4

364 43 17
                                    



Typo bertebaran....



















"You're so amazing, kiddo. Kau membuat Tankhun yang tidak bisa melewatkan satu episode drama kesukaannya dan Kinn yang gila kerja rela menjagamu semalaman. Kau bahkan membuat Vegas ikut serta walau hubungannya tak terlalu baik dengan keluar utama. Tapi sayang Kinn sudah mengusirnya pulang dua jam lalu. Kau memang harus ada dikeluarga ini selamanya." Samar-samar sebuah suara masuk ke indera pendengaran Kim, membuat lelaki yang masih terbaring di atas tempat tidur tersebut dengan perlahan membuka matanya.

Hal pertama yang dilihatnya adalah sang ayah yang duduk di sisi kanan tempat tidur, sedangkan di sisi kiri ada kakak sulungnya, dan di depan sana berdiri kakak keduanya. Kim bisa melihat dengan jelas raut khawatir Tankhun dan Kinn, sedangkan Tuan Korn, sang ayah hanya menampakkan ekspresi datar dengan satu tangannya memegang lengan Kim dan sesekali lelaki tua tersebut memberi elusan lembut.

"Tadi malam aku sempat mencarimu, kak. Kukira kau dalam bahaya, tapi syukurlah kau baik-baik saja." Itu adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Kim ketika dirinya sudah sadar seratus persen.

Tadi malam memang cukup menyeramkan, dirinya baru saja berkelahi seorang lelaki dengan tangan kosong lalu keluar dari kamar mandi dan mendapati tempat pelelangan sudah kacau balau dengan mayat yang tergeletak di mana-mana serta jerit ketakutan dari banyak orang.

Pikirannya panik saat itu karena sudah tak mendapati Kinn di manapun, takut-takut ada yang akan melukai sang kakak. Dirinya berlari kesana kemari bahkan sampai naik ke lantai 2 tapi tak ada Kinn dimanapun. Sampai akhirnya terdengar suara ledakan dari arah depan yang membuat tubuhnya terlempar hingga menabrak tembok dengan cukup keras. Mengumpat adalah hal pertama yang dilakukannya saat itu.

Ledakannya memang tak cukup kuat untuk bisa menghancurkan satu bangunan besar. Namun, ledakan itu cukup untuk membuat bagian depan tempat pelelangan hancur dan terbakar membuat asap tersebar dibanyak tempat.

Asap yang cukup pekat membuat Kim terbatuk hebat hingga paru-parunya terasa sesak. Kaki kananya juga terasa sakit karena dirinya sempat terjatuh saat menaiki tangga, ditambah dengan punggung bagian belakangnya yang pasti memar karena menabrak tembok. Untung saja waktu itu Big datang dan memberitahunya bahwa Kinn ada di luar serta dalam keadaan baik.

"Pikirkan dirimu sendiri, Kim. Aku sudah menyuruh Big untuk menjagamu tapi kenapa kau malah pergi tanpa pengawasan dan membuatnya menjagaku. Lihat apa yang terjadi sekarang? Kau terluka. Kau pikir aku akan senang dengan apa yang terjadi." Kinn berujar dengan penuh emosi, "Lain kali, jangan melakukan ha—"

"Kinn, sudahlah. Kim baru saja sadar dan kau sudah memarahinya. Yang benar saja. Terlepas dari apa yang terjadi, yang penting Kim baik-baik saja." Tankhun memotong ucapan Kinn sebelum lelaki itu sempat menyelesaikannya. "Dan kau anak nakal. Benar apa yang dikatakan Kinn. Pikirkan saja dirimu sendiri. Kinn sudah punya Pete dan Porsche, dia juga tidak selemah itu hingga tidak bisa menjaga dirinya sendiri."

Sedangkan Kim, lelaki itu sedang dibantu duduk oleh Chan, pengawal ayahnya yang sejak tadi berdiri diam dan menonton pertengkaran dua bersaudara Theerapanyakul.

Tepukan lembut dia rasakan di kepalanya, itu sang ayah, "Kau memang paling bisa membuat Tankhun dan Kinn bertengkar. Ayah pergi dulu, oke." Anggukan lemah Kim berikan sebagai jawaban. Lalu ayahnya pergi dengan Chan yang setia mengekor di belakang.

"Kak, bisakah kalian diam. Aku pusing mendengar suara kalian berdua. Jika ingin bertengkar keluar saja dari kamarku." Sela Kim ditengah pertengkaran kedua kakaknya. Dirinya tak bohong perihal kepalanya yang menjadi pusing karena mendengar suara Tankhun dan Kinn yang beradu argumen.

Who am i? (END)Where stories live. Discover now