10. Ternyata dia?

218 28 3
                                    

HALO HALOOWW
SAYA KEMBALI DENGAN BAB BARU WKWK

VOTE+COMENT, OKE?

- HAPPY READING -

...
Beberapa hari setelah keberangkatan Jingga, kini Atha dan Gibran sedang berhadapan dengan seorang laki-laki pilihan Atha.

Atha mengeluarkan sebuah foto dan memberikan kepada laki-laki tersebut, " ElJingga Humayra Abhinanda. "

Laki-laki tersebut nampak sedikit terkejut saat Atha menyerahkan foto tadi, " ElJingga? " Gumam nya.

" Bagaimana, Arfan? Apa kamu bersedia untuk menikahi putri bungsu saya? " Tanya Atha.

Ya, dia Arfan. Arfan Madheva.

" MasyaAllah, ternyata dia— " Batin Arfan menatap foto tersebut.

" Arfan? " Panggil Atha, " Hah, iya Om? Gimana? "

Atha sedikit terkekeh, " Saya ulang, apakah kamu bersedia untuk menikahi putri bungsu saya? "

" Ya. Saya, bersedia. "

•••

Hari-hari setelah pembukaan toko cabang Ayah nya yang ke-30, ElJingga nampak semakin sibuk. Jika pada hari-hari sebelumnya pekerjaan nya hanya rebahan dan ngampus, kini dirinya harus sering-sering ke toko kue Ayah nya untuk memantau perkembangan toko tersebut. Dan dari situlah dirinya perlahan lupa apa yang sudah terjadi beberapa minggu lalu.

" Mba Jing. " Panggil salah satu karyawati yang karakternya suka ceplas-ceplos. Sebut saja — Endang.

" Hih, apasih dandangg?? " Jawab Jingga.

" Endang mba endang, dandang dandang. " Ujar Endang sembari memanyunkan bibirnya.

" Jingga ndangg Jingga, Ji jangan Jing. "

Endang menyengir, " Hehhe, iya mba Ji. Maapin Endang ya. "

" Tapi asal mba Ji tau, nama Endang tuh bukan cuma Endang tau mba. "

Kening Jingga mengerut, " Terus? "

" Sebenernya nama saya itu lengkapnya, Susantika Resqalendang Azucena Kiranti. " Jingga yang mendengar itu langsung mendadak cengo.

" Gatau kenapa orang-orang manggil saya tuh Endang, padahal kan bisa Susan, atau tika atau Resqa atau Kiran gitu kan bagus ya mba? "

" Hah, oh iya-iya. Suka-suka kamu deh ya ndang. " Jingga mengusap keningnya tak habis pikir.

" Oiya, mbak minta uang. " Celetuk Endang.

" Hah? "

Endang menyengir, " Maksudnya saya minta uang buat beli bahan yang abis mba. "

Jingga menghela napas panjang, " Bilang dong. "

•••

" Ji! Sumpah, ini kalo buat gue kabar baik tapi kalo buat lo gue gatau ini kabar baik atau buruk. " Heboh Naya.

" Apasih Nay? Kenapa, jelasin pelan-pelan coba. " Jawab Jingga.

" Itu— " Naya menggantungkan ucapannya, " Itu apaan si Nay? Yang jelas. "

" Pak Arfan balik lagi ngajar di kampus! " Mendengar itu, spontan dengan cepat Jingga menoleh kearah Naya.

" Alah yang bener aja lo, kan kata lo dia udah ga jadi Dosen kampus karna posisi dia cuma gantiin Dosen kita yang lagi sakit. " Naya mengangguk mantap, " Ih, gue beneran! "

Jingga beralih menatap Sabine, " Bine, bener? "

" Ya— it seems so. "

Jingga terdiam sesaat, kenyataan apalagi ini? Mengapa Jingga harus bertemu dengan orang yang menurutnya sangat menyebalkan?
Apa— jangan-jangan mereka?

Hello, ElJingga!Where stories live. Discover now