11

221 27 4
                                    







"Ayah, bisakah kita mengirimkan Kim ke luar negeri atau kemanapun." Kinn mengacak rambutnya friustasi.

Anak tengah dari keluarga Theerapanyakul itu terlihat sangat kalut—bahkan ketakutan juga sekilas terlihat di wajahnya yang tampan.

"Kinn, kau gila karena meminta itu pada Ayah?" Tankhun yang sejak tadi diam dan menyaksikan kini angkat bicara, "Dengan sikap Kim yang seperti itu bagaimana bisa kita mengirimnya ke luar negeri."

"Argh...." Kinn semakin frustasi mendengar jawaban sang ayah dan yang dikatakan Tankhun tidaklah salah.

Kim adalah orang yang cukup sulit diatur serta selalu bertingkah seenaknya tanpa memikirkan risiko. Apa yang akan dilakukan anak itu jika hidup bebas seorang diri di negeri orang.

"Lagipula, kenapa kau tiba-tiba meminta hal seperti itu?"

Tak ada jawaban dari Kinn setelah Tankhun bertanya demikian. Lelaki itu malah menghela nafas lalu menjatuhkan tubuh tingginya ke sofa.

"Ada sesuatu yang mengganggumu, Kinn?" Satu-satunya lelaki paruh baya yang ada di ruangan itu akhirnya buka suara.

Membuat Kinn menolehkan kepala dan langsung bertatapan dengan kedua mata sang ayah, "Aku hanya takut hal buruk akan terjadi." Lirihnya.



















Suara jarum jam menjadi satu-satunya suara yang memasuki rungu seorang lelaki cantik yang tengah fokus membalik halaman demi halaman sebuah album usang.

Senyum manis terbit dibibirnya ketika dalam sebuah foto terdapat sepasang suami istri dan bayi dimasing-masing pangkuan mereka. Tersenyum lebar menatap kamera. Terlihat sangat bahagia.

Pada foto selanjutnya. Seorang perempuan cantik tengah berlarian di taman mengejar anak yang membawa bola, merayakan ulang tahun, menyuapi makan, bercanda, bahkan mengantarkan salah seorang anaknya ke taman kanak-kanak dan menyempatkan diri untuk mengambil foto di depan sekolah.

Wanita cantik berdarah Eropa yang Kim tau adalah Ibunya terlihat sangat telaten dan cekatan merawat dua Kakaknya, membesarkan mereka dengan penuh kasih sayang. Begitupun ayahnya yang selalu ada dalam setiap perkembangan putra-putranya. Mereka adalah orang tua yang baik.

Semua kenangan di album ini terlihat sangat menyenangkan hingga Kim tiba pada satu halaman dimana ada seorang bayi tengah tertidur lelap dengan topi yang menutupi kepalanya yang belum ditumbuhi rambut. Dibagian bawah foto terdapat tulisan 'my third child was born, Kimhan Theerapanyakul'

Senyum manis Kim langsung pudar mengingat hanya dia yang tumbuh tanpa campur tangan sang Ibu.

Halaman demi halaman yang dibukanya hanya terdapat dia serta ayah dan dua Kakaknya. Atau terkadang dengan beberapa pengasuhnya yang selalu berganti tiap beberapa bulan sekali.

"Bagaimana rasanya..." Lirih Kim.

Brak...

Lelaki cantik itu menutup album foto dengan kasar lalu berjalan keluar kamar. Menelusuri lorong demi lorong rumah mewah yang sudah ditempatinya sejak dia terlahir ke dunia.

Tujuan pertamanya adalah kaman Kinn, tapi baru saja Kim hendak membuka pintu. Telinganya sayup-sayup mendengar suara desahan, karena tak yakin. Kim menempelkan telinganya pada daun pintu dan menghela nafas lelah. Kakaknya tengah bersetubuh di dalam sana, "Kinn sialan!" Kim refleks mengumpat. Tanpa alasan yang jelas.

Tak ingin mengganggu pasangan kekasih tersebut. Kim berbalik pergi. Kini tujuannya adalah kamar Tankhun.

Dan seperti dugaannya. Ada dua pengawal setia sang Kakak sulung yang sedang menemani. Siapa lagi jika bukan Arm dan Pol.

"HAAAA...."

Mereka semua kompak menjerit ketika Kim membuka pintu. Membuat si bungsu Theerapanyakul itu memutar bola matanya malas.

"KIM, KAU HAMPIR MEMBUAT JANTUNGKU COPOT." Tankhun bersuara lantang dengan wajah marah, tapi Kim tidak peduli. Dia tetap melangkah masuk sambil sesekali menendang kasar benda-benda yang berserakan di lantai.

Ruangan ini lebih mirip kandang babi daripada kamar. Terlalu berantakan.

"Keluar." Perintah itu tentu ditujukan pada Pol dan Arm.

Keduanya langsung pergi tanpa disuruh dua kali. Bahkan Pol sempat tersandung kakinya sendiri karena mungkin takut dengan aura yang dikeluarkan Kim.

Ruangan yang tadinya ramai karena suara film yang sedang ditonton kini sepi. Tak ada suara kecuali jarum jam dan pendingin ruangan yang dinyalakan pada suhu rendah.

"Apa yang kau mau, bocah nakal?" Tanya Tankhun ketika Kim sudah tidur dikasurnya. Bahkan dengan seenak jidak menarik selimut guna menutupi tubuhnya hingga sebatas leher.

"Ceritakan padaku tentang Mom." Tujuan Kim menemui Tankhun adalah untuk bertanya tentang wanita yang telah melahirkannya. Sebab jika Kim bertanya pada Kinn atau Ayahnya, mereka hanya akan menjawab bahwa sanh Ibu adalah malaikat. Manusia kelewat baik yang pernah ada.

Tankhun berbaring di sebelahnya, menyangga kepala dengan satu tangan dan mengajukan pertanyaan, "Kenapa tiba-tiba bertanya tentang Mom?"

"Hanya ingin tau." Jawab Kim singkat, "Kuharap Kak Tankhun tidak hanya menjawab bahwa Mom adalah orang yang baik. Aku ingin jawaban yang lebih dari itu."

Bisa Kim lihat pandangan mata Tankhun berubah untuk beberapa saat. Kakak sulungnya itu sekilas terlihat sedih dan kecewa, tapi hanya sesaat.

"Mom itu sangat menyayangimu, Kim, melebihi nyawanya sendiri."

"Kupikir Mom juga melakukannya padamu dan Kak Kinn."

"Kalau kau tau. Setelah melahirkan Kinn, Mom sempat hamil lagi, dua atau tiga kali aku tak terlalu ingat. Tapi tak ada yang bertahan, semuanya gugur. Hingga kau hadir dan merubah semuanya. Mom sangat bahagia, katanya kau sangat cantik walau kau laki-laki, padahal Mom ingin anak perempuan." Tankhun berhenti sejenak dan menarik nafas dalam.

Tangan Kakaknya itu tiba-tiba saja membelai rambutnya dan tersenyum manis, senyum yang baru pertama kali Kim lihat, "Mom adalah tipe orang yang akan mengorbankan apa pun untuk seseorang yang sangat disayanginya. Ketika kau ada di keluarga ini, Mom tak mengijinkan siapapun menyentuhmu, bahkan Ayah, katanya takut kau akan dibawa pergi."

"Kenapa begitu?" Kim bertanya penasaran.

Menurutnya hal itu biasanya terjadi pada orang-orang yang baru memiliki anak. Tak boleh seorangpun menyentuh anaknya. Semua ingin dilakukan sendiri.

"Karena Mom tidak ingin kehilanganmu." Jawaban sang Kakak membuat Kim mengerjapkan mata dua kali, "Ada peraturan tak tertulis di keluarga Theerapanyakul. Bahwa apa yang sudah ada di keluarga ini, maka tak seorangpun bisa mengusik atau mengambilnya."





















TBC.....



Maaf pendekkkkk...




Ngomong-omong aku belum bisa lanjut oneshoot biblejeff karena nggak ada ide. Tolong beri aku ideeeee.......

Who am i? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang