(118) EKSTRA - TEMAN JAHAT

2.7K 78 0
                                    

13 tahun yang lalu. Di sebuah kios pinggir jalan, Xue Yang duduk di depan meja kayu kecilnya, satu kaki menginjak bangku sambil memakan kue bola ketan dengan kuah arak beras*.

Dia mengetukkan sendoknya ke mangkuk itu. Makanan itu memang memuaskan, tapi pada akhirnya dia menyadari, bahwa meskipun kue bolanya kenyal, arak berasnya masih belum cukup manis. Xue Yang beranjak bangkit dan menendang kios itu. Si penjualnya sendiri awalnya sedang menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Dia terperanjat membisu, menyaksikan pemuda si biang penyerangan itu yang langsung berbalik akan pergi setelah menendang, dengan seringaian lebar di wajahnya. Setelah beberapa saat, baru penjual itu menyadari apa yang terjadi. Dia mengejar pemuda itu dan mengomel, "Apa yang sudah kaulakukan?!" Xue Yang, "Menghancurkan kedaimu." Si penjual itu marah setengah mati, "Kau sinting! Gila!" Xue Yang tetap bergeming, maka penjual itu menuding hidungnya dan meneruskan, "Dasar berandalan kecil! Kau sudah makan makananku tapi tidak mau bayar, dan bahkan kau punya nyali untuk menghancurkan kiosku?! Aku..." Ibu jari Xue Yang bergerak. Pedang di pinggangnya segera dihunuskan dengan bunyi klang.

Pedang itu berbinar dingin, dengan lembut ditepuk-tepukkan ke pipi pedagang itu. Suaranya begitu manis, "Kue bolanya enak. Tambahkan gula lain kali." Selesai bicara, dia pun berbalik dan meneruskan langkahnya. Penjual itu merasa campur aduk antara syok dan takut. Dia marah, tapi tidak berani mengatakan apa-apa, hanya bisa melongo saat pemuda itu semakin menjauh. Mendadak dia dipenuhi amarah dan frustrasi. Sejurus kemudian, dia meraung marah, "... Siang-siang bolong begini tanpa sebab—kenapa, kenapa?!" Xue Yang melambaikan tangan tanpa membalik badan, "Tidak ada sebabnya. Ada banyak hal di dunia ini yang terjadi tanpa sebab. Namanya bencana yang tak terduga. Selamat tinggal!" Dia berjalan melewati jalanan beberapa blok jauhnya dengan langkah ringan. Kemudian muncul seseorang dari belakangnya, dengan tenang mengimbangi langkah Xue Yang dengan tangan terlipat di balik punggung. Jin GuangYao menghela napas, "Aku baru mengalihkan pandanganku sedetik tapi kau sudah mendatangkan banyak masalah untukku. Aku sudah membayarkan semangkuk makanan itu untukmu, dan sekarang aku juga harus mengganti rugi meja, kursi, panci dan wajan, bahkan mangkuknya."

Xue Yang, "Memangnya uangmu habis banyak?" Jin GuangYao, "Tidak." Xue Yang, "Lalu kenapa menghela napas?" Jin GuangYao, "Menurutku uangmu juga tidak akan habis banyak. Kenapa tidak mencoba menjadi pelanggan yang normal sesekali saja?" Xue Yang, "Saat di Kuizhou dulu, aku tidak pernah bayar apa pun yang kumau. Persis seperti ini." Sambil bicara, dia mencabut Tanghulu* dari seorang penjual dengan santainya. Mungkin inilah pertama kalinya penjual itu melihat orang setidak-tahu-malu dia, jadi dia membelalak lebar dengan mulut melongo. Xue Yang sudah menggigit manisan itu, "Toh kau bisa mengurusi masalahnya setiap kali aku menghancurkan kios kecil, kan?"

[Tanghulu: (sugared haws), manisan dari buah-buahan yang dikristralkan]

Jin GuangYao tersenyum, "Dasar bocah berandalan. Hancurkan kios sesukamu. Aku bahkan tidak akan peduli kalau kau membakar kios di sepanjang jalan ini. Asalkan dengan satu syarat—jangan memakai jubah Sparks Amidst Snow dan tutupi wajahmu. Jangan sampai orang tahu siapa pelakunya. Kalau tidak, aku akan kerepotan." Jin GuangYao melempar uang ke penjual itu. Xue Yang meludahkan biji Tanghulu. Lewat ekor matanya, dia melihat bekas keungunan di dahi Jin GuangYao yang tidak disembunyikan dengan baik. Dia tertawa, "Dapat dari mana itu?" Jin GuangYao meliriknya dengan tatapan mencela. Dia pun membenarkan topinya untuk menyembunyikan luka itu dengan benar, "Ceritanya panjang."

Xue Yang, "Nie MingJue yang melakukannya?" Jin GuangYao, "Kalau dia yang melakukannya, kaupikir aku masih bisa berdiri di sini dan bicara denganmu?" Xue Yang merasa itu sangat masuk akal. Mereka berdua meninggalkan Kota Lanling dan mendekati sebuah bangunan aneh di tengah hutan belantara. Bangunan itu tidak terlihat bagus. Di balik dinding-dinding tinggi itu terdapat sebaris rumah panjang dan bercat hitam. Pagarnya dipenuhi jimat merah dan kuning. Di dalam pekarangan ada berbagai macam peralatan aneh seperti kerangkeng, alat pemenggal kepala dari papan yang dipaku. Beberapa 'orang' berpakaian compang-camping juga berlalu-lalang dengan lambat. 'Orang-orang' itu semuanya berkulit biru dan berpandangan kosong. Mereka berjalan mondar-mandir tanpa tujuan, berkali-kali saling bersenggolan dan mengeluarkan suara aneh dari tenggorokan. Ini adalah lapangan pelatihan mayat. Jin GuangShan dulu sangat bernafsu memiliki Yin Hufu. Dia sudah beberapa kali bertele-tele dan mengerahkan segenap kemampuannya, tapi Wei WuXian tetap saja tidak mau menyerah. Itu membuatnya berhadapan dengan berbagai rintangan. Dia berpikir, Kalau kau bisa

melakukannya, mana mungkin orang lain tidak bisa? Aku tidak percaya

kalau kau, Wei Ying, adalah satu-satunya di dunia ini yang bisa melakukannya. Suatu saat, akan tiba hari kau akan dilampaui seseorang dan ditertawakan orang lain. Apa kau masih bisa bertingkah angkuh? Dan begitulah, Jin GuangShan mencari-cari orang yang meniru Wei WuXian dalam berkultivasi di jalur hantu dan mengumpulkan mereka semua di bawah wewenangnya. Dia menghabiskan banyak uang dan sumber daya untuk orang-orang ini, memerintahkan mereka untuk diam-diam mempelajari dan meneliti struktur Yin Hufu sehingga bisa meniru dan memperbaikinya. Di antara mereka, tidak banyak yang mencapai sesuatu, sementara yang berkembang paling pesat adalah Xue Yang, yang termuda, dan juga direkomendasikan oleh Jin GuangYao sendiri. Jin GuangYao sangat bersuka cita. Dia menerima Xue Yang sebagai kultivator tamu dan memberinya wewenang tinggi dan kebebasan. Lapangan pelatihan mayat ini adalah area yang diminta Jin GuangYao untuk Xue Yang sebagai tempat penelitian diam-diam, yang berarti juga tempatnya untuk bermain-main sesuka hati. Ketika mereka mendekati lapangan pelatihan mayat, ada dua mayat ganas yang sedang bertarung di tengah lapangan. Keduanya jelas-jelas berbeda dari mayat ganas lainnya. Mereka berpakaian dengan benar dan bermata putih sambil menggenggam pedang. Saat dua pedang itu saling berbenturan, banyak percikan api yang beterbangan ke segala arah. Ada dua kursi di depan pagar baja itu, mereka berdua duduk bersamaan. Jin GuangYao membenarkan

kerahnya dan sesosok mayat ringkih berjalan mendekat, membawakan sebuah nampan. Xue Yang, "Teh." Jin GuangYao meliriknya. Ada benda keunguan aneh yang tenggelam di dasar cangkir, membengkak karena lama direndam. Entahlah apa itu. Sambil tersenyum, dia mendorong cangkir itu, "Terima kasih." Xue Yang mendorong cangkir teh itu padanya lagi dan bertanya dengan mesra, "Ini teh yang kubikin sendiri. Kenapa tidak mau minum?" Jin GuangYao mendorong cangkir teh itu lagi dan menjelaskan dengan ramah, "Justru karena kau yang membuatnya sendiri, makanya aku tidak berani minum." Xue Yang mengangkat sebelah alis. Dia berbalik dan lanjut menonton pertarungan mayat. Kedua mayat ganas bertarung makin sengit menggunakan pedang dan cakar mereka untuk mencabik-cabik darah dan daging. Kebosanan di wajah Xue Yang makin terlihat jelas. Sejurus kemudian, dia tiba-tiba menjentikkan jari dan membuat isyarat tertentu. Kedua mayat ganas itu langsung membalik pedang, badan mengejang, lalu memotong leher

mereka sendiri. Badan tanpa kepala yang tersisa langsung ambruk ke tanah, masih berkedut-kedut. Jin GuangYao, "Bukankah mereka baru saja masuk ke bagian yang menarik?" Xue Yang, "Mereka terlalu lambat." Jin GuangYao, "Mereka jauh lebih cepat dari dua mayat yang terakhir kulihat." Tangan Xue Yang yang terbungkus sarung tangan hitam terangkat, menjentikkan satu jari dan menggoyang-goyangkannya, "Tergantung apa yang kaubandingkan. Sesuatu seperti mereka ini—jangankan melawan Wen Ning, mereka bahkan tidak akan bertahan lama melawan mayat ganas biasa yang dikendalikan Wei WuXian dengan serulingnya." Jin GuangYao tersenyum, "Buat apa terburu-buru? Aku saja tidak. Kau bisa santai saja. Beritahu aku kalau perlu sesuatu. Oh ya—" Dia mengeluarkan sesuatu dari kain lengannya dan menyerahkan itu ke Xue Yang, "Mungkin kau butuh ini?" Sembari memindai benda itu, tubuh Xue Yang tiba-tiba makin tegak, "Naskah milik Wei WuXian?" Jin GuangYao, "Benar."

Xue Yang membolak-balik halamannya, mata berbinar cerah. Sejurus kemudian, dia mendongak, "Ini benar-benar naskah miliknya? Yang dia tulis saat berumur sembilan belas tahun?" Jin GuangYao, "Tentu saja. Semua orang berjuang keras memperebutkan benda itu. Butuh usaha besar bagiku untuk mengumpulkan semua itu." Xue Yang menggumamkan sesuatu yang tak senonoh, kegembiraan di matanya semakin menguat. Setelah membolak-balik halamannya, dia berkata, "Ini tidak lengkap." Jin GuangYao, "Pertarungan dan kebakaran di Bukit Luanzang benar-benar parah. Sudah beruntung aku bisa menemukan potonganpotongan itu. Rawatlah dengan baik." Xue Yang, "Bagaimana dengan serulingnya? Kau bisa carikan Chenqing untukku?" Jin GuangYao mengangkat bahu, "Kalau Chenqing tidak bisa. Sudah diambil Jiang WanYin." Xue Yang, "Bukankah dia yang paling membenci Wei WuXian? Kenapa dia butuh Chenqing? Bukannya kau sudah dapat pedang Wei WuXian? Tukarkan saja dengan serulingnya. Toh sudah lama sekali Wei WuXian tidak memakai pedangnya, dan Suibian juga tersegel sendiri sampai tidak ada yang bisa menariknya. Buat apa menyimpan benda itu sebagai dekorasi?"

Jin GuangYao, "Kau benar-benar meminta yang tidak mungkin, Xue Gongzi. Kaupikir aku belum pernah mencobanya? Mana mungkin semudah itu. Jiang WangYin sudah menggila. Dia masih mengira Wei WuXian belum mati. Kalau Wei WuXian kembali lagi, dia mungkin tidak akan mencari pedangnya, tapi dia pasti akan mencari Chenqing. Dan juga, dia pasti tidak akan mau menyerahkan Chenqing. Kalau aku bicara sedikit saja, dia mungkin akan meledak marah." Xue Yang terkekeh, "Dasar anjing gila." Mendadak terlihat dua murid Sekte LanlingJin yang menyeret seorang kultivator dengan rambut kusut berantakan. Jin GuangYao, "Kau akan membuat mayat ganas lagi, bukan? Aku datang tepat waktu untuk membawakan bahan tambahannya." Mata kultivator itu nyaris memerah, dan selagi memberontak, manik matanya menatap Jin GuangYao seperti memuntahkan kobaran api. Xue Yang, "Siapa ini?" Wajah Jin GuangYao tak berubah sedikit pun, "Tentu saja yang kubawa padamu adalah seorang pendosa." Mendengar perkataannya, kultivator itu menyerbu maju, entah bagaimana berhasil memuntahkan kain yang menyumbat mulutnya diiringi sejumlah darah, "Jin GuangYao! Dasar bajingan busuk, pengkhianat—berani-beraninya kau menyebutku pendosa? Dosa apa yang sudah kuperbuat?!"

Orang itu berujar lambat, seakan-akan perkataannya bisa menusuk Jin GuangYao. Xue Yang tertawa, "Ada apa dengannya?" Kultivator itu dikekang dua orang di belakangnya seperti anjing. Jin GuangYao melambaikan tangannya, "Bungkam dia." Xue Yang, "Kenapa? Biarkan aku mendengarkannya. Kenapa kau dipanggil bajingan busuk dan pengkhianat? Dia menggonggong seperti anjing. Aku sampai tidak mengerti apa yang dia katakan." Suara Jin GuangYao terdengar mencela, "He Su Gongzi adalah seorang kultivator terhormat. Bagaimana bisa kau memanggilnya selancang itu?" Kultivator itu tertawa dingin, "Aku sudah jatuh ke perangkapmu. Buat apa kau berpura-pura lagi?" Jin GuangYao menjawab dengan ekspresi ramah, "Tidak perlu menatapku seperti itu. Aku tidak punya pilihan lain. Pemilihan kepala kultivator adalah pilihan yang tidak bisa ditolak. Apa gunanya membuat masalah dan memicu pertengkaran di mana-mana? Aku sudah memperingatkanmu lagi dan lagi, tapi kau masih saja bersikeras tidak mau mendengarkanku. Dalam kedaan seperti itu, semuanya sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Jauh dalam lubuk hatiku juga, aku merasa sangat sedih dan menyesal..." He Su, "Pilihan yang tidak bisa ditolak apanya? Membuat masalah apanya? Jin GuangShan berniat membuat posisi kepala kultivator hanya

