12

48 5 0
                                    

Salju pertama turun pada tahun ini, belum terlalu banyak namun indah sekali Chang Mi kini sudah harus kembali bersiap untuk menemani sang Ayah menjalani terapinya. Pukul sembilan pagi gadis yang hatinya sedang merekah menggeliat kecil dibawah selimutnya dan dengan cepat ia menuju kamar sang Ayah untuk membangunkannya.

"Ayah, kau sudah bangun?"tanya Chang Mi pelan sambil membuka pintu kamar sang Ayah.

"Hm, lihatlah Nak salju pertama telah turun"jawabnya seraya berbalik dari sisi jendela untuk melihat butiran salju yang turun.

"Ayah segera lah bersiap, hari ini jadwal terapi mu. Jika semua pemeriksaan hasilnya baik Ayah tidak perlu menjalani terapi lagi.

Ayah Chang Mi kini duduk tepat di sebelah putrinya lalu mengusap pelan punggung sang putri.

"Kau tau Nak?" Sekitar dua puluh lima tahun yang lalu saat salju pertama turun Ayah menyatakan cinta Ayah pada Ibumu, tepat pada tanggal ini Ayah dan Ibu sepakat menjadi 'kita'. Dulu Ayah sangat tampan dan gagah tidak ada seorang pun yang mampu menolak Ayah bahkan Ibumu sekalipun. Ibumu terkenal sangat cantik dan Ayah memberanikan diri untuk menyatakan cinta Ayah. Dan Ayah mempunyai putri secantik dirimu, matamu dan cara tersenyummu mirip sekali dengan Ibumu. Ayah sangat rindu pada Ibumu jadi biarkan Ayah melihat senyummu untuk meredakan rasa rindu Ayah terhadapnya"

Terlihat air mata yang sudah mengumpul disisi mata Ayah, sudah hampir menetes jika Ayah Chang Mi berkedip.

"Ayah....."suara Chang Mi terdengar begitu lembut. "Ayah tidak perlu khawatir aku akan selalu tersenyum untuk Ayah. Jangankan hanya sebuah senyum satu isi dunia pun akan aku beri jika Ayah yang minta"

Sebuah tawa yang tidak pernah Chang Mi lihat akhir-akhir ini, keluar juga dari bibir sang Ayah.

"Ayah, mau sarapan apa sebelum kita berangkat ke rumah sakit?"

"Apa saja Nak, apapun yang kau buatkan Ayah akan makan dengan senang hati"

"Baiklah"Chang Mi beranjak untuk menuju dapurnya.

 Dan tiba-tiba....

"Chang Mi...."

Chang Mi menghentikan langkahnya seraya membalikkan tubuhnya. "Iya, Ayah"

"Kau tidak membenci Ibumu kan?"

Chang Mi tersenyum dan menghampiri sang Ayah lalu memeluknya. "Sayangnya Ayah ku tidak pernah mengajarkan ku kebencian. Aku dibesarkan oleh Ayah yang kuat dan pemaaf lalu bagaimana aku punya sifat yang buruk sedangkan Ayahku hatinya seluas samudra"

"A--ayah bangga memilikimu Nak, oyaa boleh Ayah meminta Hobakjuk? Itu adalah makanan kesukaan Ibumu, akhir-akhir ini Ayah sangat merindukannya.

"Baik Ayah"

***

Chang Mi melipat kertas pemberian dokter yang selama ini menangani Ayahnya, dengan wajah yang cerah kini Chang Mi duduk di antara dinding pembatas Rumah Sakit saat ini ada perkembangan pesat mengenai kesehatan sang Ayah. "Syukurlah"ucap Chang Mi lega.

"Chang Mi bukankah kau harus bekerja hari ini atau hari ini kau sedang dapat jatah liburmu?"tanya dokter.

"Sebenarnya aku harus pergi bekerja, tapi bagaimana dengan Ayah?"

"Kau bisa meninggalkan Ayahmu disini proses terapy memakan waktu lama, kau bisa-bisa dipecat oleh atasanmu nanti. Pergi bekerjalah, nanti biar aku yang pesankan taxi untuk Ayahmu"

Begitulah kebaikan yang ada di sekeliling Chang Mi, terkadang ia sering mengeluh tapi setelah itu ia malu tentang apa yang ia keluhkan. Bahwa sesungguhnya dunia ini masih teramat banyak orang-orang yang berhati bagai malaikat.

Rest In Love [ Namjoon ] [END] ✔️Where stories live. Discover now