Para Berhati Indah

853 56 8
                                    

📎📎📎

















...

"Semoga membantu ya, Bu. "

"Makasih Nak, semoga hidupnya bahagia terus ya. "

Lelaki berbadan bongsor itu tersenyum manis. Membuat si lawan bicara juga sedikitnya, terpesona. Sampai saat ini pun, belum ada yang bilang jika pemuda bernama Tristan Gemilang itu jelek.

"Aamiin. Makasih ya Bu. "

Tristan berpamit diri. Membawa plastik kresek yang masih berisi beberapa nasi kotak beserta tangannya yang membawa segumpuk amplop putih.

Menghampiri seorang lelaki tinggi lainnya yang juga turut turun ke jalan membagikan nasi kotak dan juga sedikit uang. Tristan menepuk bahu lelaki itu. Lelaki bernama Ragam Dwiwarna, yang kerap kali disapa Agam berbalik.

"Udah abis? "

Agam menggeleng. "Bagiin sini aja. Pastiin lo tau siapa aja yang udah kebagi. Jangan sampe gak rata. "

Tristan mengangguk mengerti. Memang sedari tadi temannya itu di kerumuni oleh orang orang yang berlomba mendapat nasi kotak beserta uang.

"Ibu mundur Bu! Jangan dorong dorong! Insya Allah kebagian semua kok! "

Salah satu gadis, yang merupakan rekan mereka yang lain juga memegang plastik keresek. Gadis itu mengangkat tangannya ke atas, dan membuat gerakan mundur dengan tangannya.

"Kak Hazel! Bagi nasi! "

Gadis yang tadi berteriak menoleh saat namanya dipanggil. Hazel, gadis itu memberikan apa yang rekan perempuannya kasih.

"Makasih Nak, ini ngebantu kita banget. Semoga kalian diberikan timpalan yang lebih ya. " Salah satu warga menyalimi tangan Hazel.

Hazel ikut meringkuk, mengikuti gerakan warga itu. "Sama sama Bu. Maaf ya kita cuma bisa ngasih dikit. "

"Ini lebih dari cukup, Nak. "

Nasi dan amplop di tangan Tristan dan Agam sudah habis. Tristan merangkul pundak sahabatnya untuk pergi ke pinggir, ke arah mobil mereka yang terparkir.

Hari Jumat, mereka selalu rutin keliling ibu kota. Mereka kerap kali membagikan nasi serta sedikit uang untuk yang membutuhkan.

Jarang sekali zaman sekarang, pemuda sibuk seperti mereka menyempatkan berbagi ke sesama. Tapi tidak dengan mereka. Sesibuk apapun, jika saatnya, mereka pasti akan berbagi.

"Hazel mana? "

Tristan dan Agam menoleh. "Tuh. Bantuin gih. Dikerumunin bapak bapak anjritt. " Jawab Tristan.

Setelah mendengar dan melihat arah tunjuk Tristan, seketika wajahnya langsung panik. Benar, Hazel seorang diri disana dengan sekelilingnya dikerubungi oleh pria pria.

Agam dan Tristan pun ikut panik. Tadi saat mereka disana, keadaan masih terkendali. Tapi sekarang, Hazel dalam keadaan yang tidak nyaman.

Ketinganya langsung berlari ke arah Hazel, terlebih pemuda yang bertanya pada Agam dan Tristan tadi.

"Hazel! "

b e s t a r iWhere stories live. Discover now