-KEDELAPAN-

25 6 0
                                    

ㅤ Di sebuah gedung yang ada di kota-lebih tepatnya gedung agensi JWP-beberapa anggota Street Kids menghabiskan waktu mereka di ruang latihan.

Tidak semua anggota ada di sana, Chandra sedang melakukan live di ruang musik yang sebelumnya sangat dia hindari itu. Reno dan Calvin sudah pergi dari tadi entah kemana.

“Ji?”

Yang dipanggil pun menoleh. “Apa?”

“Perasaan gua kok jadi ga enak ya?”

“Emangnya kenapa? Jangan bilang Lo khawatir sama kak Chandra lagi?” Aji memutar bola matanya.

“Kak Chandra akhir-akhir ini takut sama ruang musik, tapi tiba-tiba malam ini dia pengen ke ruang musik. Apa menurut Lo itu ga aneh?”

Aji mengendikkan bahunya dan menyeruput kopi yang ada di tangannya. “Biasa aja sih. Siapa tau dia kangen sama ruang musik.”

Sena menunduk, yang dibilang Aji itu ada benarnya juga. Tapi walaupun begitu, perasaan khawatirnya itu masih tetap ada.

Andai saja dia diperbolehkan menggunakan ponselnya saat itu, pasti Sena akan mengecek live Chandra untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Sayangnya karena hari itu mereka mulai berlatih lagi, ponsel semua member pun disita untuk sementara.

Untuk Chandra, dia izin tidak mengikuti latihan karena kurang enak badan. Dan karena dia bosan tidak melakukan apa-apa, dia meminta izin untuk melakukan live di ruang musik sembari membuka instrumental dan tentunya sang manager memperbolehkannya.

“Loh? Kakak kok di sini? Live nya udah selesai?”

Aji dan Sena menoleh ke arah Surya yang sedang berbincang bersama staff mereka yang baru saja datang.

“Live? Saya habis makan malam sama manager dan saya engga live di instagram. Ada-ada aja kamu.”

“Bukan live di instagram, tapi ‘Ruang Chandra’. Tadi aku lihat kakak masuk ke ruang musik. Aku kira mau bantuin kak Chandra.” Surya mencoba mengingat-ingat.

“Engga mungkin saya masuk ke ruang musik tanpa seizinnya dan ganggu livenya.”

Merasa ada yang tidak beres, Sena langsung beranjak dari sana dan bergegas ke ruang musik sedangkan Aji sedang mencerna apa yang sebenarnya terjadi.

“KAK CHANDRA!!!”

Teriakan Sena berhasil membuat yang lainnya bergegas pergi ke ruang musik dan melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Sesampainya di ruang musik itu, mereka melihat Sena menangis di bawah Chandra yang sudah mati tergantung.

Staff yang tadi bersama mereka memutuskan pergi ke ruangan CCTV perusahaan untuk mengecek apa yang sebenarnya terjadi.

Surya terdiam membeku, tangannya dingin, dia merinding karena ini kali pertamanya dia melihat seseorang gantung diri secara langsung.

“Live nya belum mati!” ucap Rayyan yang mendekat ke arah layar monitor.

Rayyan meminta maaf kepada para penggemar lalu mematikan live itu dan langsung menghapus video agar tidak ada lagi yang bisa melihatnya walaupun pastinya ada yang sudah merekam live itu.

“Kak Chandra sendirian, orang itu pasti udah pergi,” ucap Rayyan.

“Jadi yang tadi gua lihat itu… orang yang cuma nyamar jadi staff?”

“Ya, dan gua yakin kalau semua ini perbuatan dia.”

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ•~•~•~•~•~•

ㅤ Prima terkejut dengan notifikasi berita di smartphone nya. Sebuah artikel berita mengenai Chandra yang melakukan gantung diri di ruang musik saat melakukan ‘Ruang Chandra’.

“Apa mungkin Chantika teriak gara-gara ini tadi?” tebaknya.

Banyak sekali komentar yang muncul di artikel tersebut, kebanyakan dari komentar itu berasal dari mereka yang sudah menonton live.

“Sena? Rayyan?” Prima mengerutkan keningnya saat melihat nama Sena dan Rayyan disebut.

Dari komentar yang dia baca, Prima menyimpulkan jika setelah Chandra menggantung dirinya, Sena akhirnya datang dan berteriak lalu member lainnya juga datang dan Rayyan mematikan live tersebut dan menghapus videonya.

“Tapi, rasanya ada yang janggal….”

“Ya, gua setuju sama Lo.”

“Lo muncul lagi?”

“Emangnya kenapa? Ga suka?”

“Jangan mancing emosi gua sekarang, kepala gua pusing.”

“Istirahat dulu, Prim. Lo keseringan mikirin Renji. Gua yakin dia baik-baik aja sekarang.”

Prima menenangkan dirinya berharap suara itu akan menghilang dari kepalanya tapi nyatanya tidak.

“Lo mau menyelidiki ini? Siapa tau ini ada hubungannya sama hilangnya Renji.”

“Bentar, jadi menurut Lo ini semacam teror?”

“Kayaknya begitu?”

Prima mencoba menghubungkan satu-persatu hal yang dia ingat mengenai Street Kids dan dia rasa yang suara itu katakan benar.

“Kayaknya Lo benar.”

“Gua mah selalu benar.”

“Kenapa?”

“Hah? Apanya?”

“Kenapa tebakan Lo bisa selalu benar? Lo pasti tau semuanya kan?”

Prima tidak mendengar apapun, suara itu tiba-tiba menghilang sebelum dia menjawab pertanyaannya. Prima mencoba untuk memunculkan suara itu kembali tapi sia-sia dan hal itu malah membuat kepalanya menjadi sakit.

“Gua beneran udah gila….”

TBC

THE IDOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang