(49) TIPU MUSLIHAT #4

1.4K 113 6
                                    

WEI WuXian akhirnya meyakini adegan apa yang dilihatnya sekarang. Dulu begitu menerima informasi, Nie MingJue memulai serangan mendadak ke Yangquan. Serangan Nie MingJue biasanya selalu berhasil. Namun, entah karena kesalahan di informasinya atau karena kesialan semata, tidak ada yang menduga penyerangan itu akan mengarah langsung ke Pemimpin Sekte QishanWen, Wen RuoHan. Salah perhitungan dalam kekuatan penyerangan membuat Sekte QishanWen mengakhiri kepasifan mereka, mengangkapi semua kultivator yang datang dan membawa mereka ke Bu Ye Tian.

[Bu Ye Tian: Nightless City (Kota Tanpa Malam), kediaman Sekte QishanWen]

Meng Yao separuh berlutut saat beranjak ke sebelah Nie MingJue, "Aku tidak pernah menyangka bisa melihatmu dalam keadaan seburuk ini." Nie MingJue hanya mengucapkan satu kata, "Enyahlah." Tawa Meng Yao menyiratkan rasa kasihan, "Kau masih mengira dirimu raja dari Hejian? Lihat baik-baik—ini Istana Matahari." Salah satu kultivator di sampingnya meludah, "Istana Matahari? Ini cuma sarang anjing-anjing Wen!" Ekspresi Meng Yao berubah dan dia menghunus pedangnya. Segaris darah seketika melayang ke leher kultivator itu. Dia tewas tanpa suara. Para rekan dari sektenya meraung dan berteriak saat merangsek maju. Nie MingJue menggeram, "Kau!" Seorang kultivator menggarung, "Dasar Anjing Wen! Kau terlalu percaya diri! Kenapa tidak membunuhku sekalian?!" Alis Meng Yao bahkan tidak bergerak saat pedangnya sudah terayun sekali lagi, dan darah muncrat dari tenggorokan kultivator itu. Meng Yao tersenyum, "Tentu." Nie MingJue membalas dingin, "Anjing Wen."

Dia tahu, hanya akan ada kematian yang menantinya karena sekarang berada di tangan Wen RuoHan. Itulah sebabnya dia tidak takut apa pun. Seandainya Wei WuXian yang berada di situasi serupa, dia pasti sudah mengumpat sepuas hati sebelum melakukan hal lainnya—toh dia akan mati juga. Meski begitu, Meng Yao hanya tersenyum, sama sekali tidak marah. Dia menjentikkan jari sekali dan salah satu kultivator Sekte Wen datang sambil berlutut. Kedua tangannya terangkat ke atas kepala saat menempatkan sebuah kotak panjang ke tangan Meng Yao. Meng Yao membuka kotak itu dan mengeluarkan isinya, "Nie Zongzhu, bagaimana kalau kau lihat benda ini?" Itu adalah saber milik Nie MingJue, Baxia! Nie MingJue begitu geram, "Enyahlah, sekarang juga!" Namun Meng Yao sudah mengeluarkan Baxia dan menggenggamnya, "Nie Zongzhu, dari dulu Baxia sudah sering kupegang. Bukankah sudah terlambat bagimu untuk marah sekarang?" Nie MingJue menekankan setiap kata, "Lepaskan tanganmu dari Baxia!" Meng Yao menimbang-nimbang saber itu di tangannya seperti sengaja menyulut amarah Nie MingJue. Dia berkomentar, "Nie Zongzhu, menurutku saber-mu ini bisa masuk kategori senjata spiritual kelas atas. Meski begitu, ini masih lebih lemah kalau

dibandingkan saber ayahmu, Nie Zongzhu yang terdahulu. Coba tebak sudah berapa kali Wen Zongzhu mencoba membantingnya supaya patah?" Dalam sepersekian detik, seluruh darah di tubuh Nie MingJue mengalir gencar ke kepalanya. Kulit kepala Wei WuXian sudah nyaris kebas oleh amarah yang tiba-tiba. Dia membatin, Brutal sekali. Satu hal di hidup Nie MingJue yang paling ia benci dan sesali adalah kematian ayahnya. Dulu saat Nie MingJue masih remaja dan pemimpin sekte QingheNie masih ayahnya, seseorang menghadiahkan sebuah saber langka ke Wen RuoHan. Selama beberapa hari, Wen RuoHan merasa sangat senang. Kemudian dia bertanya ke para kultivator tamu—menurut kalian bagaimana saber-ku ini? Dia adalah tipe orang yang sulit ditebak, tertawa sedetik lalu berbahaya di detik berikutnya. Tentu saja semua orang akan melayangkan pujian seperti yang dia inginkan, mengatakan bahwa tidak ada saber di sepanjang sejarah yang bisa menandingi yang satu ini. Sayang sekali, ada satu murid tamu yang entah memendam kebencian pada Pemimpin Sekte Nie atau hanya ingin memberi jawaban yang unik untuk menarik perhatian. Dia berujar—tentu saja saber Anda tidak ada

bandingannya, tapi saya khawatir kalau ada satu orang yang tidak akan sependapat.

Dan Wen RuoHan tidak lagi merasa senang. Dia bertanya siapa orangnya, dan murid tamu itu menjawab—tentu saja QingheNie

Zongzhu, sekte yang terkenal dengan kultivasi saber-nya; dia sangat sombong dan selalu pamer bahwa saber berharganya tidak ada tandingan dan bahkan dalam seratus tahun pun tidak akan ada yang mampu mengalahkannya. Tidak peduli sebagus apa saber orang lain, dia tentu tidak akan mau mengakuinya. Dan kalaupun dia mengakuinya, hatinya jelas tidak. Wen RuoHan tertawa mendengarnya—kau yakin soal

itu? Wah, aku ingin melihatnya. Maka dari itu, dia langsung memanggil Pemimpin Sekte QingheNie yang sebelumnya. Wen RuoHan mengamati saber yang dia pegang cukup lama, lalu hanya menjawab dengan satu kalimat—ya,

memang saber yang bagus. Dia membentur-benturkan saber itu beberapa kali dan menyuruh Pemimpin Sekte Nie untuk mengambilnya lagi. Dulu tidak ada yang terasa aneh. Pemimpin Sekte Nie juga merasa bingung. Dia hanya kesal karena sikap suka memerintahnya itu. Beberapa hari setelahnya, dia pergi berburu malam dan bertarung melawan seekor binatang buas. Tiba-tiba saja saber-nya remuk hingga berkeping-keping sehingga membuatnya terluka parah oleh tanduk binatang buas itu.

Nie MingJue yang ikut menemani sang ayah berburu pun turut melihat kejadian itu dengan mata kepalanya sendiri. Setelah dibawa kembali ke kediamannya, Pemimpin Sekte Nie tidak bisa menerima kenyataan dan lukanya tidak bisa disembuhkan. Dia jatuh sakit selama setengah tahun dan akhirnya meninggal dunia, entah karena marah atau sakit. Inilah alasan kenapa Nie MingJue beserta seluruh Sekte QingheNie begitu membenci Sekte QishanWen. Kini di hadapan Wen RuoHan, Meng Yao sedang memegang sabernya dan mengungkit-ungkit lagi tentang ayah dan saber-nya yang telah hancur. Benar-benar tak berperasaan! Nie MingJue menonjok Meng Yao sekali hingga pemuda itu terhuyung mundur dan terbatuk darah. Melihat itu, sosok di singgasana giok bergeser maju, seolah ingin bergerak. Meng Yao langsung berdiri dan menendang dada Nie MingJue. Serangan Nie MingJue tadi memang di luar kendalinya. Nie MingJue ambruk dengan keras ke lantai. Pada akhirnya, dia tidak bisa lagi menahan sirkulasi darah yang mendidih dalam dadanya. Di sisi lain, Wei WuXian tidak tahu harus berkata apa. Ada banyak sekali versi dari rumor itu, tapi dia sama sekali tidak pernah menyangka ada detail mengagumkan tentang LianFang-Zun yang menendang ChiFeng-Zun!

Meng Yao menginjak dada Nie MingJue keras-keras, "Beraninya kau bertingkah seperti itu di hadapan Wen Zongzhu!" Sambil bicara, dia menusukkan pedangnya ke bawah. Nie MingJue menepis pedang Meng Yao dengan telapak tangannya, membuat bilah besi itu patah hingga berkeping-keping. Meng Yao juga turut ambruk oleh serangan itu. Begitu Nie MingJue bersiap melancarkan serangan untuk menampik mahkota di kepala Meng Yao, dia merasakan tubuhnya diseret ke arah berlawanan secara paksa. Arah berlawanan itu adalah ke singgasana Wen RuoHan. Tubuh Nie MingJue diseret cepat dan meninggalkan jejak darah sepanjang tiga puluh kaki di permukaan ubin hitam. Jejaknya masih terus berlanjut. Nie MingJue menyambar salah satu murid Sekte Wen yang sedang berlutut dan melemparnya ke singgasana giok. Tiba-tiba terjadi ledakan semerah darah seperti buah semangka yang terbang dan hancur menjadi gumpalan-gumpalan yang berceceran di atas tanah. Wen RuoHan memecah kepala murid itu dengan serangan udara. Namun itu tetap menciptakan celah buat Nie MingJue. Kemarahan membuat tenaganya melesat naik. Dia melompat, membentuk segel tangan dan Baxia seketika melayang. Meng Yao berteriak, "Zongzhu, awas!" Sebuah suara tertawa gila, "Biarkan saja!"

Suara itu terdengar masih muda. Wei WuXian sama sekali tidak terkejut. Level kultivasi Wen RuoHan teramat tinggi, sehingga tentu tubuhnya juga tetap terjaga dalam kondisi sempurna. Begitu menggenggam pangkal Baxia, Nie MingJue segera merangsek maju. Tubuh berlusin-lusin kultivator Sekte Wen yang datang mengelilingi Wen RuoHan langsung terbelah jadi dua! Begitu banyak mayat-mayat tak berwujud utuh yang bergeletakan di atas ubin hitam. Mendadak Wei WuXian merasakan hawa dingin di tulang belakangnya. Dalam sekejap mata, sesosok figur muncul di hadapannya. Nie MingJue mengayunkan pedang dengan brutal. Meski tenaga spiritualnya mampu menghancurkan lantai hingga menjadi kepingan fragmen, dia masih tidak membelah apa pun. Namun dadanya mendadak serasa seperti dipukul dahsyat. Dia menubruk salah satu pilar emas di istana itu dan terbatuk darah. Darah juga mengucur dari dahinya, terus-menerus mengaburkan pandangannya. Dia merasakan seseorang mendekat, kemudian lengannya terayun untuk melancarkan satu lagi serangan. Kali ini kepalan tinju dihempaskan ke tengah dadanya. Dalam sekejap, sekujur tubuhnya melesak ke dalam tanah! Indra Wei WuXian terhubung dengan Nie MingJue. Dia juga ikut terkejut saat dihabisi seperti ini. Kemampuan Wen RuoHan benar-benar luar biasa hebat!

Wei WuXian tidak pernah berduel melawan Nie MingJue secara langsung sehingga tidak tahu siapa yang akan menang. Namun dari pengamatannya, level kultivasi Nie MingJue bisa masuk tiga besar dari semua orang yang pernah dia lihat. Meskipun begitu, dia tetap saja tidak berdaya di hadapan Wen RuoHan! Dan apabila Wei WuXian yang berada di sini, dia tidak berani mengatakan kalau luka yang dia terima akan lebih mendingan dari yang Nie MingJue dapatkan... Wen RuoHan menginjak dada Nie MingJue. Pandangan Wei WuXian mulai gelap. Darah terus mengalir di tenggorokannya. Suara Meng Yao terdengar mendekat, "Bawahan Anda ini tidak berguna karena terus membutuhkan pertolongan Anda, Zongzhu." Wen RuoHan tertawa, "Kau memang tidak berguna." Meng Yao ikut tertawa. Wen RuoHan bertanya, "Dia yang membunuh Wen Xu?" Meng Yao, "Benar. Dia orangnya. Zongzhu, apa Anda akan membunuh musuh ini sekarang juga atau menyeretnya ke Istana Api? Saya menyarankan untuk membawanya ke Istana Api." 'Istana Api' adalah taman bermain Wen RuoHan, tempat dia mengumpulkan ribuan alat penyiksaan untuk menyiksa orang. Itu berarti Meng Yao tidak berkeinginan untuk membuat Nie MingJue langsung mati. Meng Yao ingin membawanya ke tempat penyiksaan

milik Wen RuoHan dan memakai peralatan yang dia buat sendiri sampai lelaki itu mati. Mendengar kedua orang itu bergurau tentang cara berurusan dengannya, Nie MingJue merasakan gejolak amarah seolah merebus darah di dadanya. Wen RuoHan menjawab, "Buat apa aku perlu bermain-main dengan orang yang sudah sekarat begini?" Meng Yao, "Bukan seperti itu. Nie Zongzhu punya tubuh yang kuat. Barangkali dia akan segar bugar kembali setelah beristirahat beberapa hari." Wen RuoHan, "Lakukan sesukamu." Meng Yao, "Ya." Namun saat dia merespon, cahaya dingin yang begitu tipis membelah udara. Wen RuoHan tiba-tiba tak bersuara. Tetes-tetes darah hangat terciprat ke wajah Nie MingJue. Seolah dia merasakan sesuatu dan berusaha mendongak untuk melihat apa yang terjadi. Namun dengan lukanya yang begitu parah, kepalanya kian terbenam ke tanah. Matanya akhirnya terpejam.

Wei WuXian tidak tahu berapa lama waktu berlalu sampai dirinya bisa kembali merasakan pancaran cahaya di matanya. Nie MingJue perlahan membuka mata. Begitu terbangun, dia menyadari salah satu lengannya disampirkan ke pundak Meng Yao. Meng Yao berusaha bergerak maju, separuh memapah dan separuh menyeretnya. Meng Yao, "Nie Zongzhu?" Nie MingJue, "Wen RuoHan sudah mati?" Meng Yao terlihat seolah kakinya tergelincir. Dia menjawab dengan suara gemetar, "Dia mungkin... sudah mati." Dia juga membawa sesuatu di tangannya. Nie MingJue berujar dengan suara rendah, "Berikan saber-ku." Wei WuXian tidak bisa melihat ekspresi Meng Yao. Dia hanya bisa mendengar senyum sedih dari suaranya, "Nie Zongzhu, sekarang ini, tolong jangan berpikiran untuk mencincangku dengan saber-mu..." Nie MingJue terdiam sesaat. Dia memusatkan kekuatannya dan merampas saber itu. Meng Yao memang gesit, tapi kemampuan murni selalu bisa mengalahkan kemampuan lainnya. Begitu saber itu direbut kembali, Meng Yao langsung meloncat minggir, "Nie Zongzhu, kau masih terluka."

Dengan saber sudah berada di tangannya, Nie MingJue berujar dingin, "Kau membunuh mereka." 'Mereka' yang dimaksud adalah kultivator-kultivator yang ikut disandera bersama Nie MingJue. Meng Yao, "Nie Zongzhu, kau harus mengerti. Dalam keadaan seperti itu... aku tidak punya pilihan." Hal yang paling Nie MingJue benci adalah perkataan yang tak bertanggung jawab seperti itu. Dia memberang dan mengayun sabernya, "Kau tidak punya pilihan? Apa yang kaulakukan itu keputusanmu sendiri, termasuk juga membunuh mereka!" Meng Yao mengelak dan memprotes, "Apa memang keputusanku sendiri? Nie Zongzhu, kalau kita berpikir dalam perspektif masingmasing..." Nie MingJue sudah bisa menduga apa yang akan dia katakan. Dia pun memotong ucapannya, "Tidak akan!" Meng Yao tampak seperti sudah kehabisan tenaga. Dia mencoba menghindari serangan itu tapi kakinya nyaris tergelincir, menunjukkan betapa sulit situasi ini buatnya. Setelah berhenti sesaat, dia pun akhirnya meledak, tiba-tiba berteriak, "ChiFeng-Zun!!! Tidakkah kau mengerti?!! Kalau aku tidak membunuh mereka, maka kau yang akan mati!!!"

Perkataannya menyiratkan makna yang sama dengan: 'aku yang menyelamatkan hidupmu, jadi kau tidak bisa membunuhku, atau kau akan sama saja dengan tak bermoral'. Namun Jin GuangYao memang sesuai dengan reputasinya. Makna yang sama tapi berbeda kata, dan dia juga bisa menciptakan rasa frustrasi dan putus asa di kata-katanya. Benar saja, pergerakan Nie MingJue terhenti. Urat nadi mencuat di balik dahi. Dia berhenti cukup lama, lalu mencengkeram pangkal saber dan berteriak, "Baiklah! Aku akan membunuh diriku sendiri setelah membunuhmu!" Meng Yao langsung menciut setelah meledak marah tadi. Melihat Baxia terayun ke arahnya, dia pun langsung menghindar ketakutan. Dari kedua orang itu, satu menyerang gila-gilaan dan yang satunya lagi kabur kepayahan. Keduanya terhuyung-huyung dan berlumuran darah. Dalam keadaan semenghibur itu, Wei WuXian ingin tertawa membayangkan Kepala Kultivator di masa depan seperti ini. Dia berasumsi apabila Nie MingJue tidak sedang terluka parah dan kehilangan energi spiritual seperti ini, Meng Yao pasti sudah mati. Di tengah-tengah adegan itu, mendadak terdengar sebuah suara terkejut, "MingJue-xiong!" Sosok berjubah putih bersih itu berlari cepat dari dalam hutan. Meng Yao seperti melihat dewa dari Surga. Dia pun segera bergegas dan bersembunyi di belakang punggung orang itu, "ZeWu-Jun!!! ZeWuJun!!!"

Nie MingJue masih di tengah amukannya. Dia bahkan tidak bertanya kenapa Lan XiChen bisa berada di sana. Nie MingJue malah berteriak, "XiChen, minggir!" Serangan Baxia begitu mengancam sampai Shuoyue harus ditarik dari sarungnya. Lan XiChen menghentikannya, separuh menopang sosoknya dan separuh menghalangi serbuannya, "MingJue-xiong, tenanglah! Kenapa begini?" Nie MingJue, "Kenapa kau tidak tanyakan saja apa yang sudah dia perbuat?!" Lan XiChen berpaling untuk memandang Meng Yao. Wajahnya begitu ketakutan—gemetaran seolah tidak berani bicara. Nie MingJue, "Setelah kau pergi dari Langya dulu, aku selalu penasaran kenapa aku tidak bisa menemukanmu! Jadi kau menjadi anak buah anjing-anjing Wen dan berpihak pada raja lalim dari Bu Ye Tian itu?!" Lan XiChen, "MingJue-xiong." Dia jarang memotong ucapan orang lain. Nie MingJue meragu. Lan XiChen pun melanjutkan, "Apa kau tahu siapa yang memberimu peta taktik formasi dari Sekte QishanWen beberapa kali ini?" Nie MingJue, "Kau." Lan XiChen, "Aku hanya menyalurkannya. Kau tahu siapa yang menjadi sumber semua informasi itu?"

Di bawah keadaan seperti ini, sulit rasanya untuk memahami apa yang dia maksudkan. Nie MingJue melirik Meng Yao yang berdiri di belakangnya, kepalanya tertunduk. Alis Nie MingJue berkedut hebat, seolah tak bisa mempercayai hal itu. Lan XiChen, "Kau tidak perlu ragu. Hari ini aku juga datang kemari untuk menolongmu setelah dia menghubungiku. Kalau tidak, bagaimana mungkin aku tiba-tiba muncul di sini?" Nie MingJue tidak bisa mengatakan apa-apa. Lan XiChen menambahkan, "Setelah peristiwa di Langya, A-Yao merasa sangat menyesal, tapi dia juga takut kalau kau akan memburunya. Dia hanya bisa menyelinap ke Sekte QishanWen dan mendekati Wen RuoHan, lalu diam-diam menulis surat untukku. Awalnya aku juga tidak tahu siapa pengirimnya. Aku baru sadar setelah menemukan beberapa petunjuk dari beberapa pertarungan." Dia berpaling ke Meng Yao, lalu merendahkan suaranya, "Kau tidak memberitahu MingJue-xiong?" "..." Meng Yao menekan luka di lengannya, berusaha tersenyum, "ZeWu-Jun, kau melihatnya sendiri. Sekalipun aku mengatakan itu, Nie Zongzhu pasti tidak akan percaya."

Nie MingJue terdiam selagi Baxia dan Shoyue terus berhantaman. Meng Yao melirik kilatan pedang dan saber itu, pandangannya penuh ketakutan. Namun setelah beberapa saat, dia beranjak maju, berlutut di hadapan Nie MingJue. Lan XiChen, "Meng Yao?" Meng Yao berbisik, "Nie Zongzhu, saat di Istana Matahari, meskipun tujuanku adalah untuk mendapat kepercayaan dari Wen RuoHan, aku sudah menyakitimu dan mengucapkan hal-hal yang tidak pantas. Aku sengaja menusuk luka lamamu karena tahu kalau Nie Zongzhu terdahulu sudah meninggalkan luka yang dalam buatmu... Meskipun aku tidak punya pilihan lain, aku benar-benar menyesal." Nie MingJue, "Seharusnya kau tidak berlutut di hadapanku, tapi di depan kultivator-kultivator yang kaubunuh dengan tanganmu sendiri." Meng Yao, "Wen RuoHan adalah orang yang kejam. Setiap kali ada yang tidak patuh, dia akan bertingkah seperti orang gila. Aku berlagak menjadi seseorang yang bisa dia percaya, jadi mana bisa aku berdiam diri melihat orang lain mempermalukannya? Jadi..." Nie MingJue, "Bagus. Kelihatannya kau sudah sering melakukan hal semacam itu sejak lama." Meng Yao menghela napas, "Saat itu aku berada di Qishan."

Lan XiChen ikut menghela napas, serangannya tetap bertahan, "MingJue-xiong, dia menyamar di Qishan dan beberapa kali harus melakukan hal semacam itu... saat dia melakukannya pun hatinya juga merasa..." Wei Wu Xian menggelengkan kepala dalam hati, ZeWu-Jun, dia

masih... terlalu baik. Namun setelah dipikir-pikir lagi, Wei WuXian menyimpulkan bahwa dia merasa defensif terhadap Jin GuangYao karena dirinya sudah menyimpan kecurigaan yang bermacam-macam, sedangkan Meng Yao di hadapan Lan XiChen adalah seserang yang sudah menyamar tanpa pilihan lain dan menahan segala penghinaan seorang diri. Kedua hal itu menyimpan sudut pandang yang berbeda, jadi mana bisa perasaan mereka dibandingkan? Sejurus kemudian, Nie MingJue masih mengangkat saber-nya. Lan XiChen, "MingJue-xiong!" Meng Yao memejamkan mata. Lan XiChen juga mengeratkan genggamannya pada Shuoyue, "Tolong..." Belum sempat dia menuntaskan perkataannya, iluminasi keperakan dari bilah pedang menerjang liar, menghantam ke arah sebongkah batu besar di sebelah mereka.

Meng Yao berjengit kaget oleh gempuran batu pecah yang menggelegar seperti petir. Dia melirik dan melihat batu itu sudah terbelah dua, dari atas hingga bawah. Bahkan hingga akhir, saber itu tidak bisa menerjangnya. Baxia kembali masuk ke dalam selongsong. Nie MingJue pun berjalan pergi tanpa berbalik lagi. Wen RuoHan sudah mati. Meskipun ada beberapa anggota Sekte QishanWen yang masih tersisa, mereka sudah tidak ada harapan lagi— kekalahan mereka sudah terukir jelas. Dan pengorbanan Meng Yao yang menyamar di Bu Ye Tian selama bertahun-tahun menjadi terkenal usai perang. Wei WuXian juga merasa ada yang janggal. Semenjak Meng Yao mengkhianati Sekte QingheNie, hubungannya dengan Nie MingJue tidak pernah sama lagi. Lalu kenapa mereka nantinya menjadi saudara tersumpah? Kalau dari pengamatannya, Wei WuXian pun menduga kalau (selain bagaimana Lan XiChen selalu berharap mereka berdua bisa berbaikan) faktor yang paling penting mungkin lantaran rasa terima kasih Nie MingJue karena Meng Yao sudah menyelamatkannya dan menulis surat-surat itu. Lebih tepatnya di perang-perang yang telah lalu, dia cukup bergantung pada informasi yang dikirim Meng Yao lewat Lan XiChen. Dia masih menganggap Jin GuangYao sebagai orang berbakat yang jarang ada dan bermaksud mengarahkannya kembali ke jalur yang benar. Namun Jin GuangYao bukan lagi bawahannya. Baru setelah mereka menjadi saudara tersumpah, dia bisa memiliki status dan

posisi untuk memaksa Jin GuangYao, sepertihalnya bagaimana dia mendisiplinkan adiknya sendiri, Nie HuaiSang. Setelah Sunshot Campaign berakhir, Sekte LanlingJin menyelenggarakan perjamuan bunga yang berlangsung selama beberapa hari, mengundang begitu banyak kultivator dan sekte untuk datang dan merayakan bersama. Di Jinlin Tai, orang-orang datang dan pergi. Di mata Nie MingJue, kerumunan itu datang silih berganti, lagi dan lagi, dengan kedua pihak saling memberi hormat dan memanggilnya 'ChiFeng-Zun'. Wei WuXian membatin, tingkah lebay seperti itu akan mencapai langit. Semua orang

ini takut dan hormat pada Nie MingJue. Dulu ada cukup banyak orang yang takut padaku meskipun hanya sedikit yang menghormatiku. Jin GuangYao berdiri tepat di lantai bawah istana. Karena sekarang dia sudah menjadi saudara tersumpah dari Nie MingJue dan Lan XiChen, juga diterima oleh klannya, dia mendapat tanda merah di dahinya dan mengenakan jubah berlambangkan bunga peony Spark Amidst Snow emas. Dia masih sama tampannya, sama cerdasnya, tapi auranya sekarang jauh lebih tenang. Dan di sebelahnya, Wei WuXian terkejut sewaktu melihat sosok yang familier. Xue Yang.

Pada saat ini, Xue Yang masih cukup muda. Meskipun penampilannya seperti anak-anak, tubuhnya sudah lumayan tinggi. Dia mengenakan jubah Sparks Amidst Snow, berdiri di sebelah Jin GuangYao seperti angin musim semi yang berembus ke pohon-pohon dedalu—masih muda dan penuh talenta. Mereka sepertinya sedang membicarakan sesuatu yang lucu. Jin GuangYao tersenyum, berisyarat dengan tangannya. Keduanya bertukar pandang, lalu tawa Xue Yang tiba-tiba meledak. Dia melirik para kultivator yang berjalan berkeliaran dengan acuh tak acuh. Matanya dipenuhi kejijikan, seolah semua kultivator itu tak lebih dari onggokan sampah. Begitu melihat Nie MingJue, Xue Yang sama sekali tidak merasa ketakutan seperti yang lainnya. Malahan dia menyeringai, memamerkan gigi taringnya. Jin GuangYao menyadari ekspresi Nie MingJue yang tidak begitu senang. Buru-buru dia menahan senyum dan membisikkan sesuatu ke Xue Yang. Xue Yang melambaikan tangan, lalu beralih ke tempat lain. Jin GuangYao menghampirinya dan bicara dengan penuh hormat, "Da Ge." (kakak tertua) Nie MingJue, "Siapa dia?" Sesaat dia meragu, lalu menjawab hati-hati, "Xue Yang." Nie MingJue mengerutkan kening, "Xue Yang dari Kuizhou?" Jin GuangYao mengangguk. Xue Yang sudah terkenal sejak muda. Wei WuXian bisa merasakan dengan jelas alis Nie MingJue bertaut

kejat. Dia berujar, "Kenapa kau buang-buang waktu dengan orang macam dia?" Jin GuangYao, "Sekte LanlingJin merekrutnya." Jin GuangYao tidak berani memprotes lebih jauh lagi. Dia berdalih hendak mengurusi tamu lain sehingga buru-buru menyingkir dari sana. Nie MingJue menggelengkan kepala dan berbalik. Tiba-tiba kedua mata Wei WuXian membelalak lebar. Seolah dia merasakan salju mulai berjatuhan dari langit, melayang perlahan dengan biasan sinar rembulan. Lan XiChen dan Lan WangJi berjalan berdampingan. Kedua giok dari Lan berdiri bersebelahan. Satu memegang xiao dan satunya lagi membawa guqin; satu terlihat lembut dan hangat, dan satunya dingin dan cermat. Meski begitu, mereka berdua sama-sama menakjubkan, sama-sama tenang, benar-benar warna yang sama, hanya auranya saja yang berbeda. Tak heran orang lain selalu menatap mereka dan berdecak kagum melihatnya. Lan WangJi yang sekarang masih memiliki sedikit aura naif pada dirinya, tetapi ekspresi dinginnya yang membuat orang lain menjaga jarak masih tetap sama. Pandangan Wei WuXian seketika terpaku pada wajahnya, tak bisa berpaling bagaimanapun juga. Tak peduli bisa didengar atau tidak, Wei WuXian berteriak senang, "Lan Zhan! Aku sangat merindukanmu! Hahahahahahaha!" Tiba-tiba sebuah suara terdengar, "Nie Zongzhu, Lan Zongzhu."

Jantung Wei WuXian terasa melompat mendengar suara familier itu. Nie MingJue berbalik lagi. Jiang Cheng menghampiri mereka, mengenakan jubah ungu dengan tangan menyentuh pedangnya. Dan siapa lagi orang yang berdiri di sebelah Jiang Cheng kalau bukan Wei WuXian sendiri. Dia melihat dirinya sendiri melangkah dengan tangan di belakang punggung, mengenakan pakaian serbahitam. Sebuah seruling segelap tinta dengan rumbai merah terselip di pinggangnya. Dia berdiri bersandingan dengan Jiang Cheng, mengangguk ke arah mereka untuk menunjukkan hormat. Tingkah lakunya agak arogan. Begitu melihat tingkah diri mudanya, Wei WuXian merasakan giginya bergemeretak sebal. Dia merasa gatal ingin menonjok dirinya sendiri keras-keras. Lan WangJi juga melihat Wei WuXian yang berdiri di sebelah Jiang Cheng. Ujung alisnya berkedut sedikit. Tak lama setelahnya, mata beriris terangnya kembali seperti semula, masih memandang ke depan dengan tenang. Jiang Cheng dan Nie MingJue saling mengangguk dengan wajah serius. Tidak ada yang mengatakan hal yang tidak perlu. Setelah sapaan yang terkesan terburu-buru itu, keduanya melangkah ke arah lain. Wei WuXian melihat dirinya yang berpakaian serbahitam dan melirik ke sekeliling sampai akhirnya melihat Lan WangJi. Tampaknya dia hendak bicara sebelum Jiang Cheng datang dan berdiri di sampingnya. Kepala mereka menunduk saat saling bicara dengan ekspresi serius. Lalu Wei WuXian tertawa keras. Dia berjalan ke arah lain sambil masih berada di samping Jiang Cheng. Orang-orang di sekeliling mulai bergeser untuk menyisakan ruang buat mereka.

Wei WuXian merenung—sebenarnya apa yang dulu mereka bicarakan? Awalnya dia sama sekali tidak bisa ingat. Dia baru teringat setelah mengamati gerak mulut mereka dalam pandangan Nie MingJue. Ternyata yang dia katakan dulu adalah, 'Jiang Cheng, ChiFeng-Zun jauh lebih tinggi darimu, haha.' Dan yang Jiang Cheng katakan adalah, 'Enyahlah. Kau mau mati ya?' Pandangan Nie MingJue teralih lagi, "Kenapa Wei Ying tidak membawa pedangnya?" Pedang adalah salah satu elemen penting dalam berbusana formal. Di pertemuan semacam ini, membawa pedang adalah salah satu etika yang tak bisa ditinggalkan begitu saja. Orang-orang dari sekte terkemuka selalu menganggapnya penting. Lan Wangji pun menanggapi dengan suara hangat, "Dia mungkin lupa." Nie MingJue mengangkat satu alisnya, "Dia bahkan bisa melupakan hal semacam itu?" Lan WangJi, "Itu bukan hal yang aneh buatnya." Wei WuXian, Wah wah, jadi kau menggosipkanku di belakang

punggungku. Kau ketahuan. Lan XiChen tersenyum, "Wei Gongzi tadi bilang bahwa dia tidak peduli dengan formalitas yang berlebihan. Tidak hanya soal membawa

pedang, bahkan kalau dia tidak mengenakan pakaian, apa yang bisa orang lain lakukan padanya? Dia memang masih muda." Mendengar orang lain mengutip perkataan arogannya dulu membuatnya merasa aneh. Wei WuXian merasakan sedikit sengatan malu, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Mendadak dia mendengar Lan WangJi menggumam lemah, "Sembrono sekali." Suaranya teramat lembut, seolah hanya ditujukan pada Wei WuXian seorang. Dua kata itu tertangkap telinga Wei WuXian, entah bagaimana bisa membuat jantungnya berdegup kencang. Lan XiChen menatapnya, "Hmm? Kenapa kau masih di sini?" Lan WangJi agak bingung. Dia menjawab dengan wajah kaku, "Xiongzhang ada di sini, jadi tentu aku juga di sini." Lan XiChen, "Kenapa kau tidak pergi dan mengobrol dengannya? Mereka akan pergi jauh sebentar lagi." Wei WuXian juga merasa aneh, Kenapa ZeWu-Jun mengatakan

itu? Apa barangkali Lan Zhan ingin mengatakan sesuatu padaku? Sebelum dia bisa melihat bagaimana Lan WangJi bereaksi, serangkaian teriakan terdengar dari ujung ruangan. Wei WuXian mendengar teriakan marahnya sendiri, "Jin ZiXuan! Apa kau lupa perkataan dan perbuatanmu dulu? Apa maksudnya ini sekarang?!"

Wei WuXian akhirnya ingat. Jadi sekarang adalah waktu itu. Di sisi lain, Jin ZiXuan juga ikutan geram, "Aku bertanya pada Jiang Zongzhu, bukan padamu! Yang aku tanyakan juga tentang Nona Jiang. Apa hubungannya denganmu?!" Wei WuXian, "Bagus sekali! Memangnya apa hubungan shijie-ku denganmu? Siapa yang dulu tidak mau peduli?" Jin ZiXuan, "Jiang Zongzhu—ini adalah perjamuan dari sekte kami, dan orang ini dari sektemu! Kau mau mengurusi dia atau tidak?!" Lan XiChen, "Kenapa mereka mulai bertengkar lagi?" Lan WangJi ikut memandang, tapi kakinya masih terpaku di lantai. Sejurus kemudian, dia terlihat seperti hendak melakukan sesuatu dan melangkah maju. Namun saat ingin menghampirinya, Jiang Cheng sudah membuka suara, "Wei WuXian, kau bisa tutup mulutmu. Jin Gongzi, aku minta maaf. Kakakku baik-baik saja. Terima kasih atas perhatiannya. Kita bisa membicarakannya lain waktu." Wei WuXian tertawa dingin, "Lain waktu? Tidak ada lain waktu! Shijie baik-baik saja atau tidak, itu juga bukan urusannya! Memangnya siapa dia?" Dia berbalik dan mulai melangkah pergi. Jiang Cheng berteriak, "Kembali ke sini! Kau mau ke mana?!"

Wei WuXian melambaikan tangannya, "Ke mana saja! Aku tidak mau melihat wajahnya. Toh aku tidak pernah mau datang ke sini. Kau bisa mengurusi semuanya di sini sendiri." Wajah Jiang Cheng langsung tersaput awan mendung setelah ditinggal Wei WuXian. Jin GuangYao sedang menyibukkan diri dengan berbagai hal di dalam dan luar ruangan. Dia menghadapi semua tamu dengan senyuman, semua masalah dengan tindakan. Dia langsung muncul begitu melihat ada yang terjadi di sini, "Wei Gongzi, tolong tunggu dulu!" Wei WuXian melangkah cepat dengan tangan di balik punggung. Wajahnya gelap dan tidak mempedulikan siapa pun. Lan WangJi melangkah ke arahnya, tapi belum sempat bicara, Wei WuXian sudah melewatinya dan pergi. Jin GuangYao tidak bisa mengejar Wei WuXian. Dia menghentakkan kaki ke tanah dan menghela napas, "Dia sudah pergi. Jiang Zongzhu, aku... aku harus bagaimana?" Jiang Cheng menyembunyikan awan di wajahnya, "Jangan hiraukan dia. Dia memang sangat tidak sopan. Dia sudah terbiasa bertingkah seperti itu di rumah." Kemudian dia mulai berbincang dengan Jin ZiXuan. Melihat kedua orang itu membuat Wei WuXian diam-diam menghela napas panjang. Untung saja Nie MingJue tidak begitu tertarik

dengan yang terjadi di sini. Ia segera memalingkan wajah sehingga Wei WuXian tidak bisa melihat mereka lagi.

Di kediaman Sekte QingheNie, Bu Jing Shi—The Unclean Realm. Nie MingJue sedang duduk di alas duduknya. Sebuah guqin dilentangkan horisontal di depan Lan XiChen saat dia menyapukan jemarinya ke senar-senar itu. Begitu lagu selesai, Jin GuangYao tertawa, "Wah, karena aku sudah mendengar kemampuan permainan guqin Er Ge, barangkali aku akan membanting guqin-ku begitu pulang nanti." Lan XiChen, "Kemampuanmu termasuk cukup bagus di luar Gusu. Apa kau diajari oleh ibumu?" Jin GuangYao, "Tidak. Aku belajar sendiri dengan mengamati orang lain. Dia tidak pernah mengajariku hal semacam itu. Yang ibuku ajarkan hanya membaca dan menulis, juga membeli pedang mahal dan pedoman kultivasi untuk kupelajari." Lan XiChen tampak terkejut, "Pedang dan pedoman kultivasi?"

Jin GuangYao, "Er Ge, kau belum melihatnya, kan? Buku-buku kecil yang dijual penduduk biasa. Ada sketsa manusia dengan judul yang dibuat berlebihan." Lan XiChen menggelengkan kepala, tersenyum. Jin GuangYao juga ikut menggeleng, "Semua itu hanya penipuan, terlebih untuk membodohi wanita seperti ibuku dan anak kecil yang sembrono. Mempelajarinya tidak akan membuatku kehilangan atau mendapatkan apa-apa." Dia menghela napas sedih, "Tapi mana mungkin ibuku tahu soal itu? Dia tetap membelinya tidak peduli semahal apa dan berkata apabila aku kembali menemui ayahku nanti, aku bisa terlihat sekompeten mungkin sehingga tidak akan tertinggal jauh. Semua uang kami dihabiskan untuk membeli barang-barang semacam itu." Lan XiChen memetik senar-senar guqin, "Kau sangat berbakat kalau bisa mempelajari sejauh itu hanya dengan mengamati orang lain. Kalau ada seorang master yang mengajarimu secara langsung, kau pasti akan berkembang pesat." Jin GuangYao tersenyum, " Dan master itu sekarang ada di hadapanku, tapi aku tidak akan berani menyusahkannya." Lan XiChen, "Kenapa tidak? Gongzi, tolong duduk."

Dan Jin GuangYao duduk diam di hadapannya dengan punggung tegak. Dia berlagak seperti seorang murid yang sedang mendengarkan wejangan, "Guru Lan, apa yang akan Anda ajarkan?" Lan XiChen, "Bagaimana kalau Song of Clarity?" (Lagu Kejernihan) Mata Jin GuangYao berbinar cerah, tapi belum sempat dia bicara, Nie MingJue sudah mendongak menatapnya, "Song of Clarity adalah ajaran eksklusif dari Sekte GusuLan. Tidak seharusnya dibocorkan." Namun Lan XiChen tidak terlihat keberatan. Dia tersenyum, "Song of Clarity berbeda dengan Sound of Vanquish. Manfaatnya adalah untuk menjernihkan pikiran seseorang. Rasanya egois sekali kalau harus merahasiakan teknik terapeutik semacam itu. Lagipula, apakah mengajarkannya ke San Di (adik ketiga) disebut membocorkan rahasia?" Nie MingJue tidak mengucapkan apa-apa lagi melihat di mana hatinya bertambat.

Suatu hari begitu kembali ke aula utama di Bu Jing Shi, Nie MingJue melihat lusinan kipas lipat, semuanya bergaris emas dan direntangkan satu persatu di hadapan Nie HuaiSang. Sang adik menyentuh kipas-kipas itu dengan lembut sembari bergumam membandingkan tulisan yang terukir di masing-masing kipas. Tiba-tiba saja Nie MingJue merasa begitu marah, "Nie HuaiSang!" Nie HuaiSang langsung ambruk. Dia benar-benar jatuh sampai berlutut oleh rasa takut, terhuyunghuyung bangkit setelahnya, "K-k-k-kakak." Nie MingJue, "Di mana saber-mu?" Nie HuaiSang gemetar ketakutan, "Di... di kamarku. Tidak, di halaman latihan. Tidak, biar... kuingat..." Wei WuXian bisa merasakan bahwa Nie MingJue hampir ingin memukulnya sampai mati, "Kau membawa selusin kipas ke mana pun kau pergi, tapi kau bahkan tidak tahu di mana saber-mu sekarang?!" Nie HuaiSang buru-buru mengatakan, "Akan kucari sekarang juga!" Nie MingJue, "Tidak usah! Sekalipun ketemu, kau tidak akan dapat apa-apa. Bakar semua ini!"

Wajah Nie HuaiSang begitu pucat seolah semua warnanya menghilang. Dia buru-buru menarik semua kipas itu ke lengannya dan memohon, "Jangan, Kakak! Semua ini hadiah!" Nie MingJue mendobrak meja begitu kuat hingga retak, "Dari siapa? Suruh dia datang kemari sekarang juga!" Seseorang berujar, "Aku yang memberikannya." Jin GuangYao berjalan masuk dari luar aula. Nie HuaiSang seperti sedang melihat seorang pahlawan, dia pun berseru gembira, "San Ge, kau datang!" Sebenarnya dia senang bukannya karena Jin GuangYao bisa menenangkan kemarahan Nie MingJue, tapi karena kedatangannya akan membuat amarah Nie MingJue berpusat pada Jin GuangYao saja sehingga tidak akan bisa memarahi hal lain. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya kalau Jin GuangYao memang pahlawan buat Nie HuaiSang. Nie NuaiSang benar-benar gembira. Dia menyapa Jin GuangYao lagi dan lagi sembari mengambili kipas-kipas itu. Nie MingJue begitu murka melihat bagaimana adiknya bereaksi. Dia beralih ke Jin GuangYao, "Jangan memberinya barang-barang tidak berguna!" Karena terburu-buru, Nie HuaiSang menjatuhkan beberapa kipas ke lantai. Jin GuangYao memungutnya dan meletakkannya ke lengan Nie HuaiSang, "Hobi HuaiSang cukup elegan. Dia memiliki dedikasi di bidang seni dan kaligrafi, juga tidak punya kecenderungan berbuat onar. Bagaimana mungkin kau menyebutnya tidak berguna?"

Nie HuaiSang mengangguk cepat, "Benar, San Ge benar!" Nie MingJue, "Tapi seorang pemimpin sekte tidak butuh barangbarang semacam itu." Nie HuaiSang, "Aku tidak akan jadi pemimpin sekte. Kau saja, Da Ge! Aku tidak mau!" Melihat pelototan kakaknya, Nie HuaiSang langsung bungkam. Nie MingJue beralih ke Jin GuangYao, "Buat apa kau kemari?" Jin GuangYao, "Er Ge bilang kalau dia memberimu guqin." Lan XiChen memberikan guqin padanya setelah memainkan Song of Clarity untuk Nie MingJue demi bisa membantunya meredakan amarah. Jin GuangYao melanjutkan, "Da Ge, belakangan ini Sekte GusuLan sedang dalam masa krusial untuk membangun kembali Yun Shen Buzhi Chu sampai kau menolak membiarkan Er Ge berkunjung ke sini. Jadi itulah kenapa dia mengajarkan Song of Clarity padaku. Kupikir meskipun tidak sehebat Er Ge, aku masih bisa membantumu menenangkan diri, Da Ge." Nie MingJue, "Urusi urusanmu sendiri." Namun Nie HuaiSang terlihat agak tertarik, "Lagu apa, San Ge? Boleh aku dengar juga? Kuberitahu ya, edisi terbatas yang kauberikan padaku sebelumnya..."

Nie MingJue berteriak, "Kembali ke kamarmu!" Nie HuaiSang langsung kabur, bukan ke kamarnya, tapi ke ruang tamu tempat hadiah Jin GuangYao berada. Amarah Nie MingJue sudah nyaris padam. Dia beralih ke Jin GuangYao yang wajahnya terlihat letih. Bahkan jubahnya ternodai debu. Barangkali dia datang ke sini langsung dari Jinlin Tai. Nie MingJue terdiam sesaat, lalu berujar, "Duduklah." Jin GuangYao mengangguk sedikit dan beranjak duduk, "Da Ge, kalau kau memang mengkhawatirkan HuaiSang, kenapa tidak menggunakan kata-kata yang lebih lembut saja?" Nie MingJue, "Bahkan kalau ada bilah pedang di lehernya, dia akan tetap seperti itu. Sepertinya dia akan selamanya menjadi orang tidak berguna." Jin GuangYao, "Bukan karena HuaiSang tidak berguna, tapi karena hatinya tertambat pada hal lain." Nie MingJue, "Kau benar-benar mengerti kesukaannya, ternyata." Jin GuangYao tersenyum, "Tentu saja. Bukankah itu keahlianku? Satu-satunya yang tidak bisa kumengerti adalah kau, Da Ge." Jin GuangYao tahu apa yang disukai dan tidak disukai orang-orang sehingga bisa mencari solusi yang paling tepat; dia suka menjalankan suruhan dan bisa bekerja ganda dengan usaha setengahnya. Oleh karena itu, Jin GuangYao bisa dibilang cukup berbakat dalam mengamati

kesukaan orang lain. Nie MingJue adalah satu-satunya yang tidak bisa dibaca dengan jelas. Wei WuXian sendiri sudah melihatnya dulu saat Meng Yao masih bekerja di bawah Nie MingJue. Wanita, arak, dan kekayaan—Nie MingJue sama sekali tidak pernah menyentuh itu semua; seni, kaligrafi dan barang antik—hanyalah gundukan tinta dan lumpur; daun teh hijau berkualitas tinggi dan minuman dari kios pinggir jalan—sama sekali tidak ada bedanya. Meng Yao sudah mencoba segala yang terpikirkan tapi masih tidak bisa menemukan apa yang Nie MingJue sukai selain berlatih saber dan membunuh anjing-anjing Wen. Dia memang seperti tembok besi, tak tertembus bahkan dengan bilah pedang paling tajam sekalipun. Mendengar nada bicara Jin GuangYao terkesan agak mengejek diri sendiri, Nie MingJue bahkan tidak sejijik dugaannya, "Jangan mendukung dia bertingkah seperti itu." Jin GuangYao tersenyum samar, lalu bertanya, "Da Ge, di mana guqin Er Ge?" Nie MingJue menunjuk ke arah lain.

Semenjak saat itu, Jin GuangYao akan berkunjung dari Lanling ke Qinghe setiap beberapa hari sekali, memainkan Song of Clarity dengan harapan bisa membantu memadamkan amarah pada diri Nie MingJue. Dia berusaha keras tanpa mengeluh sedikit pun. Song of Clarity memang terbukti efektif. Wei WuXian bisa merasakan dengan jelas energi jahat di dalam Nie MingJue berhasil ditekan. Dan selagi bermain guqin, mereka bisa bercakap-cakap dan berbaikan dengan sedikit tanda-tanda perdamaian yang sebelumnya luruh. Wei WuXian mulai mengira kalau pembangunan kembali Yun Shen Buzhi Chu yang sibuk hanyalah alasan semata. Barangkali Lan XiChen hanya ingin memberikan kesempatan buat Nie MingJue dan Jin GuangYao untuk meredakan ketegangan. Namun baru saja dia berpikir demikian, kemurkaan yang lebih kuat muncul sesaat setelahnya. Nie MingJue menampik dua murid yang tidak berani menghentikannya dan berjalan ke dalam Taman Mekar. Lan XiChen dan Jin GuangYao sedang mendiskusikan sesuatu di dalam ruangan kerja, ekspresi keduanya sama-sama serius. Beberapa lembar cetakbiru tergeletak di atas meja di hadapan keduanya, tertutupi not-not balok dalam berbagai warna. Melihat Nie MingJue melangkah maju seperti itu, Lan XiChen jadi meragu, "Da Ge?" Nie MingJue, "Jangan bergerak." Kemudian dia berpaling ke Jin GuangYao dan berujar dingin, "Keluarlah."

Jin GuangYao menatapnya lalu beralih ke Lan XiChen lagi, tersenyum, "Er Ge, bisakah kau membantuku menyelesaikan ini? Ada hal pribadi yang harus kudiskusikan dengan Da Ge. Aku akan meminta penjelasanmu nanti." Wajah Lan XiChen diliputi rasa khawatir, tapi Jin GuangYao menghentikannya, mengikuti Nie MingJue yang keluar dari Taman Mekar itu. Begitu mendekati pojok Jinlin Tai, Nie MingJue menghajarnya. Para murid di pinggir mereka berdua begitu terkejut. Jin GuangYao menghindari serangan dengan gesit. Dia memberi sinyal pada para murid untuk tetap diam saat dia bicara dengan Nie MingJue, "Da Ge, kenapa marah? Tenanglah." Nie MingJue, "Di mana Xue Yang?" Jin GuangYao, "Dia sudah dikurung di bawah tanah, dipenjara seumur hidup..." Nie MingJue, "Apa yang kaukatakan padaku sebelumnya?" Jin GuangYao terdiam. Nie MingJue pun melanjutkan, "Aku ingin dia menebus nyawa dengan nyawa, tapi kau malah mengurungnya seumur hidup?"

Jin GuangYao menjawab hati-hati, "Selama dia menerima hukuman dan tidak menyinggung orang lain lagi, mungkin hukuman mati dan seumur hidup itu..." Nie MingJue, "Apa yang sudah dilakukan murid kultivator tamu yang kaurekomendasikan itu?! Semuanya sudah jadi begini, tapi kau masih saja berani membelanya!" Jin GuangYao memprotes, "Aku tidak membelanya. Aku juga terkejut dengan kasus Sekte YueyangChang. Mana mungkin aku tahu kalau Xue Yang akan membunuh lebih dari lima puluh orang sekaligus? Tapi ayahku bersikukuh ingin menjaganya..." Nie MingJue, "Terkejut? Siapa yang dulu mengundangnya? Siapa yang dulu merekomendasikannya? Siapa yang menghormatinya? Jangan gunakan ayahmu sebagai alasan. Mana mungkin kau tidak tahu apa yang Xue Yang perbuat?!" Jin GuangYao menghela napas, "Da Ge, itu memang perintah ayahku. Aku tidak bisa menolak. Sekarang kalau kau ingin aku membereskan Xue Yang, apa yang harus kukatakan padanya?" Nie MingJue, "Aku tidak butuh alasan. Kembalilah dengan kepala Xue Yang di tanganmu." Jin GuangYao masih ingin bicara, tapi Nie MingJue sudah kehilangan semua kesabarannya, "Meng Yao, jangan mengucapkan

kata-kata megah seperti itu di hadapanku. Siasatmu sudah tidak mempan lagi sejak dulu." Dalam sedetik, wajah Jin GuangYao diliputi rasa tidak nyaman, seperti seseorang dengan penyakit tak tersembuhkan yang tiba-tiba terekspos ke publik. Tidak ada lagi yang bisa disembunyikan. Dia berujar, "Siasatku? Siasat apa? Da Ge, kau selalu berteriak padaku karena sering menilai orang dan menjadi tidak terhormat. Kau bilang bahwa dirimu orang yang baik dan benar, bahwa dirimu tidak takut pada apa pun, dan lelaki yang baik itu tidak seharusnya berkomplot. Baiklah. Latar belakangmu begitu mulia dan tingkat kultivasimu juga tinggi. Tapi bagaimana denganku? Memangnya aku sama sepertimu? Satu, tingkat kultivasiku tidak sekuat kau. Sejak lahir, tidak ada yang mengajariku. Dua, aku tidak punya latar belakang yang bagus. Kaupikir posisiku di Sekte LanlingJin sudah stabil? Kaupikir aku bisa mendapat kekuasaan begitu Jin ZiXuan meninggal? Jin GuangShan akan lebih memilih membawa anak haram lain daripada menyerahkan posisi pemimpin sekte padaku! Menurutmu aku tidak boleh takut pada apa pun? Yah, aku takut pada semuanya, bahkan pada orang lain! Terlebih pada orang yang penuh kepercayaan!" Nie MingJue menjawab dingin, "Pada akhirnya, maksudmu adalah kau tidak ingin membunuh Xue Yang, bahwa kau tidak ingin posisimu di Sekte LanlingJin goyah." Jin GuangYao, "Tentu saja tidak!"

Dia menengadah, matanya berapi-api, "Tapi, Da Ge, aku selalu ingin menanyakan sesuatu padamu—nyawa di tanganmu lebih berharga dari nyawa di tanganku. Jadi kenapa, aku hanya membunuh beberapa kultivator karena putus asa, tapi kau terus saja mengungkit-ngungkit itu sampai sekarang?" Nie MingJue begitu murka sampai mulai tertawa, "Bagus! Aku akan memberimu jawabanku. Ada banyak nyawa yang melayang di bawah saber-ku, tapi aku tidak pernah membunuh karena keinginanku sendiri, apalagi untuk menaiki tangga itu!"

[* Ini bermakna konotatif. Nie MingJue menyindir Jin GuangYao yang menggunakan 'pamor' membunuh Wen RuoHan untuk mendapat posisi di Sekte LanlingJin. Semacam pansos lah. (Tapi kebetulan juga Jinlin Tai punya tangga tinggi beneran.]

Jin GuangYao, "Da Ge, aku mengerti maksudmu. Kau mengatakan bahwa semua orang yang kaubunuh pantas mati?"

Dengan keberanian yang entah didapat dari mana, Jin GuangYao tertawa dan berjalan beberapa langkah mendekati Nie MingJue. Suaranya meninggi, bertanya dengan cara yang terkesan agresif, "Kalau begitu, aku mau tanya. Bagaimana caramu menilai kalau mereka pantas mati? Apa standarmu itu memang tepat? Kalau aku membunuh satu tapi menyelamatkan seribu, bukankah aku melakukan lebih banyak kebaikan daripada kejahatan? Atau aku masih pantas mati? Untuk melakukan kebaikan, pengorbanan memang diperlukan." Nie MingJue, "Kalau begitu kenapa kau tidak mengorbankan dirimu sendiri? Apa kau lebih bangsawan dari mereka semua? Apa kau berbeda dari mereka?" Jin GuangYao menatapnya. Sesaat kemudian, dia menjawab tenang seolah telah memutuskan atau menyerah akan sesuatu, "Iya." Dia menengadah. Ada sekelumit kebanggaan di ekspresinya, sedikit ketenangan dan sepercik kesintingan, "Aku dan mereka tentu saja berbeda!" Perkataan dan ekspresinya membuat Nie MingJue begitu murka. Nie MingJue mengangkat kakinya. Namun Jin GuangYao sama sekali tidak menghindar atau berlindung. Tendangan mendarat padanya, dan lagi, dia berguling-guling seperti kerikil di tangga Jinlin Tai.

Nie MingJue berteriak sembari menatap ke bawah, "Pantas saja, dasar anak pelacur." Jin GuangYao baru mendarat setelah berguling-guling menuruni lima puluh anak tangga sekaligus. Dia bahkan tidak berdiam di tanah terlalu lama sebelum merangkak bangkit. Dengan lambaian tangannya, dia menyuruh para pelayan dan murid di sekelilingnya untuk mundur. Dia membersihkan jubahnya dan perlahan mengangkat kepala untuk menatap Nie MingJue. Matanya cukup tenang, nyaris acuh tak acuh. Saat Nie MingJue menarik saber-nya, Lan XiChen kebetulan meninggalkan istana untuk melihat apa yang terjadi karena dia sudah menunggu terlalu lama. Begitu melihat situasi di hadapannya, dia langsung menarik Shuoyue juga, "Kali ini apa yang terjadi?" Jin GuangYao, "Tidak apa-apa. Da Ge, terima kasih sarannya." Nie MingJue, "Jangan menghalangiku!" Lan XiChen, "Da Ge, masukkan kembali pedangmu—pikiranmu sedang bergejolak!" Nie MingJue, "Tidak. Aku tahu apa yang sedang kulakukan. Dia benar-benar tidak punya harapan. Kalau terus begini, dia pasti akan menyebabkan masalah di muka bumi ini. Semakin cepat dibunuh, akan semakin baik!"

Lan XiChen terlonjak kaget, "Da Ge, apa yang kaubicarakan? Belakangan ini kau selalu mondar-mandir dari Lanling ke Qinghe. Apa hanya karena komentarmu kalau dia tidak punya harapan lagi?" Untuk menghadapi orang seperti Nie MingJue, membawa-bawa hal yang baik dan buruk yang dilakukan orang itu adalah taktik yang bagus. Seperti dugaannya, dia terdiam dan melirik Jin GuangYao. Darah mengucur deras dari dahinya, tetapi selain luka karena jatuh barusan, ada juga luka-luka lama yang tertutup perban. Luka-luka itu selalu disembunyikan di balik topi gauze hitam miliknya. Kini, kedua luka itu menganga lebar, sehingga dia melepas perban itu dan memakainya untuk menyeka darah di lukanya supaya pakaiannya tidak kotor. Kemudian dia melempar perban itu ke tanah dan berdiri diam, entah sedang memikirkan apa. Lan XiChen berbalik, "Kau bisa kembali. Aku akan bicara dengan Da Ge dulu." Jin GuangYao membungkuk ke arahnya dan pergi. Lan XiChen merasakan cengkeraman Nie MingJue melonggar sehingga dia menyimpan lagi pedangnya. Dia menepuk pundak Nie MingJue dan mengajaknya minggir. Lan XiChen bicara selagi berjalan, "Da Ge, aku khawatir kalau kau tidak tahu. San Di sedang dalam situasi yang sangat buruk sekarang ini." Suara Nie MingJue masih dingin, "Perkataannya terkesan kalau dia selalu dalam keadaan yang buruk."

Kendati berkata begitu, saber-nya sudah kembali ke selongsong. Lan XiChen meneruskan, "Kata siapa tidak? Tadi dia berteriak balik padamu, kan? Menurutmu dia selalu begitu?" Memang tidak, dan tingkah lakunya juga tidak biasa. Jin GuangYao bukanlah tipe orang yang tidak mampu menahan emosinya. Dia tahu cara menangani Nie MingJue adalah dengan menahan diri. Argumen meledak-ledak seperti tadi memang bukan dirinya. Lan XiChen, "Sejak awal ibunya tidak pernah menyukainya. Setelah ZiXuan-xiong meninggal, dia sering memukul dan memarahinya. Belakangan ini ayahnya juga tidak mau mendengarkannya. Semua proposal A-Yao dikembalikan." Wei WuXian mengingat tumpukan cetakbiru di atas meja dan segera sadar, Menara-menara pengawas. Akhirnya Lan XiChen menyimpulkan, "Untuk saat ini, sebaiknya kita tidak memaksanya. Aku percaya kalau dia tahu harus berbuat apa, selama kita memberinya waktu." Nie MingJue, "Semoga saja."

Wei WuXian mengira kalau setelah ditendang Nie MingJue, Jin GuangYao mungkin akan menjauh selama beberapa waktu. Namun beberapa hari setelahnya, dia masih kembali ke Bu Jing Shi seperti biasa. Nie MingJue berada di halaman latihan, mengajar dan mengawasi latihan saber Nie HuaiSang secara pribadi. Dia tidak menggubris Jin GuangYao sehingga lelaki itu berdiri di pinggir lapangan, menunggu dengan hormat. Sejak awal Nie HuaiSang tidak terlalu tertarik ditambah lagi matahari bersinar terik, sehingga dia berlatih dengan setengah hati, mengeluh capek setelah beberapa gerakan. Wajahnya berseri-seri saat hendak menghampiri Jin GuangYao untuk melihat hadiah yang dibawa sekarang ini. Dulu, Nie MingJue akan merengut melihat hal seperti ini, tapi hari ini dia marah besar, "Nie HuaiSang, kau mau serangan ini mendarat di kepalamu?! Kembali ke sini!" Kalau saja Nie HuaiSang seperti Wei WuXian dan bisa merasakan betapa besar amarah Nie MingJue, dia tidak akan menyeringai seberani itu. Dia memprotes, "Da Ge, waktunya sudah selesai. Sekarang saatnya istirahat!" Nie MingJue, "Kau baru istirahat setengah jam yang lalu. Teruskan sampai kau menguasainya!"

Nie HuaiSang masih keras kepala, "Aku memang tidak bisa mempelajarinya kok. Hari ini sudah cukup." Dia sering mengatakan itu, tapi hari ini reaksi Nie MingJue sepenuhnya berbeda dari biasanya. Dia berteriak, "Babi saja sudah pasti bisa menguasainya, kenapa kau tidak bisa?!" Nie HuaiSang sama sekali tidak menyangka kakaknya akan meledak marah mendadak seperti itu. Wajahnya memucat oleh syok dan dia pun menciut ke arah Jin GuangYao. Melihat dua orang itu bersama, Nie MingJue pun semakin geram, "Kau sudah belajar setahun tapi masih belum bisa mempelajari teknik saber ini! Kau tidak perlu sampai menguasai, tapi kau bahkan tidak bisa melindungi diri! Bagaimana bisa Sekte QingheNie menghasilkan orang tidak berguna sepertimu! Kalian berdua lebih baik diikat dan dihajar setiap hari! Keluarkan semua barang dari kamarnya!" Kalimat terakhir itu ditujukan kepada para murid yang berdiri di sisi lapangan. Nie HuaiSang melihat mereka semua sudah pergi, seketika dia merasa seperti berada di atas ribuan jarum dan paku. Sesaat kemudian, barisan para murid benar-benar membawa keluar semua kipas, lukisan dan keramik dari dalam kamarnya. Nie MingJue selalu mengancam akan membakar kamar Nie HuaiSang, tapi tidak pernah benar-benar melakukannya. Namun kali ini dia bersungguh-sungguh. Nie HuaiSang kelabakan. Dia meloncat ke arah kakaknya, "Da Ge! Kau tidak boleh membakarnya!"

Jin GuangYao menyadari situasinya tidak bagus sehingga ikut bicara, "Da Ge, jangan gegabah." Akan tetapi, saber Nie MingJue sudah terayun. Semua barangbarang rapuh yang menggunung di tengah lapangan terlahap kobaran api. Nie HuaiSang meraung dan melontar diri ke arah api untuk menyelamatkan barang-barangnya. Jin GuangYao buru-buru menariknya lagi, "HuaiSang, hati-hati!" Dengan sekali sapuan tangan Nie MingJue, keramik-keramik antik itu pecah berhamburan menjadi kepingan kecil. Semua gulungan dan lukisan juga sudah menjadi abu dalam hitungan detik. Nie HuaiSang hanya bisa memandang kosong barang-barang kesayangannya yang sudah dia kumpulkan bertahun-tahun musnah menjadi abu. Jin GuangYao menyambar tangannya untuk diperiksa, "Tanganmu terbakar?" Dia berpaling ke arah para murid, "Tolong siapkan obat." Beberapa murid menyanggupi dan segera pergi. Nie HuaiSang masih berdiri di tempat, sekujur tubuhnya gemetar selagi menengadah memandang Nie MingJue. Matanya memerah. Jin GuangYao menganggap ekspresi itu tidak wajar sehingga dia merangkul pundak Nie HuaiSang dan berbisik, "HuaiSang, bagaimana keadaanmu? Berhenti memandangi Da Ge. Kembalilah ke kamarmu dan istirahatlah."

Mata Nie HuaiSang masih memerah. Dia bahkan tidak bersuara. Jin GuangYao meneruskan, "Tidak apa-apa. Lain waktu, aku akan mencarikan barang-barang lain..." Nie MingJue menyela, kata-katanya sedingin es, "Akan kubakar langsung semua barang yang kaukirim." Amarah dan benci mendadak berkilat di wajah Nie HuaiSang. Dia melempar saber-nya ke tanah dan berteriak, "Kalau begitu bakar saja!!!" Jin GuangYao segera menghentikannya, "HuaiSang! Kakakmu masih marah. Jangan..." Nie HuaiSang meraung ke arah Nie MingJue, "Saber, saber, saber! Siapa yang sudi berlatih benda sialan semacam itu?! Memangnya kenapa kalau aku ingin jadi orang tidak berguna?! Siapa saja bisa jadi pemimpin sekte kalau mau! Aku tidak bisa ya tidak bisa! Tidak suka ya tidak suka! Buat apa memaksaku?!"

THE GRANDMASTER OF DEMONIC CULTIVATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang