15

215 22 0
                                    






Sudah lima hari sejak kecelakaan yang dialaminya hingga Kim harus duduk di kursi roda dengan sebelah kakinya yang digips karena kata dokter mengalami patah tulang. Keadaanya yang sekarang terkadang membuat Kim mengumpat lirih. Sebal dengan dirinya yang kini malah terjebak di rumah orang asing.

Sepasang matanya melihat ke luar jendela yang hanya terdapat pepohonan lebat. Rumah ini seakan dibangun di tempat terpencil. Bahkan sejauh mata memandang Kim tak melihat ada rumah lain.

Terlihat mencurigakan, tapi Kim mencoba untuk berpikir positif bahwa mungkin keluarga ini menyukai ketenangan.

"Jeff. . ." Suara itu membuat Kim menoleh dan melihat Nyonya rumah tengah berjalan ke arahnya dengan membawa sebuah nampan.

Jeff? Siapa?

Panggilan itu membuat Kim berkerut heran sebab di sini hanya ada dirinya dan si wanita paruh baya, "Anda memanggil siapa?"

Entah hanya perasaan Kim atau apa. Wanita itu terlihat sedih

"Ohh, maaf. Kau terlampau mirip dengan seseorang yang kukenal, Kim. Hingga terkadang aku lupa kalau kau bukan dia." Jelas wanita itu sambil duduk disalah satu kursi yang ada di sini.

Kimhan merasa ada yang aneh dengan keluarga ini. Terlebih si Nyonya Satur. Wanita itu seakan ingin menyampaikan hal penting tapi selalu terhalang oleh sesuatu.

"Tidak apa-apa, Nyonya Satur." Meski sering berperilaku sesuka hati tanpa memikirkan keadaan sekitar, Kim merasa berterima kasih pada Nyonya Satur karena sudah menolongnya dan berbaik hati menampung selama masa pemulihan.

"Jangan memanggilku Nyonya, Kim. Bagaimana jika Ibu?"

"Huh?" Sontak Kim berpikir keras ketika wanita itu memintanya memanggil Ibu.

"Lupakan saja, aku hanya bercanda." Ujar wanita itu dengan ekspresi wajah canggung, "Ngomong-omong kau berapa bersaudara?"

"Aku punya dua Kakak laki-laki." Jawab Kim seadannya.

Walaupun dirinya berasal dari keluarga Theerapanyakul dengan semua hal misterius yang menyelimuti—terkhusus bagi orang awam. Menurutnya tetap saja berbohong bukanlah sesuatu yang bijak apalagi pada orang yang sudah menolongnya. Begini-begini Kim masih punya perasaan.

"Jadi kau adalah bungsu? Bisa ceritakan bagaimana dua saudaramu itu?" Pertanyaan itu cukup membuat Kim menggaruk kepalanya canggung.

Apakah harus menjelaskan bahwa Kakak pertamanya adalah seorang psyco yang cukup sadis dan Kakak keduanya adalah orang yang dengan mudah menganiaya manusia lain serta tak segan mencabut nyawa mereka.

"Mereka baik." Secara garis besar Kinn dan Tankhun adalah orang yang baik walau sedikit gila.

Itu wajar bukan karena semua orang di dunia ini juga sedikit gila.

"Ternyata kau orang yang tertutup, ya." Ujar Nyonya Satur dan Kim hanya menanggapi dengan senyum kalem.

"Kalau kau tidak mau bercerita. Apakah kau mau mendengar ceritaku?" Wanita itu bangkit dan berjalan menuju sebuah bufet yang ada di pojok ruangan. Membukanya dan mengambil satu albun tebal dari sana.

"Aku tidak keberatan." Mau berbuat onar seperti biasa tapi Kim sadar ini bukan rumahnya, terlebih dengan satu kaki yang terluka.




.

.

.









"PERGI DARI RUMAHKU JIKA KAU TAK MEMBANTU APA PUN, VEGAS!" Kinn berteriak marah ketika melihat Vegas ada di kediaman utama Therrapanyakul. Rasanya muak melihat wajah lelaki itu.

Who am i? (END)Where stories live. Discover now