-KELIMA-

25 6 0
                                    

ㅤ Jum'at sore itu hujan turun rintik-rintik. Tiga gadis sedang menghabiskan waktu mereka di ruang tengah rumah salah satunya, menunggu sampai hujan reda untuk pulang.

“TIKAAAA! IH SUMPAH NIH YA, KAK RENO TUH BAHAYA BANGETTT!” Si gadis berbadan bongsor menyodorkan smartphone nya ke gadis didepannya.

Si gadis yang dipanggil Tika-lebih tepatnya Chantika-ikut terkejut dengan perasaan campur aduk tapi senang.

Yang baru saja mereka lihat itu adalah postingan Instagram Reno salah satu anggota Street Kids. Dia memposting selfie di ruang ganti dengan wajahnya yang tampan tapi kebanyakan slide selanjutnya adalah hal random seperti foto blur, makanan ringan, Aji yang sedang tidur saat dimakeup, dan lain-lain.

“Surya juga aktif di 'gelembung lyn' nih!" Chantika menunjukkan aplikasi gelembung lyn di smartphonenya.

Kedua penggemar Street Kids tersebut tertawa sembari membicarakan banyak hal tentang idola mereka. Sedangkan satu gadis lainnya sedang sibuk menggeser postingan di akun Street Kids, postingan terakhir milik Renji.

“Renji, gua kangen Lo. Kenapa Lo ga cerita ke gua kalau Lo ada masalah? Kan gua bisa bantu, Ren.”

Gadis itu menghembuskan nafasnya pelan, dia benar-benar tidak bersemangat hari itu.

“Atau bener yang dibilang Mika? Lo diculik sama anggota grup Lo sendiri?”

“PRIMAAA! UDAH MULAI NIH!”

Sang gadis-Prima-menoleh saat dipanggil, dia tersenyum kemudian menghampiri kedua sahabatnya itu dan duduk diantara mereka.

“Mana? Mana?” tanya nya terdengar antusias padahal sebenarnya tidak.

“Wah sial, kak Chandra ga sopan banget itu. Baru juga dimulai udah melet-melet,” ucap Yumna sambil menunjuk ke arah televisi.

Iya, mereka sedang menonton penampilan Street Kids di televisi. Mereka membawa banner bergambar anggota Street Kids dan mengangkatnya heboh seolah-olah mereka sedang berada di konser itu.

Prima satu-satunya yang terlihat kurang antusias, tapi kedua sahabatnya tersebut tidak mempermasalahkannya karena mereka tau jika akhir-akhir ini Prima kurang enak badan, jadi mereka pikir Prima masih belum kuat untuk bersorak dan bertingkah polah seperti biasanya.

“WOOOO!!! KEREN!!!” Sorak mereka berdua setelah penampilan Street Kids selesai.

“Udah jam tujuh, hujannya juga udah reda. Kalian ga pulang?” tanya Prima, mengusir dengan sopan.

“Oh iya, yaudah kita pulang dulu deh. Yuk Yum?”

Yumna mengangguk kemudian beranjak dari sana hendak pulang. Prima mengantar mereka berdua ke depan pintu lalu melambaikan tangannya saat mereka berdua pergi dari area rumahnya.

Prima tidak masuk ke rumahnya, dia malah menutup pintu dan malah duduk di kursi yang ada di halaman rumahnya sembari melihat bintang di langit.

“Sendirian itu ga enak 'kan, Prim?” Suara yang akhir-akhir ini mengganggu Prima muncul kembali.

“Lo dateng lagi?”

“Bukannya waktu lalu gua udah bilang kalau gua bakal nemenin Lo selama gua masih bisa? Jadi gua selalu ngikut Lo.”

“Ga usah, ga perlu.”

“Lo bakal butuh gua, Prim.”

“Lo itu cuma suara di kepala gua, jangan bertingkah seolah-olah Lo orang lain dan bikin gua jadi kayak orang stress….”

“Lo ga stress kok, gua emang nyata.”

Stop please? Gua mau mencoba tenang malam ini aja.”

Suara itu menurut dan benar-benar tidak terdengar lagi. Prima menghembuskan nafasnya pasrah lalu menyalakan smartphone nya dan mengecek Instagram lama milik Renji.

“Prima?”

“Ya?”

“Lo mau gua bantu cari Renji ga?”

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ•~•~•~•~•~•

ㅤ Hari ini anggota Street Kids sedang bersantai di ruang tengah asrama mereka. Sekedar menghabiskan waktu sampai malam karena besok mereka tidak ada jadwal sama sekali.

Reno dan Sena sedang menonton televisi. Calvin, Aji, Surya, dan Rayyen sedang bermain game di smartphone mereka. Sedangkan Chandra sendiri sedang di ruang musik, sedang membuat instrumental lagu baru.

Suasana saat itu sunyi, mereka terlalu fokus dengan kegiatan masing-masing terutama Chandra. Dia sibuk menambah not, mendengarkan instrumental, dan mengulanginya terus menerus.

Tapi suasana di ruang musik itu tiba-tiba menjadi menakutkan. Chandra entah kenapa dibuat merinding dengan suara permukaan drum yang seakan diraba.

Chandra kembali mendengarkan instrumental yang dibuatnya lalu mengernyit heran saat mendengar suara alunan melodi dari piano yang menggangu instrumental buatannya.

Chandra berani bersumpah jika dia tidak menempatkan suara piano itu ke instrumental yang dibuatnya.

Chandra menghentikan instrumental tersebut tapi ternyata suara alunan lembut piano itu masih terdengar.

Dan dia sadar jika alunan itu berasal dari piano yang ada di ruang musik itu. Hal itu membuatnya merinding karena hanya Chandra yang berada di ruangan tersebut.

Chandra memberanikan diri untuk mendengar melodi yang dimainkan entah oleh siapa itu karena dia merasa familiar dengan melodi itu.

Tak lama mendengar alunan melodi itu, Chandra menyadari sesuatu.

“Ga mungkin….”

Chandra langsung bergegas mematikan alat rekaman dan mengemasi barangnya di meja kemudian keluar dari ruang musik.

Brak!

Para anggota yang mendengar suara bantingan pintu menoleh ke arah ruang musik. Letak ruang musik dan ruang tengah cukup berdekatan dan mereka bisa melihat Chandra keluar dari sana dengan terburu-buru.

“Kak Chan? Lo kenapa?” tanya Sena khawatir.

Tapi Chandra tidak menjawab sama sekali dan langsung pergi ke arah tangga hendak melanjutkan pekerjaannya di kamarnya.

Ingatannya kembali ke empat bulan yang lalu. Saat dimana dia menanyakan lagu apa yang akan dibuat oleh Renji dengan melodi itu.

“Little star…?”

Kriett…

Suara pintu terbuka itu mengagetkan Chandra, bahkan dadanya sampai naik turun tak beraturan. Sena membuka pintu, sekedar mengecek apakah pemimpin mereka baik-baik saja.

“Kak, ada masalah apa? Lo kok kayak lagi ketakutan gitu?” Sena menarik sebuah kursi dan duduk di samping Chandra.

“Sen, Lo percaya ga kalau Renji gentayangan?”

“Kak, maksud Lo… Renji udah-”

I guess, yes?”

No! Ga mungkin. Dia masih hidup, kak. Gua yakin seratus persen!”

“Seratus persen dari mana, Sen? Gimana bisa Lo seyakin itu kalau Renji masih hidup? Lo ga inget kalau kita-”

“Gua tau, kak! Tapi gua yakin kalau Renji pasti bakal ditolong sama orang.”

Chandra mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah jendela, melihat tenang dan indahnya kota di sore hari.

“Kalaupun Renji ditolong orang, pastinya ada berita yang muncul tentang itu. Buktinya? Renji masih dinyatakan hilang sampai sekarang.”

“Tapi… kalaupun Renji udah mati, jasadnya ada di mana sekarang, kak?”

TBC

THE IDOLWhere stories live. Discover now