-KESEPULUH-

16 4 0
                                    

ㅤ Beberapa hari setelah kasus Chandra yang ditemukan gantung diri di ruang musik, Agensi memutuskan untuk menghentikan seluruh jadwal Street Kids dan karena adanya dugaan teror mereka diharuskan tinggal di sebuah rumah tersembunyi oleh agensi mereka. Para penggemar tidak tau dimana para anggota Street Kids, yang mereka ketahui hanyalah hiatusnya grup tersebut.

Saat ini Street Kids sedang berkumpul di ruang tengah untuk menonton film sembari memakan camilan dan mengobrol.

“Lo yakin tempat ini bener-bener aman buat kita?” tanya Reno yang duduk di sofa.

Calvin-orang yang menyarankan mereka untuk pindah ke rumah itu-mengangguk yakin. “Orang-orang aja gatau kalau di belakang rumah gua ada rumah lagi. Ini tempat paling aman dan juga, kalian dapat fasilitas bagus di sini,” ucapnya.

“Gua mau ke balkon dulu,” pamit Sena yang langsung beranjak dari duduknya.

Mereka seolah tidak peduli dengan Sena dan tetap menonton film seakan-akan Sena tidak ada di sana sendari awal.

“Sena kelihatan sering cemberut akhir-akhir ini,” bisik Surya ke Rayyan.

“Gua tau kok. Mungkin dia merasa bersalah karena ga berhasil menolong kak Chandra waktu itu.”

“Polisi bener-bener menyelidiki kasus itu kan?”

“Iya, tapi mereka menyelidiki diam-diam, ntah gua juga ga paham kenapa harus diam-diam.”

Surya terdiam sejenak memikirkan sesuatu. “Mungkin mereka lakuin itu biar si peneror gatau kalau dia lagi dicari.”

“Oh ya, menurut Lo si peneror itu ada berapa orang?” tanya Rayyan sembari berfikir.

“Ada berapa? Jadi pelakunya ada lebih dari satu?”

“Eh… gua rasa begitu? Dia pasti punya orang dalam. Lo lupa kalau kita punya satpam? Jadi orang mencurigakan pun tau kalau-”

“Bener juga, satpam!” seru Rayyan dengan suara yang cukup keras.

“Hah? Kenapa satpam?” tanya Aji kebingungan.

“Pak satpam pasti tau sesuatu. Dia juga perlu dicurigai karena si peneror berhasil lolos dan masuk dengan bersih tanpa dicurigai,” jelas Rayyan.

“Bisa ga sih kalian jangan bahas itu? Gua mau tenang tanpa harus mikirin si Chandra lagi,” sahut Calvin.

“Tapi masalahnya ini juga berhubungan sama kita. Gimana kalau kita jadi target selanjutnya?”

“Kita aman di sini, ga usah takut.” Reno mencoba meyakinkan mereka.

“Kita harus tetep waspada, Kak! Ga ada yang tau gimana kedepannya. Lo mau kita mati?!” ucap Rayyan membentak.

Reno hendak berdiri. “Lo kenapa jadi ga sopan sama kakak Lo sendiri?!”

“Gua cuma ngasih tau!”

“Udah, cukup! Kenapa kalian malah berantem gini? Mau se-aman apapun kita, si peneror itu masih ada. Dia bisa aja tau kita ada di sini, jadi kita harus terus waspada!” jelas Aji yang pada akhirnya pergi dari sana, menuju ke balkon.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ•~•~•~•~•~•

ㅤ Di balkon, Sena sedang duduk di kursi yang ada sembari memandang birunya langit. Dia terus menerus merasa bersalah karena kejadian beberapa hari lalu.

Ditengah damainya Sena mendengarkan lagu buatan Chandra, dia mendapatkan sebuah notifikasi pesan dari gelembung lyn yang membuatnya tertarik untuk membuka pesan tersebut.

Sebuah pesan dari pengguna dengan nama "Kelinci Yum" yang berisikan tentang permintaan untuk menghubungi sebuah nomor yang katanya akan membantu mereka.

“Saya akan mencoba yang terbaik untuk membantu kalian,” ucap Sena membaca kalimat terakhir di pesan tersebut.

Sena merasa itu hal bagus untuk dicoba dan dia tertarik untuk menghubungi nomor yang tertera. Tapi belum selesai dia menyimpan nomor yang akan dia hubungi itu, Aji tiba-tiba datang membuatnya langsung mematikan layar smartphone nya.

“Aji? Ngapain ke sini?”

Yang dipanggil hanya mengangkat bahunya dan tersenyum kemudian duduk di kursi sebelah Sena lalu mengeluarkan smartphone nya dan bermain game.

“Masih belum bisa rela ya?” tanya Aji tiba-tiba.

“Entahlah, Ji. Gua bener-bener merasa bersalah karena ga datang tepat waktu buat tolong-”

“Sen, dengerin gua oke? Lo itu ga salah, itu semua udah takdir. Jadi, stop salahin diri Lo sendiri,” potong Aji.

Setelah itu pun hening. Baik Aji maupun Sena tidak berniat untuk membahas hal itu lagi. Sena berniat untuk menanyakan pendapat Aji tentang 'bantuan' yang dia terima tetapi dia ragu untuk menanyakannya.

“Kalau Lo mau bilang sesuatu, bilang aja,” ucap Aji seolah-olah bisa membaca pikiran Sena.

“Aji, kalau gua minta bantuan sama penggemar gimana?”

“Pesan itu ya?”

“Ha?” Sena terkejut karena sepertinya Aji mengetahui hal tersebut.

“Kelinci Yum, dia ngasih gua pesan yang sama kayak yang Lo dapetin. Dia nyuruh kita menghubungi salah satu nomor dengan embel-embel bakal ngebantu,” jelas Aji dengan wajah tidak perduli.

“Tapi gimana kalau-”

“Jangan percaya sama penggemar, jangan mudah tertipu. Lo itu artis, Sena. Dengan adanya kasus ini pasti banyak penggemar yang mengambil kesempatan dalam kesempitan.”

Sena terdiam. Yang dikatakan Aji benar, siapa tau Kelinci Yum itu salah satu dari sekian banyak penggemar yang mengambil kesempatan dalam kesempitan seperti yang dijelaskan oleh Aji.

Tapi di sisi lain, Sena merasa jika dia harus menghubungi nomor itu. Tidak ada alasan pasti, hanya insting yang menyuruhnya melakukan itu.

“Lo harus lebih hati-hati lagi, Sen. Di keadaan kayak gini, kita bisa aja dalam bahaya kalau salah mengambil keputusan.”

Sena melihat pesan tersebut untuk yang kesekian. Kepalanya sedang dipenuhi perdebatan kecil antara harus menghubungi atau mengikuti kata-kata Aji.

TBC

THE IDOLWhere stories live. Discover now