Chapter 02

297 44 1
                                    

Rumah kayu itu berdiri menyendiri, coklat kehitaman, misterius dan angkuh.

Di halaman rumah itu, ada seorang wanita muda berpakaian jubah hitam, berjalan kaki mondar-mandir menyusuri jalan setapak berbatu yang dibingkai barisan pohon bambu kuning berukuran kecil dan pendek.

Sinar matahari senja mengintip dari sela-sela daun bambu yang rimbun dengan puncak-puncak melengkung lentur. Gemuruh lembut air sungai terdengar dari balik pepohonan memecah keheningan sementara kabut yang mulai turun bergerak dihembus semilir angin, memgaburkan penampakan barisan pepohonan jauh di atas gunung sana.

"Kita sudah sampai?" tanya Jiang Cheng. Dia menggaruk dagu dengan tangannya, bibirnya membentuk kerucut sementara mata jelinya bergerak-gerak ke sana kemari.

"Kurasa ya," sahut Wei Wuxian, tatapannya melekat pada sosok wanita yang tengah bergerak cepat seolah mengejar kupu-kupu.

"Aku harus memastikan wanita itu tidak gila," Wei Wuxian berbisik pada Jiang Cheng.

"Kau yakin dia orangnya?"

Wei Wuxian mengangkat bahu, belum yakin sepenuhnya. Keduanya melompat turun dari kuda, mengikatnya ke pagar kayu kemudian melangkah pelan dan ragu-ragu memasuki bagian halaman.

Si wanita terlonjak kaget. Dia menghentikan pergerakannya dan berjalan ke arah dua tamu tak diundang. Kedua pemuda agak terkejut karena wanita itu tidak setua yang diperkirakan. Mungkin baru menginjak pertengahan tiga puluhan. Wajahnya masih halus kekuningan dan rambut hitam tebal diikat di bagian belakang. Sumber mereka mengatakan bahwa Yu Ziyuan sudah sangat senior, jika demikian, berarti wanita ini mungkin bukan penyihir sakti yang dimaksud.

Mengawasi kedua tamunya dengan tatapan curiga, matanya menyapu ke setiap wajah.

"Maaf, kami ingin bertemu penyihir Yu." Wei Wuxian menebar senyum yang disambut ekspresi datar wanita itu.

"Mau apa kalian?"

"Anda penyihir Yu?" Wei Wuxian memastikan.

"Ya. Aku Yu Ziyuan."

Hahhh?

"Tidak mungkin!" Wei Wuxian menggumam, tercengang.

Dalam sekejap wajah wanita itu berubah kesal. "Apanya yang tidak mungkin? Kalau aku bukan penyihir Yu, lantas siapa lagi?"

Merasakan firasat buruk mendekat, Wei Wuxian membungkuk ringan, memberi hormat.

"Senior."

Dengan enggan, Jiang Cheng ikut membungkuk memberi hormat.

"Sungguh satu kehormatan bisa berjumpa penyihir sakti Yu Ziyuan," Wei Wuxian mengeluarkan kata manis sebagai pembuka.

"Siapa kalian? Menggangguku saja," wanita itu lebih ketus dan dingin daripada apa yang Wei Wuxian dan Jiang Cheng pikirkan. Sesaat mereka bingung harus berkata apa.

Sungguh tiada keperluan menempuh bahaya demi wanita galak ini, omel Jiang Cheng dalam hati.

Seolah bisa membaca pikiran Jiang Cheng, penyihir Yu balas mengomel,

"Kalian mengusik misiku memburu kupu-kupu. Bisa-bisa aku gagal melakukan percobaan."

"Menggunakan kupu-kupu sebagai percobaan? Hal seperti itu apakah ada di dunia?" Wei Wuxian menampilkan ekspresi terkejut.

"Huhh! Ada banyak hal yang belum pernah kau dengar," wanita itu menaikkan dagunya penuh kebanggaan. Sejurus kemudian raut wajahnya kembali berubah kesal.

"Tapi begitu kalian datang, kupu-kupu terbang ketakutan!"

"Maaf, Senior." Wei Wuxian sekali lagi membungkuk.

𝐃𝐫𝐞𝐚𝐦 𝐖𝐞𝐚𝐯𝐞𝐫 (𝐖𝐚𝐧𝐠𝐱𝐢𝐚𝐧) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora