Wen Ning sudah kembali ke mata putihnya. Dia tidak lagi mengamuk, terlihat sedang berbicara dengan Wen Qing dengan suara lirih. Melihat Wei WuXian sudah membuka mata, Wen Ning pun jatuh berlutut di tanah tanpa suara. Sementara itu, Wen Qing tidak mengucapkan apa-apa. Matanya memerah. Wei WuXian bangkit duduk. Sesaat penuh keheningan, lalu ada gempuran gelombang kebencian yang mendadak berpusar dalam hatinya. Dia menginjak dada Wen Ning dan menendangnya ke tanah.

Wen Qing terperanjat. Tangannya mengepal, tapi dia masih menunduk, mulutnya bungkam. Wei WuXian meraung, "Siapa yang kaubunuh? Apa kau tahu siapa yang sudah kaubunuh?!" Pada saat ini, Wen Yuan masuk ke dalam gua dengan kupu-kupu rerumputan di kepalanya. Dia terlihat semringah, "Xian Gege..." Awalnya dia ingin menunjukkan kupu-kupu yang sudah dia lukis dengan warna baru ke Wei WuXian. Namun saat masuk, dia melihat sesosok iblis yaitu Wei WuXian, serta Wen Ning yang meringkuk di atas tanah. Seketika bocah ini tidak bisa berkata-kata. Wei WuXian berbalik, masih belum bisa menahan emosinya, matanya begitu menyeramkan. Wen Yuan begitu ketakutan sampai sekujur tubuhnya gemetaran. Kupu-kupu itu jatuh dari puncak kepalanya, dan dia langsung menangis keras. Paman Keempat membungkuk masuk dan membawanya pergi. Setelah ditendang, Wen Ning merangkak bangkit lagi dan berlutut dengan benar, tak mengucapkan sepatah kata pun. Wei WuXian menyambar kerahnya dan mengangkatnya sambil berteriak, "Kau bisa membunuh siapa saja—tapi kenapa kau harus membunuh Jin ZiXuan?!" Wen Qing menyaksikan dari sebelah, terlihat ingin bergegas melindungi adiknya, tapi dia memaksa diri untuk menahan dorongan itu. Air mata duka dan takut mengalir di pipinya.

Wei WuXian, "Dia sudah mati, lalu bagaimana dengan Shijie? Bagaimana dengan anaknya?! Bagaimana denganku?! Apa yang harus kulakukan?!" Teriakannya menggema di penjuru gua, menyebar hingga ke luar. Wen Yuan menangis makin keras. Tangisan anak kecil itu mencapai telinganya dari kejauhan dan dua kakak-beradik ini ketakutan sampai benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Wei WuXian merasakan jantungnya semakin tenggelam dalam kegelapan. Dia mempertanyakan diri sendiri, Kenapa aku

mengurung diri di Bukit Luanzang selama bertahun-tahun ini? Kenapa aku harus melalui semua ini? Kenapa aku memilih menapaki jalur ini sejak awal? Kenapa aku harus membuat diriku sendiri seperti ini? Seperti apa aku di mata orang-orang? Apa yang bisa kudapatkan? Apa aku sudah gila? Apa aku sudah gila? Apa aku sudah gila?! Jika saja dia tidak memilih jalur ini sejak awal. Mendadak Wen Ning berbisik, "... Aku... Maafkan aku..." Dia adalah sesosok mayat, tanpa ekspresi, matanya tidak bisa memanas sehingga air mata tidak bisa menetes. Namun saat ini, wajah mayat ini benar-benar terpilin sakit. Dia mengulang lagi, "Maafkan aku... I-Ini semua salahku... Maafkan aku..."

Mendengar dia meminta maaf dengan terbata-bata lagi dan lagi, Wei WuXian mendadak merasa teramat sinting. Ini bukanlah salah Wen Ning sama sekali. Ini adalah kesalahannya sendiri. Saat mengamuk, Wen Ning tidak lebih dari sekadar senjata. Yang membuat senjata ini adalah dirinya. Yang didengarkan senjata ini adalah perintahnya juga. Saat itu, Wei WuXian tengah dirundung segala tekanan dan niat membunuh sehingga dia tak pernah ragu menunjukkan kesengitannya terhadap Jin ZiXuan di hadapan Wen Ning saat mayat itu tidak sadarkan diri. Wen Ning pun menganggap Jin ZiXuan sebagai 'musuh' saat lelaki itu menyerang, menjalankan perintah 'membinasakan' tanpa berpikir panjang. Wei WuXian-lah yang tidak bisa mengendalikan senjata semacam itu. Dialah yang terlampau percaya diri pada kemampuannya sendiri. Dirinya juga yang sudah mengabaikan segala tanda-tanda yang sudah terjadi hingga sekarang, dengan kepercayaan bahwa dia bisa menekan segala hilang kendali. Wen Ning adalah senjata, tapi apa dia menjadi senjata atas keinginannya sendiri?

Apa benar orang penakut dan gagap seperti dia begitu senang hati membunuh orang-orang di bawah perintah Wei WuXian? Sebelumnya, Wen Ning menerima semangkuk sup akar teratai pemberian Jiang YanLi. Dia membawanya sepanjang jalan ke Bukit Luanzang, tak membiarkan setetes pun tumpah. Meski dia sendiri tidak bisa meminumnya, Wen Ning tetap menyaksikan orang lain menikmatinya dengan puas, bahkan bertanya seperti apa rasanya sehingga bisa mencoba membayangkannya di kepala. Mana bisa dia merasa baik-baik saja setelah membunuh suami Jiang YanLi dengan kedua tangannya sendiri? Wen Ning bukan hanya mengakui semua ini sebagai kesalahannya, tapi dia juga meminta maaf untuknya. Wei WuXian mencengkeram kerah Wen Ning, memandangi wajah pucat dan tak hidup itu. Di hadapannya, mendadak wajah tercoreng Jin ZiXuan muncul, berlumuran tanah dan darah. Sama pucatnya. Sama tak bernyawanya. Dia juga mengingat Jiang YanLi yang akhirnya menikahi orang yang dia cintai setelah melalui begitu banyak rintangan. Dia mengingat anak Jin ZiXuan dan Jiang YanLi, A-Ling, anak yang menerima nama umum darinya. Dia masih sangat muda. Baru tujuh hari kelahirannya, bocah itu sudah bisa tertawa melihat pedang ayahnya. Kedua orangtuanya teramat bahagia. Perayaan satu bulanannya juga akan diadakan beberapa hari lagi.

Wei WuXian memikirkan itu lagi dan lagi, lalu mendadak dia menangis. Suaranya tenggelam dalam kepasrahan yang begitu mendalam, "... Bisakah seseorang membantuku... apa yang harus kulakukan sekarang?"

THE GRANDMASTER OF DEMONIC CULTIVATIONWhere stories live. Discover now