untuk meniru Sekte QishanWen dan menjadi yang paling atas. Kaupikir seluruh dunia tidak tahu? Kau menjebakku seperti ini hanya karena aku mengatakan yang sebenarnya!" Jin GuangYao tersenyum tapi tak menjawab. He Su melanjutkan, "Saat kau benar-benar berhasil nantinya, seluruh dunia kultivasi akan melihat seperti apa wajah Sekte LanlingJin yang sesungguhnya. Kaupikir membunuhku saja akan selamanya membuatmu tenang? Kau salah besar! Kami, Sekte TingshanHe, memiliki banyak orang berbakat. Mulai sekarang kami akan menghimpun kekuatan dan tak akan pernah menyerah pada kalian, para peniru anjing Wen!" Mendengar itu, mata Jin GuangYao memincing. Ujung bibirnya melengkung naik. Itu adalah ekspresi lembut dan ramah Jin GuangYao yang biasanya. Jantung He Su pun berdegup kencang. Pada saat bersamaan, terdengar keributan di luar lapangan pelatihan mayat. Suara jeritan wanita dan anak-anak. He Su membalik badan, melihat segerombolan kultivator Sekte LanlingJin yang menyeret masuk 60-70 orang berseragam sama dengannya. Mereka semua pria dan wanita, tua dan muda. Ekspresi mereka bercampur-campur antara syok dan takut, sementara beberapa lainnya sudah menangis. Ada seorang gadis dan pemuda yang diikat, berlutut di atas tanah sambil meronta-ronta ke He Su, "Gege!" He Su terperanjat, wajahnya langsung sepucat kertas, "Jin GuangYao! Apa yang kaulakukan?! Sudah cukup membunuhku— kenapa menyeret seluruh sekteku juga?!"

Jin GuangYao menunduk dan membenarkan kain lengannya, masih tersenyum lebar, "Bukankah kau sendiri yang tadi mengingatkanku? Bahkan jika aku membunuhmu, aku tidak akan bisa tenang selamanya. Sekte TingshanHe memiliki banyak orang berbakat, dan mulai sekarang, kalian akan menghimpun kekuatan dan tidak akan pernah menyerah—aku cukup ketakutan. Setelah kupikir-pikir, inilah satusatunya yang bisa kulakukan." He Su merasakan tonjokan melesak ke tenggorokannya. Dia tidak mampu berbuat apa pun. Sesaat kemudian, dia menggeram, "Memusnahkan seluruh sekteku tanpa alasan—kau benar-benar takut dikecam semua orang?! Kau benar-benar takut pada apa yang akan terjadi kalau ChiFeng-Zun tahu?!" Mendengarnya menyebut-nyebut nama Nie MingJue, alis Jin GuangYao pun terangkat. Xue Yang tertawa begitu keras sampai nyaris terjungkal dari kursinya. Jin GuangYao meliriknya sebelum membalik badan dan menjawab tenang, "Bukan itu yang akan terjadi, kan? Sekte TingshanHe sudah membelot dan merencanakan pembunuhan pada Jin Zongzhu dengan seluruh kekuatannya sebelum tertangkap basah. Mana mungkin itu tanpa alasan?" Salah satu dari mereka berteriak, "Gege! Dia bohong! Kami tidak melakukannya, tidak!" He Su, "Benar-benar omong kosong! Buka matamu dan lihatlah! Ada bocah berumur sembilan tahun di sini! Orang tua yang tidak bisa

berjalan lagi! Mana mungkin mereka membelot melawan siapa pun?! Buat apa mereka tiba-tiba membunuh ayahmu?" Jin GuangYao, "Karena kau membuat kesalahan dan melakukan pembunuhan, He Su Gongzi, dan tentu saja karena sektemu menolak menerima vonis yang dijatuhkan Jinlin Tai untukmu." He Su akhirnya teringat tuduhan yang dia terima setelah dikirim ke tempat yang menakutkan, "Itu semua jebakan! Aku tidak pernah membunuh kultivator Sekte LanlingJin seorang pun! Aku bahkan tidak pernah melihat orangnya mati! Aku tidak tahu dia berasal dari sektemu! Aku... aku..." Dia tergagap sebelum perlahan melanjutkan, "Aku... aku bahkan tidak tahu apa yang terjadi, aku tidak tahu!" Namun di tempat semacam itu, tidak akan ada yang sudi mendengarkan protesnya. Yang duduk di hadapannya adalah dua penjahat yang sudah memperlakukannya seperti orang mati. Apa yang mereka nikmati adalah pemberontakannya saat sedang sekarat. Jin GuangYao tersenyum sambil bersandar, tangannya melambai, "Bungkam dia, bungkam dia." Mengetahui dirinya jelas-jelas akan mati, He Su pun dipenuhi rasa takut. Dia mengertakkan gigi dan meraung, "Jin GuangYao! Kau akan mendapatkan ganjaran atas perbuatanmu! Cepat atau lambat ayahmu akan mati di antara para pelacur dan kau juga tidak akan berakhir bahagia, dasar anak pelacur!!!"

Xue Yang sedang menikmati perkataannya sambil terkikik dan tertawa. Namun tiba-tiba saja, sekelebat bayangan melesat dan kilatan perak melayang. He Su menjerit, membekap mulutnya. Darah muncrat ke tanah. Di seberang lain, anggota sekte He Su menangis dan mengutuk. Benar-benar kacau. Namun tidak peduli sekacau apa, mereka akhirnya ditundukkan. Xue Yang berdiri di hadapan sosok He Su yang sudah ambruk dan melemparkan sesuatu yang berdarah di tangannya, lantas berteriak pada dua mayat berjalan di sampingnya, "Kurung dia di kandang!" Jin GuangYao, "Kau ingin mengurung mereka hidup-hidup?" Xue Yang berbalik, bibirnya melengkung, "Wei WuXian tidak pernah menggunakan manusia hidup, tapi aku ingin coba." Di bawah perintahnya, dua mayat itu menyeret kedua kaki He Su yang masih berteriak dan melemparnya ke dalam kandang baja di tengah lapangan pelatihan mayat. Selagi mereka menyaksikan kakak tertua mereka membentur-benturkan kepala ke jeruji kandang dengan menggila, para bocah itu langsung menangis keras dan meraung-raung. Tangisan mereka begitu tajam sampai Jin GuangYao memijit pelipis, seperti ingin mengambil teh itu dan menyesapnya untuk menenangkan urat saraf. Namun saat menunduk, dia melihat benda keunguan yang mengembung di dasar cangkir itu. Kemudian dia menatap lidah yang dilempar Xue Yang di tangannya, akhirnya tersadar, "Jadi teh ini kau buat dari itu?"

Xue Yang, "Aku punya setoples penuh. Mau?" "..." Jin GuangYao, "Tidak, terima kasih. Bereskan dan ayo pilih seseorang. Kita bisa minum teh di tempat lain." Kemudian dia tiba-tiba teringat sesuatu. Dia membenarkan topinya dan tak sengaja menyentuh luka keunguan yang tersembunyi di keningnya. Xue Yang berujar, "Luka di dahimu itu sebenarnya kenapa?" Jin GuangYao, "Sudah kubilang. Ceritanya panjang." Jin GuangShan selalu melimpahkan tugas, entah yang besar atau kecil, ke pundak Jin GuangYao, sementara dirinya sendiri bersenangsenang sepanjang malam, membuat Nyonya Jin mengamuk di Jinlin Tai. Saat masih hidup dulu, Jin ZiXuan bisa menjadi mediator antara kedua orangtuanya, tapi sekarang keadaan sudah mustahil lagi untuk dibalik. Setiap kali Jin GuangShan pergi bersenang-senang dengan para wanita, Nyonya Jin akan meluapkan amarahnya ke Jin GuangYao, menghancurkan pembakar dupa hari ini dan menumpahkan secangkir teh esok hari. Maka dari itu, Jin GuangYao sendiri harus pergi ke tempat pelacuran untuk menjemput Jin GuangShan tepat waktu supaya dia bisa hidup beberapa hari lagi dengan nyaman di Jinlin Tai. Setelah terbiasa melakukan hal semacam ini, Jin GuangYao pun sudah tahu di mana dia bisa menemukan Jin GuangShan paling cepat. Dia mendatangi paviliun elegan itu, melangkah dengan tangan di

belakang punggung. Pengelola aula utama menyambutnya dengan senyuman, sementara Jin GuangYao mengangkat tangan untuk mengisyaratkan bahwa itu tidak perlu. Dengan santainya Xue Yang menyambar sebuah apel dari meja pelanggan sebelum mengikuti Jin GuangYao naik ke lantai atas, mengusap apel itu ke dadanya sebelum dikunyah. Sejurus kemudian, terdengar suara tawa Jin GuangShan dan beberapa wanita. Salah seorang wanita mengoceh, "Zongzhu, bukankah menurut Anda lukisan saya ini menakjubkan? Bukankah bunga ini terlihat hidup dan terlukis di tubuh saya?" "Apa bagusnya lukisan itu? Zongzhu, lihatlah kaligrafi saya. Bagaimana menurut Anda?" Jin GuangYao sudah lama terbiasa dengan hal semacam ini. Dia tahu kapan dia perlu muncul dan kapan tidak. Dia memberi isyarat kepada Xue Yang supaya menghentikan langkahnya. Xue Yang mendecak lidah, ekspresinya agak tidak sabaran. Baru saja dia hendak turun ke lantai bawah untuk menunggu, dia mendadak mendengar suara kasar Jin GuangShan, "Wanita—bukankah sudah cukup selama bisa menyirami bunga, membedaki wajah, dan membuat diri terlihat secantik mungkin? Kaligrafi? Sungguh mengecewakan." Semua wanita itu awalnya ingin memuaskan Jin GuangShan. Namun usai mendengar perkataan itu, ada sekilas kecanggungan melanda penjuru paviliun itu. Sosok Jin GuangYao juga tampak membeku. Kemudian terdengar seseorang tertawa kecil, "Tapi saya dengar, di Yunmeng dulu ada seorang wanita berbakat yang membuat seluruh

dunia terpesona pada puisi dan nyanyiannya—kecapi, catur, kaligrafi, juga melukis!" Jelas-jelas Jin GuangShan sudah benar-benar teler. Dari suaranya yang terbata-bata saja sudah terdengar suara arak yang bersambutan. Dia menggumam, "Itu——seharusnya tidak begitu. Sekarang aku sadar. Wanita tidak seharusnya memainkan hal yang tidak berguna. Wanita yang sudah membaca buku selalu merasa lebih tinggi derajatnya dari wanita lain. Mereka benar-benar merepotkan, terlalu banyak menuntut dan pikirannya tidak realistis." Xue Yang berdiri di depan jendela, menyandarkan punggung. Lengannya bertopang jendela sambil mengunyah apel, memandang ke luar. Dan senyum Jin GuangYao tampak terpaku di wajahnya, mata melengkung tak bergerak. Di paviliun itu, para wanita setuju sambil tertawa. Seakan-akan mengingat sesuatu, Jin GuangShan menggumam sendiri, "Kalau aku membeli kebebasannya dan membawanya ke Lanling, entah keributan macam apa yang akan dia buat. Memang lebih baik dia tetap diam di tempatnya. Dengan keadaan seperti itu, dia mungkin akan populer selama beberapa tahun lagi. Dia tidak perlu mencemaskan pengeluarannya selama sisa hidupnya. Lagipula, kenapa dia harus melahirkan anak? Anak pelacur? Apa yang bisa dia harapkan..." Seorang wanita bertanya, "Jin Zongzhu, siapa yang Anda bicarakan? Anak apa?"

Suara Jin GuangShan mengambang, "Anak? Oh, lupakan saja." "Baiklah, kalau begitu kami akan melupakannya!" "Jin Zongzhu, kalau Anda tidak suka kami menulis dan melukis, maka kami tidak akan melakukannya. Bagaimana kalau kami melakukan hal lain?" Jin GuangYao berdiri di tangga selama tiga puluh menit sementara Xue Yang memandang ke luar jendela. Suara tawa di lantai atas akhirnya mereda. Sejurus kemudian, Jin GuangYao berbalik dengan wajah tenang, perlahan mulai melangkah menuruni tangga. Melihat itu, Xue Yang pun melempar sisa apelnya ke luar dengan santainya, ikut turun dan meliukliuk ke kiri kanan. Keduanya melangkah cukup lama di jalanan. Dan tiba-tiba saja Xue Yang meledak tertawa dengan lancangnya. Dia memulai, "Hahahahahaha sialan hahahahaha..." Jin GuangYao berhenti, suaranya begitu dingin, "Apa yang kautertawakan?" Xue Yang masih tertawa terbahak-bahak, "Harusnya kau membawa kaca dan lihat wajahmu sendiri. Senyummu busuk sekali. Sangat palsu sampai-sampai aku mau muntah."

Jin GuangYao mendengus, "Kau tahu apa, bocah berandalan? Semua orang harus tersenyum tidak peduli sepalsu apa atau semenjijikkan apa." Xue Yang menanggapinya dengan malas, "Kau sendiri yang tanya. Kalau ada yang berani mengatakan aku dibesarkan seorang pelacur, maka akan kucari ibunya lebih dulu, menyetubuhinya ratusan kali, lalu menyeretnya dan melemparnya ke pelacuran supaya disetubuhi orang lain ratusan kali. Lalu lihat saja siapa yang benar-benar dibesarkan pelacur. Gampang." Jin GuangYao juga tersenyum, "Aku tidak punya hobi sesopan itu." Xue Yang, "Memang tidak, tapi aku yang punya. Aku tidak keberatan melakukannya untukmu. Katakan saja, maka akan kucabuli mereka untukmu, hahahahahaha..." Jin GuangYao, "Tidak, terima kasih. Simpan saja tenagamu, Xue Gongzi. Kau ada waktu beberapa hari lagi?" Xue Yang, "Bukankah aku tetap harus melakukannya apa pun yang terjadi?" Jin GuangYao, "Pergilah ke Yunmeng dan bereskan tempat itu untukku. Bersihkan."

Xue Yang, "Kata orang setiap kali Xue Yang menyerang, bahkan ayam dan anjing pun tidak akan terlewatkan. Kau punya kesalahpahaman lain tentang betapa bersih pekerjaanku ini?" Jin GuangYao, "Kurasa aku tidak pernah dengar apa pun lagi?" Malam telah tiba. Jalanan sunyi senyap dan hanya dilalui beberapa pejalan kaki. Mereka berdua bicara selagi berjalan melewati kios-kios pinggir jalan. Penjualnya sedang membereskan mejanya dengan murung. Saat mendongak, dia pun menjerit tiba-tiba dan terjungkal ke belakang. Teriakan dan lompatannya begitu menakutkan. Bahkan Jin GuangYao pun terhenti, tangannya bergerak ke gagang Hensheng yang terselip di pinggangnya. Namun saat melihat itu hanyalah penjual pinggir jalan biasa, dia langsung mengabaikannya. Namun Xue Yang tidak mengucapkan sepatah kata pun saat menyerbu dan menendang kiosnya lagi. Penjual itu syok sekaligus ketakutan, "Kau lagi?! Kenapa?!" Xue Yang tersenyum lebar, "Bukannya sudah kubilang padamu? Tidak ada alasan." Dia hendak menendangnya lagi saat mendadak rasa sakit tajam merambati punggung tangannya. Manik matanya menyusut dan dia langsung meloncat mundur. Tangannya terangkat dan melihat ada banyak tanda merah di sana. Dia mendongak. Sesosok kultivator

berjubah hitam menarik cambuk ekor kuda miliknya, menatap Xue Yang dingin. Kultivator itu berperawakan ramping, sosoknya keras dan dingin. Sebuah cambuk ekor kuda di tangannya dan pedang di punggungnya dengan rumbai yang bergoyang-goyang diterpa angin malam. Niatan membunuh berkilat di mata Xue Yang saat dia menyerang dengan telapak tangan. Kultivator itu mengacungkan cambuknya, berniat membendung serangan itu meski serangan Xue Yang selalu aneh dan tak terduga. Arahnya berubah dan Xue Yang menyerang jantungnya. Kultivator itu mengernyit. Dia mengelak minggir, tapi lengan kirinya terserempet sedikit. Badannya tidak terluka tapi wajahnya tibatiba membeku. Rasanya seakan-akan dia merasa sangat jijik, nyaris tak tertahankan. Saat Xue Yang melihat perubahan ekspresi yang kecil itu, dia pun tertawa dingin. Sebelum dia lanjut menyerang, sesosok putih pun menengahi pertarungan mereka. Jin GuangYao sudah melerai, "Ya ampun, tolong lepaskan dia, Song ZiChen Daozhang." Penjual itu sudah dari tadi kabur dari tempat kejadian. Kultivator berjubah hitam itu berujar, "LianFang-Zun?" Jin GuangYao, "Iya, ini benar aku." Song ZiChen, "Kenapa seorang LianFang-Zun berniat membela pemuda berandalan semacam dia?"

Jin GuangYao berusaha tersenyum meski terlihat agak pasrah, "Song Daozhang, dia adalah kultivator tamu dari Sekte LanlingJin." Song ZiChen, "Kenapa kultivator tamu melakukan tindakan serendah itu?" Jin GuangYao terbatuk, "Song Daozhang, kau tidak mengerti. Dia... punya kepribadian yang aneh, dan dia juga masih muda. Tolong maafkan dia." Tiba-tiba terdengar suara lembut dari belakangnya, "Dia memang masih cukup muda." Seperti pancaran sinar rembulan di tengah malam, seorang kultivator berjubah serbaputih muncul tanpa suara di sebelah mereka bertiga, menggenggam cambuk ekor kuda dan membawa pedang di punggungnya. Kultivator itu berperawakan ramping. Jubah dan rumbai pedangnya berayun-ayun saat dia melangkah maju dengan perlahan, seakan-akan dia sedang menapaki awan. Jin GuangYao menyapanya, "Xiao XingChen Daozhang." Xiao XingCheng membalas hormat dan tersenyum, "Kita pernah bertemu beberapa bulan yang lalu, tapi mengejutkan sekali ternyata LianFang-Zun belum melupakanku."

Jin GuangYao, "Xiao XingChen Daozhang mampu menggetarkan seluruh dunia dengan kemampuan pedangnya. Justru akan aneh kalau aku tidak ingat, bukan?" Xiao XingChen tersenyum, seolah-olah dia tahu cara Jin GuangYao menyampaikan pujian ke dalam apa pun yang dia katakan. Dia pun menjawab, "Kau terlalu memujiku, LianFang-Zun." Kemudian dia beralih memandang Xue Yang, "Namun, meski masih muda, seharusnya seorang kultivator tamu di Jinlin Tai belajar menahan diri. Terlebih lagi, Sekte LanlingJin adalah salah satu sekte yang paling ternama. Seharusnya menjadi contoh yang baik di berbagai aspek." Iris mata gelapnya berbinar lembut, tapi tidak ada tuduhan saat menatap Xue Yang. Dan meski perkataannya bermakna saran, dia tidak terdengar tersinggung sama sekali. Jin GuangYao pun segera menjawab dengan tenang, "Tenang saja." Xue Yang terkekeh. Mendengar tawanya, Xiao XingChen tetap tidak marah. Dia mengamati pemuda itu cukup lama sebelum berbicara setelah berpikir sejenak, "Terlebih lagi, kurasa cara menyerang pemuda ini agak..." Suara Song ZiChen terdengar dingin, "Ganas." Mendengar itu, Xue Yang pun tertawa, "Kaubilang aku masih muda, tapi seberapa lebih tuanya dirimu? Kaubilang caraku menyerang terlalu ganas, tapi siapa yang lebih dulu mencambukku? Konyol sekali cara kalian berdua menceramahi orang lain."

Sambil bicara, dia mengangkat tangannya yang berdarah dan menggoyang-goyangkannya. Jelas-jelas dialah yang pertama menghancurkan kios, tapi sekarang malah membalik keadaan dengan pembenaran yang sepenuh hati begitu. Jin GuangYao tidak tahu harus bereaksi bagaimana, sehingga dia pun beralih ke dua kultivator itu, "Daozhang, dia..." Xiao XingChen pun hanya bisa tersenyum, "Dia benar-benar..." Xue Yang memincingkan mata, "Benar-benar apa? Katakan saja." Suara Jin GuangYao terdengar hangat, "ChengMei*, tolong tahan dulu mulutmu."

[ChengMei: Nama umum Xue Yang]

Mendengar nama itu, wajah Xue Yang seketika menggelap. Jin GuangYao melanjutkan, "Daozhang, aku benar-benar minta maaf untuk hari ini. Demi aku, tolong maafkan dia."

Song ZiChen menggeleng, sementara Xiao XingChen menepuk pundaknya, "ZiChen, ayo pergi." Song ZiChen meliriknya dan mengangguk. Keduanya pun mengucapkan selamat tinggal pada Jin GuangYao dan pergi bersama. Xue Yang memelototi kedua sosok yang pergi itu dengan tatapan berbahaya, tersenyum lebar lewat giginya yang bergemeretakan, "... Dasar kultivator sialan." Jin GuangYao merasa lucu, "Mereka tidak berbuat banyak padamu, jadi kenapa marah begitu?" Xue Yang meludah, "Menurutku orang-orang sombong dan palsu seperti mereka benar-benar menjijikkan. Xiao XingChen itu bahkan tidak jauh lebih tua dariku, tapi berani sekali ikut campur urusan orang lain—menyebalkan. Dan dia bahkan menceramahiku. Dan si Song tadi." Dia mendengus, "Aku hanya menyenggol lengannya sedikit, kenapa dia menatapku seperti itu? Suatu saat nanti, akan kucongkel matanya dan kuhancurkan jantungnya. Lihat saja apa yang akan dia lakukan saat itu terjadi." Jin GuangYao, "Itu cuma salah paham. Song Daozhang agak misofobik—tidak suka kotor. Dia tidak suka bersentuhan dengan orang lain. Kesengitannya tadi bukan ditujukan padamu." Xue Yang, "Siapa kultivator-kultivator sialan itu?"

Jin GuangYao, "Setelah sekian lama, kau bahkan tidak tahu mereka? Mereka berdua sedang sangat populer—'Xiao XingChen, si bulan terang dan angin sejuk' dan 'Song ZiChen, salju jauh dan embun beku'. Pernah dengar?" Xue Yang, "Tidak. Aku tidak mengerti. Apa-apaan itu?" Jin GuangYao, "Tidak masalah kalau tidak pernah dengar, tidak masalah juga kalau kau tidak mengerti. Pokoknya, mereka adalah priapria terhormat, jadi jangan memprovokasi mereka." Xue Yang, "Kenapa?" Jin GuangYao, "Kata orang, lebih baik menyinggung seorang bajingan daripada menyinggung lelaki terhormat*."

[*pepatah yang asli sebenernya kebalik]

Xue Yang menatapnya curiga, "Memangnya ada pepatah semacam itu?" Jin GuangYao, "Tentu saja ada. Kalau kau menyinggung seorang bajingan, kau bisa langsung membunuhnya supaya terbebas dari masalah nantinya dan semua orang akan bersorak padamu; tapi kalau

kau menyinggung seorang pria terhormat, semuanya akan jadi lebih sulit. Orang-orang ini akan membuat banyak masalah. Mereka akan mengejarmu dan tidak pernah melepaskanmu, dan kalau kau menyentuh mereka sedikit saja, kau yang akan dijadikan target. Makanya, sebaiknya kau menjauh dari mereka. Untung saja hari ini mereka hanya mengira kau terlalu arogan karena masih muda dan mereka tidak tahu apa yang kaulakukan sepanjang hari ini. Kalau tidak begitu, masalahnya tidak akan ada habisnya." Xue Yang mencibir, "Banyak sekali pantangannya. Aku tidak takut mereka." Jin GuangYao, "Kau memang tidak takut, tapi aku takut. Satu masalah berkurang lebih baik daripada menambah masalah lain. Ayo pergi." Lagipula tidak ada banyak langkah untuk dituju. Segera setelah itu, mereka tiba di sebuah persimpangan. Jalan ke kanan mengarah ke Jinlin Tai; dan ke kiri menuju ke lapangan pelatihan mayat. Mereka saling bertukar senyum, dan berpisah jalan.

THE GRANDMASTER OF DEMONIC CULTIVATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang