7

251 38 9
                                    
























Kim mengemudikan mobilnya dengan membabi buta. Menyalip setiap kendaraan yang menghalangi dan menerobos lampu merah tanpa peduli bahwa tindakannya akan membayahayakan penghuni jalan lain atau bahkan dirinya sendiri.

Pikiran Kim penuh dengan perkataan Kinn tadi yang mengatakan bahwa dirinya merepotkan serta tidak berguna. Perkataan sang kakak langsung menembus ke ulu hati, sudut hatinya terasa sangat sakit hingga air mata terus keluar bahkan ketika dirinya sekarang sudah berkendara jauh dari bangunan yang sering orang-orang sebut rumah.

Sampai akhirnya, Kim memberhentikan mobilnya di depan sebuah rumah mewah milik keluarga minor. Pikirannya kacau, dan hanya rumah ini yang terpikir olehnya.

Kakinya melangkah dengan tergesa memasuki rumah keluarga minor dan melewati banyaknya bodyguard yang berjaga. Mereka semua hanya diam dan membiarkan sebab Kim memang sudah sering berkunjung ke rumah ini, terlebih jika lelaki itu sedang kacau akan sesuatu.

"Di mana Vegas?" Tanya Kim pada seorang yang tengah berjada di depan kamar si sulung keluarga minor.

"Tuan Vegas sedang ada pertemuan, Tuan Kim. Jika ingin bertemu, anda bisa menunggunya terlebih dahulu." Jawab penjaga tersebut.
Mendengar hal itu, Kim langsung berbalik hendak pergi menyusul Vegas di mana biasanya lelaki itu mengadakan pertemuan, di sisi barat rumah ini.

Tapi, baru beberapa langkah Kim berjalan, sebuah tangan tiba-tiba saja menahannya. "Maaf, Tuan Kim. Tapi Tuan Vegas sudah berpesan bahwa pertemuan kali ini tidak boleh ada intrupsi dari siapapun. Jadi, jika ada ingin betemu lebih baik tunggu sampai pertemuan selesai."

Amarah Kim memuncak mendengar hal tersebut, lelaki dengan wajah cantik itu menghempaskan tangan yang menahannya untuk pergi. "AKU BILANG AKU INGIN BERTEMU VEGAS. TIDAK ADA YANG BISA MENGHALANGIKU TERMASUK KAU."

"Tapi, Tuan Kim—"

Bugh...

Kim memukul pengawal tersebut hingga terjatuh. Tak pelak keributan yang baru saja terjadi membuat banyak pengawal berdatangan dan langsung mengarahkan senjata kepadanya. Kim hanya tersenyum sinis melihat mereka semua. Orang-orang ini mencari perkara dengan orang yang salah.

"Tuan Kim, maaf, bukan berarti karena anda adalah bagian dari keluarga utama anda bisa seenaknya berbuat onar di kediaman keluarga minor. Mau bagaimanapun, ini bukan wilayah anda dan kami lebih dari bisa untuk mengusir anda keluar dari sini." Perkataan salah satu pengawal tersebut membuat amarah Kim semakin tersulut. Dirinya baru saja akan mengeluarkan sumpah serapan ketika sebuah suara terdengar dari arah belakang tubuhnya.

"Siapa kau berani mengusir Kim dari rumahku?!" Suara Vegas membuat pengawal yang tadi mengepung dan mengarahkan moncong pistol pada Kim seketika menurunkan senjata mereka dan berjalan mundur beberapa langkah.

"Pergi." Ucapan Vegas yang serat akan ancaman tersebut membuat semua pengawal undur diri dan kembali ke tempat mereka masing-masing.
Kim hanya diam berdiri di tempatnya ketika Vegas berjalan mendekat, "Jadi?"

"Mereka melarangku menemuimu." Jawab Kim dengan suara lirih. Sepasang netranya yang masih basah karena air mata bertatapan langsung dengan sepasang netra tajam milik Vegas.

"Aku yakin bukan hanya itu." Vegas kembali memastikan.

Tanpa diduga, Kim malah menubrukkan tubuhnya ke tubuh Vegas dengan cukup keras, membuat pemilik tubuh dari salah satu anggota keluarga minor tersebut sempat sedikit terhuyung namun tetap dapat menjaga keseimbangan.

Isakan lirih keluar begitu saja dari mulut Kim ketika Vegas membalas pelukannya. Rasa sakit yang tadi sempat sedikit terlupa karena perdebatan dengan para pengawal keluarga minor kembali terasa.

"Wanna to tell something?" Vegas bertanya dengan suara lembut selembut debur ombak dilautan. Tangannya bergerak naik turun dari rambut Kim hingga pingganya seakan memberi ketenangan.

Namun, tak ada jawaban dari Kim. Lelaki itu masih terus mengeluarkan isakan lirih yang teredam pundak Vegas, bahkan kalungan tangannya pada leher Vegas semakin mengerat ketika lelaki itu bertanya apakah dirinya akan menceritakan sesuatu.


























Disisi lain, Kinn tengah mengacak rambutnya dengan frustasi. Perktaannya tadi pada sang adik sungguh sangat disesali. Harusnya dirinya tadi bisa lebih mengontrol emosi, bukannya malah kelepasan hingga melukai perasaan sang adik dan membuatnya pergi dari rumah.

Tapi kejadian lalu yang dialami Kim membuat Kinn selalu was-was jika anak itu lepas dari pengawasan Big. Kejadian di mana akhirnya Tankhun yang menjadi korban.

"Kinn..." Panggilan dari arah belakangnya membuat Kinn membalikkan tubuh dan menemukan Porsche berdiri di sana dengan pakaian rumahan. Lelaki itu sudah tak memakai jas formal. "Aku yakin Kim akan baik-baik saja. Dia tak akan pergi jauh."

"Big mengatakan bahwa Kim pergi ke rumah keluarga minor." Ucap Kinn dengan lesu. Tadi ketika sang adik bergegas pergi membawa mobil, Big langsung pergi mengikuti dan memberitahu dirinya bahwa adiknya ada di kediaman keluarga minor. Kinn sedikit menarik nafas lega ketika mendengar hal itu, setidaknya Kim akan aman jika ada di sana. "Tapi aku tak yakin akan seberapa lama dia pergi."

Keduanya kini hanya terdiam dengan Kinn yang kembali membelakangi Porsche. Sosok tingginya terlihat begitu gagah ditengah remang lampu kamar. Sunyi dan sepi hingga keduanya mungkin bisa mendengar tarikan nafas mereka masing-masing.

"Kinn..." Suara lirih Porsche yang memanggil namanya hanya dibalas gumaman oleh Kinn. "Kenapa kau memperlakukan Kim sampai seperti itu?"

Pertanyaan Porsche membuat Kinn langsung menolehkan kepala dengan cepat hingga netra hitamnya langsung bertatapan dengan netra Porsche yang memberinya tatapan sendu. "Apa maksud pertanyaanmu? Tentu saja karena Kim adalah adikku."

"Benarkah?" Pertanyaan dengan nada ragu kembali Porsche lontarkan.

Hal itu membuat Kinn semakin menatap aneh sang kekasih. Dipikirnya semua hal yang dilakukan untuk Kim hanya wujud kasih sayang antara kakak dan adik. Lantas apa yang membuat Porsche melontarkan pertanyaan demikian.

"Porsche, aku tak tau apa yang sedang kau pikirkan. Hanya saja bukankah itu hal yang normal. Aku khawatir karena adikku pergi dari rumah dengan emosi yang tak stabil, terlebih itu karena aku." Kinn menyandarkan tubuh pada jendela kaca yang ada di belakangnya.

Porsche terlehat tak puas dengan jawaban yang diberikan Kinn. Lelaki dengan kulit tan tersebut masih menyimpan banyak tanda tanya diotaknya, "Siapa sebenarnya Kim?"

Pertanyaan tak terduga dari Porsche membuat Kinn membelalakan kedua matanya walau hanya sepersekian detik.

Anak kedua keluarga Theerapanyakul itu sungguh tak menyangka bahwa pertanyaan seperti itu akan keluar dari mulut kekasihnya, "Tetap pada tempatmu Porsche."
















TBC












jengjengjeng.....
aku update lagi setelah sekian lama...😊

Who am i? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang