2

210 12 0
                                    

"Selamat ulang tahun Ayah..."bisik Chang Mi tepat disisi Ayahnya yang terkulai lemah disalah satu ranjang sebuah Rumah Sakit.

Satu tangan Chang Mi mengusap punggung tangan Ayahnya yang sudah mulai keriput dan juga tersemat sebuah jarum infus.

"Ayah lihat, salju pertama tahun ini turun. Ayah tidak mau bermain salju denganku? Ayah tidak mau membuatkan aku boneka salju dengan hiasan wortel sebagai hidungnya? Ayah tidak mau memasak ramyeon untukku lalu kita makan bersama ditengah dinginnya kota ini?"

Air mata Chang Mi turun dengan derasnya, apa yang ia katakan tidak direspon sama sekali oleh Ayahnya.

Dua bulan yang lalu didalam sebuah ruangan Rumah Sakit, Ayahnya divonis leukimia yang membuat dunia Chang Mi runtuh seketika. Kondisi Ayahnya semakin lama semakin menurun sehingga Ayah Chang Mi harus menjalani serangkaian pemeriksaan di Rumah Sakit.

Chang Mi kini hidup berdua dengan Ayahnya, sang Ibu memutuskan untuk pergi entah kemana setelah tau bahwa suaminya mengidap penyakit keras. Sekarang Chang Mi menggantikan posisi Ayahnya sebagai tulang punggung ia melakukan apapun untuk mendapatkan uang yang akan ia gunakan untuk biaya pengobatan dan melanjutkan hidup kedepan.

"Aku bawa kue untuk Ayah hari ini usia Ayah bertambah satu tahun. Ayah mau hadiah apa, oiya aku ingat Ayah pernah bilang bahwa dompet Ayah sudah usang. Mau pergi bersama untuk membeli dompet baru? Uangku cukup kok Ayah..."ucap Chang Mi tergugu pilu. "Ayah aku mohon buka mata Ayah, aku takut Ayah. Di dunia ini hanya Ayah yang aku punya. Aku takut jika harus kehilangan Ayah, sudah cukup hancur kehilangan seorang Ibu aku rasa aku akan gila jika harus kehilangan Ayah"

Tidak berhenti menangis Chang Mi mematik korek api dan meniup lilin yang menancap pada kue ulang tahun Ayahnya, untuk waktu yang lama Chang Mi menutup matanya. Ia memohon agar Tuhan berbaik hati pada dirinya.

"Tuhan, aku tidak minta apa-apa hanya saja rasanya aku takut jika harus hidup tanpa Ayah, aku belum bisa membahagiakan Ayah selama hidupnya. Dihari ulang tahun Ayah aku mohon beri Ayah umur yang panjang agar Ayah bisa melihat aku tumbuh dewasa agar aku bisa membahagiakan Ayah, agar aku bisa membeli dompet baru untuk Ayah dari gaji pertamaku sebagai penari teather. Tuhan aku janji jika Ayah membuka matanya dan kembali, Ayah akan bangga memiliki puteri sepertiku"

Suara langkah kaki yang tiba-tiba terdengar semakin mendekat membuat Chang Mi membuka dan menghapus air mata yang sudah jatuh ke pipinya.

"Tn. Ahn harus menjalani pemeriksaan besok aku harap kau bisa mengurus administrasinya sesegera mungkin"ucap salah satu tenaga medis seraya tangannya sibuk memperbaiki selang-selang pada tubuh Ayah Chang Mi.

Chang Mi berdiri dan hanya menganggukan kepalanya. Lalu kembali duduk dan meletakan kepalanya di sisi ranjang. "Aku harus mencari uang kemana?"

Air matanya terus menetes membasahi sisi sisi ranjang Ayahnya, dengan kekuatan yang ada Chang Mi membawa tatapnya menuju wajah Ayahnya wajah yang terlihat begitu lelah wajah terlihat sepuluh kali lebih pucat dari biasanya.

"Ayah..."suaranya kembali bergetar, air matanya kini jatuh lebih banyak dari sebelumnya."Ayah... aku harus bagaimana?"

Chang Mi menggengam tangan Ayahnya yang dingin seperti tidak dialiri darah. Seperti tau anaknya butuh kekuatan Ayah Chang Mi membalas genggamannya kuat seperti tidak mengizinkan Chang Mi untuk melepasnya.

Netra Chang Mi membulat, jantungnya berdegup kencang saat ia mendengar salah satu monitor disana berbunyi dengan keras, ia segera menekan tombol di dinding untuk memanggil petugas medis.

Setelah tindakan Chang Mi tidak diizinkan untuk masuk kedalam ruangan karena Ayahnya membutuhkan perawatan yang intensive.

"Sebaiknya kau pulang, akan kami hubungi jika ada apa-apa dengan Ayahmu"ucap salah satu dokter yang bertugas disana.

"Baiklah dokter, tolong jaga Ayahku dan segera hubungi aku jika ada perkembangan"

Chang Mi pun melangkahkan kakinya menyusuri lorong Rumah Sakit yang semakin sepi.

"Nona..."teriak salah satu petugas medis yang terlihat berlari kecil membawa kue ulang tahun.

"Sebaiknya kau bawa kue ini pulang. Tn Ahn tidak boleh memakan makanan dari luar Rumah Sakit"

Chang Mi menarik tipis lengkung kurva pada bibirnya, "Untukmu saja, semoga harimu manis seperti kue ulang tahun Ayahku"

Gadis yang belum genap berusia dua puluh tahun itu melanjutkan langkahnya, kini ia duduk disebuah taman menatap salju yang turun semakin lama semakin deras.

Dddrrrtttt...

Ponselnya bergetar. Chang Mi terkesiap dan merogoh saku celana lalu menjawabnya dengan suara yang hampir habis.

"Hm Ye In, aku tidak bisa latihan hari ini"ucapnya tanpa basa basi.

"Kau baik-baik saja? Aku tidak menyuruhmu berlatih tari. Aku didepan rumahmu tapi sepertinya kau sedang tidak dirumah. Aku membawa banyak daging bumbu untukmu, aku gantung dipintumu ya. Segeralah pulang jangan terlalu lama bersedih. Oya hati-hati salju menutupi sebagian jalan"

"Terima kasih Ye In, aku akan segera pulang"

Perjalanan pulang terasa sangat lama beberapa bus memutar rute karena sebagian jalan raya sudah tertutup salju.

Benar-benar dua jam perjalanan dari rumah sakit menuju rumah Chang Mi, ia segera masuk kedalam rumah dan menyantap daging bumbu yang sahabatnya beri perutnya sudah berkali-kali berbunyi mengingat seharian ini ia belum memakan apapun, setelah selesai  melahap makan malam ia membuat teh jagung untuk menghangatkan tubuhnya. Rumah itu terasa sangat sepi dan dingin sedingin udara Korea hari ini.

Chang Mi kini menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang menatap langit-langit kamarnya yang sudah gelap. Lalu kembali memeluk dirinya sendiri.

"Aku pasti bisa melewati semua ini, aku tidak boleh lemah aku harus berjuang demi Ayah. Apapun akan aku lakukan demi kesehatan Ayah"ucapnya menyemangati diri sendiri.

Keduanya netranya mengerjap lemah, Chang Mi dengan mudah larut dalam tidurnya bahkan ia belum sempat mengganti pakaian.

Lalu tiba-tiba ponselnya kembali bergetar.

Pertama.....

Kedua.....

Hingga

Getaran yang ketiga, Chang Mi terkesiap dan menyambar ponsel disisi bantalnya seraya berusaha membuka netranya Chang Mi menekan tombol hijau disana. "Hallo, dengan siapa?"tanyanya yang masih setengah sadar.

"Selamat malam-"terdengar sapaan formal diseberang sana. "Kami dari Rumah Sakit Health, betul ini dengan keluarga Tn.Ahn?"

Seketika Chang Mi bangun dan mendudukan dirinya."Be-betul saya Ahn Chang Mi puterinya. Ada apa dengan Ayah saya? Apakah saya perlu ke Rumah Sakit saat ini juga?"

"Syukurlah kau bisa dihubungi, tadinya kami pikir panggilan kami akan diabaikan karena menghubungi ditengah malam begini. Tn. Ahn--"

"Ada apa? Kenapa dengan Ayahku?"tanya Chang Mi memutus ucapan lawan bicaranya diseberang sana.

"Tn.Ahn...."

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Rest In Love [ Namjoon ] [END] ✔️Where stories live. Discover now