-KESEMBILAN-

12 4 0
                                    

ㅤ Mika sedang menghabiskan waktunya bersama Lila di ruang tengah sembari menonton televisi yang menyiarkan berita tentang pemakaman Chandra.

“Banyak penggemar yang berpendapat jika Street Kids mendapatkan teror oleh orang tidak dikenal. Sayangnya, tidak ada bukti yang bisa memperkuat dugaan tersebut dikarenakan CCTV agensi yang sedang rusak.”

“Teror ya?” celetuk Mika yang memperhatikan berita itu dengan seksama.

Lila mengambil remot dan mengganti saluran televisi. Hampir seluruh saluran televisi menyiarkan berita tentang Chandra dan pemakamannya. Hal itu membuat Lila bosan karena tidak ada hal baru yang disebutkan, semua berita itu memiliki isi yang sama. Tentang terror dan tidak adanya bukti, hanya itu.

“Kalau udah tau CCTV nya rusak, kenapa ga diperbaiki coba?” geram Mika.

“Mungkin karena agensi ga mau rugi. I mean, sejauh ini ga ada hal buruk yang terjadi di agensi, jadi mereka pikir CCTV ga ada gunanya.”

“Bener juga sih. Berarti staff dan idol lain ga tau juga dong?”

Lila menoleh kepada Mika dengan kebingungan. “Maksudnya?”

“Kalau mereka tau CCTV nya rusak, gua yakin beberapa dari mereka bakal melakukan hal kotor. Yah, mencuri salah satunya.”

Ck, emangnya apa yang bisa dicuri di sana? Ga ada barang-barang berharga.”

“Orang-orangnya pun ga berharga juga pfftt.” Mika menahan tawanya dan mengganti saluran televisi.

“Yah setidaknya masih ada yang berguna,” sahut Lila setelahnya.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ•~•~•~•~•~•

ㅤ Sekarang ini Prima sedang berada di rumah Chantika dan Yumna. Dia hendak menjenguk Chantika yang demam dari kemarin dan belum juga sembuh. Yumna bilang sih masih shock karena melihat ‘Ruang Chandra’ kemarin.

“Sebenarnya gua juga sempet shock, tapi gua rasa Chantika lebih shock karena dia lihat secara live prosesnya.”

“Street Kids ngepost pengumuman di Instagram. Mereka minta maaf atas kejadian buruk kemarin dan hiatus buat beberapa bulan ini,” ucap Prima sambil membaca tulisan di layar smartphone nya.

“Gua juga kemarin baca pesan di Gelembung Lyn dari Surya sama Aji. Mereka minta maaf juga dan ngejelasin dari sudut pandang mereka.”

“Gimana?”

“Dari sudut pandang Surya, dia awalnya lihat ada staff yang masuk ke ruang musik. Dia kira staff itu bantu Chandra di live nya. Ternyata waktu dia habis latihan, dia lihat ada staff yang sempet dia lihat tadi baru dateng. Katanya habis makan sama manager mereka.”

“Habis itu?”

“Habis Aji, Sena sama Rayyan denger obrolan Surya sama si staff, Sena langsung ke ruang musik dan habis itu mereka denger Sena teriak. Waktu didatangi, udah begitu keadaannya.”

“Menurut Lo, yang mereka bilang itu bener?” tanya Prima agak ragu.

“Entahlah, gua juga gatau. Tapi dari cerita mereka sih nyambung, jadi kemungkinan bener.”

“Bisa aja mereka kerja sama buat bikin alibi biar ga dicurigai.”

“Yang Lo bilang itu ada benarnya sih. Tapi kenapa Lo kelihatan yakin banget kalau mereka salah?”

“Gua ga mencurigai mereka, cuman sempet kepikiran aja. Lagipula kalaupun ini bener-bener teror dari orang luar, kayaknya dia punya kekuasaan buat ngelakuin itu. I mean, semacam mafia gitu.”

“Gua ga lihat ada staff kemarin,” Chantika bersuara.

“Eh? Udah bangun?” tanya Prima yang terkejut dengan Chantika yang ikut bersuara.

“Gua sebenarnya ga bisa tidur dari kemarin. Udah gua coba tutup mata dan hitung domba, gua masih kebayang sama Ruang Chandra kemarin,” jelas Chantika.

“Berarti, yang mereka bilang itu bohong.”

“Entahlah… tapi sebelum itu kak Chandra sempet lihat ke arah pintu. Gua kira ada member atau orang yang mau masuk ruang musik, tapi ga ada siapapun yang kelihatan di layar.”

“Waktu itu, kak Chandra gimana?”

“Kak Chandra udah kelihatan takut dari awal live. Habis dia lihat ke arah pintu, kak Chandra kelihatan pasrah. Sampai akhirnya dia lakuin itu….” Suara Chantika bergetar ntah karena dia demam atau trauma.

Prima tiba-tiba mendapatkan ide. “Boleh minta kertas dan pena atau pensil? Gua mau nyatat sesuatu.”

Yumna mengangguk dan membawakan Prima barang yang dimintanya. Setelah mendapatkan kertas dan alat tulis, Prima langsung menuliskan sesuatu di kertas itu berupa tanggal dan jam.

“Mau nyatat ap-”

“Chantika, perkiraan waktu Chandra noleh ke arah pintu?”

“jam delapan menit ke lima belas. Habis itu Chandra ambil tangga lipat dan masang tali sebelum akhirnya dia pakai dan loncat….”

“Surya sama Aji nyebut waktu juga ga?” Yumna menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

“Gua butuh cerita lengkapnya dari mereka. Yumna, boleh lihat aplikasi gelembung lyn Lo?”

“Boleh kok.” Yumna menyalakan smartphone nya dan membuka aplikasi itu sebelum akhirnya dia tunjukkan ke Prima.

“Gua pinjem bentar.” Prima mengambil smartphone Yumna dan mengutak-atiknya, mengetik beberapa pesan yang dikirim ke anggota Street Kids.

“Kemungkinannya sedikit buat dilihat, tapi gua minta bantuan Lo untuk mengirim itu sesering mungkin sampai mereka lihat. Tapi jangan di waktu yang sama, gua tau kok itu ada limitnya,” jelas Prima sambil memberikan smartphone kepada pemiliknya.

Yumna membaca pesan yang dikirim ke semua anggota Street Kids yang ada. Di sana Prima meminta anggota untuk menghubungi sebuah nomor yang dia yakini adalah nomor Prima. Di pesan itu juga tertulis jika Prima benar-benar ingin membantu mereka sebagai teman Renji.

Wait, what? Teman Renji? Lo serius?” tanya Yumna terkejut.

“Panjang ceritanya, tapi dulu gua pernah deket dan temenan sama Renji.”

“Kenapa Lo ga pernah cerita tentang Renji? Pantesan Lo selalu fokus sama penampilan Renji. Ternyata Lo ga cuma suka dia,” sahut Chantika.

“Gua mau ceritain masa lalu kita kalau kalian mau. Gua ga maksa kalian percaya sih, karena rasanya gua kayak ngehalu haha.”

Mata Chantika dan Yumna berbinar dan mereka mengangguk bersamaan. Setidaknya Prima senang karena bisa menghibur mereka disaat seperti ini.

TBC

THE IDOLWhere stories live. Discover now