14

177 27 7
                                    



















Bugh. . .

"Brengsek. Katakan di mana adikku sekarang, Vegas?!" Kinn memberi bogem mentah pada Vegas hingga membuat si sulung keluarga minor itu tersungkur.

Luka diwajahnya tadi malam belum hilang apalagi diobati dan sekarang Kinn sudah menambahkan satu lagi luka baru.

Putra tengah keluarga Theerapanyakul itu mengamuk begitu tau bahwa Kim yang pergi bersama Vegas kini hilang entah kemana. Mobil yang dibawanya juga tak bisa dilacak, begitupun sinyal ponsel.

Bukan hanya Kinn sebenarnya. Kini semua keluarga utama tengah berkumpul pada satu ruangan. Menunggu kabar baik yang mungkin saja akan segera datang perihal keberadaan si bungsu.

"Jika sampai nanti sore adikku tak ditemukan. Maka aku tak akan segan untuk menghilangkan nyawamu—"

"Kinn, berhenti." Teguran dari sang Ayah membuat Kinn menghentikan ucapannya, "Kita dengarkan dulu penjelasan Vegas tentang apa yang terjadi. Duduk. Atau kembalilah ke kamarmu "

Kinn menghela nafas kasar lalu menghempaskan tubuh tingginya pada sofa tunggal. Berusaha menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan guna meredam amarah.

"Vegas, jelaskan."

Perkataan dengan nada memerintah tersebut membuat Vegas bangkit dari posisinya dan beralih menuju salah satu sofa kosong tepat di depan Kinn.

"Kim menelfonku dan minta untuk diantarkan ke tempat hiburan malam. Seperti biasa aku tidak bisa menolak. Semua berjalan lancar, tak ada yang mencurigakan selama perjalanan hingga kita sampai di sana dan aku mulai merasakan ada sesuatu yang tidak beres." Vegas menjeda ucapannya guna menarik nafas panjang sebelum melanjutkan, "Beberapa orang terlihat mengamati Kim dengan intens. Sampai terjadi sebuah keributan dan pada saat itulah aku menyadari bahwa mereka mengincar Kim. Tak banyak waktu yang aku miliki saat itu, jadi aku menyuruh Kim pergi lebih dulu menggunakan mobilku. Setelah itu dia tidak lagi mengabariku, bahkan poselnya juga tidak aktif."

Prang. . .

Pyar. . .

Suara benda jatuh ramai terdengar ketika Kinn melangkahi meja dan mencengkeram jaket yang dikenakan Vegas dengan kasar, "TIDAK USAH MENGARANG CERITA, VEGAS. AKU TAU KAU SENGAJA. HAH?! JAWAB AKU!"

"KINN, TENANGLAH. JIKA SEPERTI INI KITA TIDAK AKAN MENEMUKAN JALAN KELUAR." Tankhun yang sejak tadi diam kini mengeluarkan suara karena geram dengan Kinn yang sejak tadi tak bisa menahan emosi

Lelaki itu terlalu meledak-ledak. Padahal tak hanya dirinya yang khawatir. Semua orang di ruangan ini merasakan hal yang sama.

"Menurutmu, siapa orang yang mengincar putra bungsuku, Vegas?" Tanya kepala keluarga utama itu dengan serius. Tak ada ekspresi, tapi terlihat jelas dari aura yang dikeluarkannya bahwa lelaki paruh baya itu menuntut jawab.

"......aku tidak tau." Jawab Vegas lirih.

Hening. Tak ada seorangpun yang bersuara. Hanya terdengar detik jarum jam yang memenuhi ruang.

Kinn mengusap rambutnya kasar. Begitu juga Tankhun yang memijit plipisnya pelan.

Mereka bukanlah keluarga biasa. Banyak sekali musuh di luar sana. Dan banyak kemungkinan tentang siapa yang berbuat demikian.













.

.

.



















Sepasang mata hitam itu mengerjap pelan, berusaha menyesuaikan cahaya terang yang memasuki retinanya. Kim mengerang ketika merasaka seluruh badannya terasa sakit.

Memorinya kembali memutar kejadian ketika mobilnya hilang kendali dan berakhir masuk ke dalam jurang, "Sial." Umpatan kasar keluar begitu saja dari bibirnya ketika berusaha untuk bangkit namun tak bisa.

Kim lalu hanya bisa berbaring dan pandangannya menyapu ke seluruh ruangan. Kamar ini tidak besar. Hanya terisi satu ranjang berukuran sedang, lemari dan satu meja nakas yang ada di samping ranjang.

Meski begitu, kamar ini dipenuhi banyak foto bayi. Sepasang bayi berwajah mirip dari yang Kim bisa lihat pada salah satu figura paling besar di tengah ruangan.

Pintu ruangan yang tiba-tiba saja membuat Kim mengalihkan pandangan dan menemukan seorang pemuda serupa dirinya serta seorang wanita paruh baya—yangmana Kim merasa familiar dengan wanita tersebut. Seperti pernah bertemu disuatu tempat tapi di mana.

"Bagaimana perasaanmu?"

"Buruk." Jawab Kim singkat, "Ngomong-omong apakah kau punya ponsel? Aku harus menghubungi keluargaku."

"Bukankah akan lebih baik jika kau di sini untuk sementara waktu sampai luka-lukamu pulih."

Suara itu, Kim ingat. Wanita yang tak sengaja ditemuinya di mall. Wanita yang bersikeras bahwa Kim adalah putranya.

Ditatatapnya lekat-lekat wanita tersebut. Jika diperkirakan mungkin usianya ada dipertengahan 50-an. Meski begitu wajahnya masih terlihat cantik ditengah kerutan yang sudah mulai terlihat walau samar.

"Benar apa yang dikatakan Ibu. Lebih baik kau menetap di sini untuk sementara waktu sampai luka-lukamu pulih." Sahut seorang pemuda yang entah siapa namanya Kim tak tau, "Aku Jesse Satur dan ini Ibuku."

Kim menatap keduanya sebelum memperkanalkan diri, "Kimhan Theerapanyakul. Berapa hari aku di sini?"

"Dua hari." Jawab Jesse.

Helaan nafas berat keluar dari bibir Kim menyadari bahwa dirinya sudah di sini selama dua hari.

Pikirannya tiba-tiba teringat Vegas. Bagaimana sepupunya sekarang. Tak ada alasan bagi Vegas untuk tak selamat, tapi setidaknya lelaki itu pasti akan mendapat minimal bogem mentah dari Kinn karena sudah membawanya pergi tanpa pamit.











.


.


.













Vegas memasuki rumah dengan wajah gusar. Sulung keluarga minor berjalan cepat menuju ruang kerja sang Ayah dan membuka pintunya kasar.

"Apakah kau tidak punya sopan santun, Vegas?" Pertanyaan dengan nada sinis itu tak dipedulikan Vegas.

Langkahnya semakin dekat dan kini sosoknya sudah berdiri di depan meja kerja Ayahnya, "Aku tak tau harus mulai dari mana, tapi bisakah Ayah berhenti."

Kerutan bingung terlihat di dahi lelaki paruh baya yang kini sudah mengalihkan pandangannya dari layar laptop, "Ayah tidak melakukan apa pun. Apa maksudmu dengan berhenti?"

Vegas semakin frustasi dan mengacak rambutnya kasar. Lelaki itu menghempaskan tubuhnya pada kursi dan berdesis lirih, "Ayah pikir aku bodoh, huh. Hidup dalam lumpur sejak dilahirkan tak membuat aku menjadi buta dan tak peka. Insiden di klub tempo hari dan hilangnya Kim hingga kini. Ayah ikut terlibat bukan?"

"Lantas, menurutmu Ayah bodoh?" Pertanyaan itu membuat Vegas mengerutkan kening heran, "Tatapan matamu pada Kim. Perlakuanmu padanya. Ayah membantumu, Vegas."

Pernyataan sang Ayah sama sekali tak membantu sebab bukan itu tujuan awalnya datang ke sini, "Bukan itu yang ingin kudengar. Tapi apa yang Ayah lakukan tentunya akan berdampak."

"Tenang, Vegas. Ayah sudah tidak gila kekuasaan."

"Lalu, di mana Kim sekarang?"

"Di tempat yang aman."










TBC. . .








Maaf karena udah ngilang berbulan-bulan. . .

Who am i? (END)Where stories live. Discover now