13

181 26 7
                                    











Liarnya diskotik memang menjadi surga bagi kebanyakan orang. Semua hal boleh saja dilakukan di tempat penuh maksiat. Tak ada larangan. Tak ada batasan.

Cahaya remang serta musik yang menghentak keras membuat suasana semakin liar. Terlebih beberapa pasang sudah mulai kehilangan kesadaran dan berlaku sesuka mereka tanpa peduli tempat.

Kim memasuki arena menari dengan wajah berseri. Dirinya sudah lama tak melakukan ini karena Kakaknya yang terlampau posesif.

Kehidupan malamnya sempat terhenti selama beberapa saat karena kejadian tak terduga yang selalu menimpanya tanpa alasan. Tapi kini dengan nekat Kim berada di tengah-tengah lautan manusia.

"Tetap waspada pada sekitarmu, oke. Aku ada di lantai atas jika kau membutuhkanku." Sebuah lengan yang tiba-tiba saja melingkar di pinggannya serta bisikan penuh peringatan dari Vegas hanya dibalas anggukan singkat oleh Kim.

Sedikit sombong mungkin, tapi Kim selalu merasa bahwa dirinya cukup mampu untuk melindungi dirinya sendiri jika terjadi sesuatu. Terlahir dikeluarga Theerapanyakul membuat Kim sudah diajarkan hal dasar seperti bertahan hidup dan melindungi diri.

"Kau bahkan bisa pulang jika kau ingin, Vegas." Ujar Kim dengan lirikan sinis yang hanya dibalas senyum miring oleh sulung dari keluarga minor tersebut.

Tanpa memperdulikan Vegas yang sudah pergi ke lantai atas untuk menikmati minuman beralkohol. Kim kembali menari dan berbaur dengan pengunjung yang lain. Menggerakkan badannya dengan bebas bahkan sempat memberikan kedipan nakal pada seorang lelaki berbadan kekar yang ada di depannya.

Dunia malam adalah salah satu hiburan bagi Kim ketika pikirannya terasa penuh.

Percakapan Kim dengan Kakak sulungnya beberapa malam lalu cukup menimbulkan banyak pertanyaan. Tapi tak ada satupun yang tersampaikan melihat raut kesedihan Tankhun.

Kakaknya menghabiskan waktu lebih lama dengan mendiang Ibu. Jadi wajar jika Tankhun merasa sedih. Berbeda dengan Kim yang bahkan sama sekali tak ingat bagaimana rasanya. Bahkan untuk wajah Kim bisa tau melalui lembar demi lembar foto yang tersimpan rapi di album.

Menggelengkan kepalanya beberapa kali Kim kembali fokus pada sekitarnya yang menari kian tak beraturan ketika musik yang diputar menjadi semakin keras.

Kim menatap ke arah DJ yang berdiri di sana. Dan matanya tak sengaja bertatapan.

Wajah orang itu seperti tak asing. Kim merasa pernah melihatnya di suatu tempat tapi di mana. Hingga senyum tipis dari sang DJ mengingatkan Kim bahwa mereka memang pernah bertemu.

"Lelaki yang waktu itu." Lirih Kim yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

Sesaat suasana masih seperti tempat hiburan malam pada umumnya. Hingga teriakan seorang wanita dan orang-orang yang berhamburan kesana kemari menandakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres tengah terjadi.

"Bedebah! Aku baru saja ingin bersenang-senang." Umpatan cantik itu keluar dari bibir sewarna kelopak mawar milik Kim.

Si bungsu Theerapanyakul itu geram karena kegiatan mari melepas penat dengan menari harus terhenti sebab penyerangan yang terjadi.

"Kita pergi." Tarikan pada tangannya mau tidak mau membuat Kim mengikuti.

Moodnya sedang buruk dan Kim tidak ingin menyumbang keributan.

"Sialan, Vegas. Kenapa harus sekarang, hah!" 

"Mereka mengincarmu."

"Huh..." Refleks Kim mengerutkan kening bingung mendengar perkataan Vegas, "Darimana kau tau?"

Who am i? (END)Where stories live. Discover now