Lentera Padam Lalu Berkobar Lagi

270 29 0
                                    

📎📎📎


















...

Waktu berjalan semestinya. Walau lelah, tidak bisa berjalan di tempat saja. Semua harus bertumbuh. Keluar dari zona nyaman, adalah salah satunya.

Mungkin itulah yang dirasakan oleh Kei beberapa tahun lalu. Dan saat dia menemukan mereka, rasanya keluar dari zona nyaman tidak seburuk itu.

Penyendiri, itulah Kei, dulu. Tapi saat mengenal mereka, rasanya sangat bosan bila menyendiri. Sebab dia tau, ada banyak yang mau menerimanya, menerima segala pikirannya.

"Kalo gak kuat minta tolong. "

Kei mengelap peluhnya. Mengangkat kardus berisi tas untuk anak anak dengan berbagai motif ternyata cukup melelahkan. Ditambah dengan sang surya yang sudah mencapai di atas kepala.

"Ya kirain situ peka. "

Kei mengangkat kardusnya yang langsung diangkat oleh Tristan. Gadis itu mencebik dengan mata yang menyorot lucu pada sang lelaki.

Yang lelaki, menyambutnya dengan kekehan. "Sini sini.. "

Akhirnya kardus itu Tristan sendiri yang bawa. Maksudnya, yang mengangkat memang mereka berdua, tapi bebannya lebih ditanggung oleh Tristan.

Suasana panas saat itu rasanya sepadan dengan apa yang mereka ciptakan. Senyuman. Sejak pagi tadi, mereka selalu melihat hal itu tertera di setiap wajah wajah disana.

Nyatanya, langkah yang mereka ambil sepertinya benar. Melalui senyuman, mereka bisa melihat jika apa yang mereka kerjakan dan mereka buat adalah hal yang tepat.

"Lima dikali 9 berapa? "

"Empat enam! "

Ocha terkekeh. Mencubit pelan seorang anak yang menduduki bangku sekolah dasar. Agenda hari ini, dia, Nora, dan Nadine adalah mengajar anak anak disana. Ya walaupun bukan bidang mereka, tapi tidak terlalu buruk kok cara mengajarnya.

"Yang bener empat puluh lima ya Dek. Gampang kok perkalian lima. Tinggal ditambah tambahin aja pake angka lima. " Jelas Ocha perlahan.

Berbeda lagi dengan Nora yang bergabung dengan anak anak di kelas 1 SD itu. Yang mana kebanyakannya belum lancar membaca.

Nora memang bukan seorang guru, tapi dia juga tau, jika ilmu boleh diberikan siapa saja kepada siapa saja. Dan mungkin, dengan melihat anak anak itu bertumbuh, tersenyum, dan mendapat apa yang layak, hati kecil seorang Nora merasa hangat.

Indah dan pahit rasanya saat melihat apa yang kalian impikan, ternyata terjadi di hadapan kalian dan berlaku untuk orang lain.

Nora ingin menjadi seorang Ibu.

Dengan melihat anak anak itu, sedikitnya mampu membuat hati Nora merasa cukup. Walaupun kata itu tidak pernah mengindahkan diri di hidup Nora.

"Be u bu.. en ge a.. dibaca? "

"Bu ngoookkkk!! "

Nora mendengus saat Damian yang entah untuk apa berada di lawang pintu kelas dan membalas omongan Nora. Sontak seisi kelas tertawa karna Damian.

b e s t a r iOù les histoires vivent. Découvrez maintenant