65

1.5K 90 5
                                    


"Yu, makan dong rotinya, jangan ngelamun aja, dari tadi lo diem aja."

"Nanti aja."

"Udah dong jangan mikirin masalah ini lama-lama, muka lo sampek pucet gitu, lo semalem gak tidur ya, astaga."

Ayu memandang Bilal lekat, entah kenapa ia selalu tenang berada di dekat temannya yang satu ini, karena memang Bilal tak mempunyai hubungan ketika ia masih menjadi Putri, dan Bilal juga bukan teman pemilik tubuh ini. "Bilal," Panggil Ayu.

"Iya, kenapa?"

"Kayaknya gue harus jujur sama Lo."

"Jujur masalah apa, emang Lo bohong apaan Yu, astaga jangan bilang kalau Pak Daduk beneran.."

"Ih bukan itu.." Potong Ayu cepat. 

Bilal menggaruk tengkuknya bingung, "ya terus apa?"

Ayu ingin sekali berkata jujur bahwa ia bukanlah Ayu pada Bilal. 

"Gue sebenernya bukan Ayu," lirihnya. Tentu saja Bilal bingung dengan ucapan Ayu yang satu ini, "lo waras Yu? Tentu saja Bilal hanya beranggapan jika Ayu bercanda.

Sekarang Ayu beranggapan bahwa percuma saja ia menjelaskan panjang lebar, toh memang yang diucapkannya nanti terdengar sangat tidak masuk akal.

***

Kini tiba hari di mana Ayu harus datang ke kantor polisi sebagai saksi, Ayu sudah duduk di hadapan para penyidik, beberapa kali ia meneguk air minum yang disediakan untuknya.

"Nak, tenangkan dirimu, kami memintamu datang karena kami ingin mendengar kejelasan informasi yang kami butuhkan, kamu bukan tersangka," ucap salah seorang penyidik yang terlihat sudah berumur tersebut.

"Dari hasil data yang kami temukan pada ponsel korban, kamu adalah orang terakhir yang korban hubungi, apakah kamu bisa menjelaskan bagaimana hubungan kalian?" Tanya penyidik tersebut dengan mata yang tertuju pada Ayu.

"Kami memang dekat Pak, tapi hanya sebagai murid dan guru, bukan hubungan yang seperti orang-orang bilang." Jelas Ayu.

"Memang hubungan seperti apa yang orang-orang bilang?" Tanya penyidik muda—Ayu berhadapan dengan dua penyidik.

"Di sekolah saya dirumorkan berpacaran dengan Pak Daduk, itu bukanlah hal yang benar." 

"Apakah korban pernah bercerita tentang keresahannya terhadap suatu hal mungkin?"

Satu-satunya hal yang ada di pikiran Ayu saat ini adalah Pak Daduk bunuh diri karena sudah tak tahan dengan permasalahan yang ia hadapi akan perpindahan jiwa—antara ia dengan pak Ridwan—Tapi jika ia mengatakan ini pada para penyidik apakah mereka akan mempercayai ucapannya?

Ayu memutuskan untuk berkata jujur, lagi pula tak ada gunanya jika ia berbohong. Tak masalah jika ia mungkin dianggap gila, Ayu benar-benar sudah tak peduli lagi sekarang. 

"Pak Daduk punya masalah serius, beliau harus menghadapi semua permasalahan pemilik tubuh itu. Sebenarnya jiwa yang menempati tubuh Pak Daduk itu bukanlah Pak Daduk sendiri, tapi beliau adalah Pak Ridwan yang tubuhnya sedang terbaring koma sekarang." Rasanya begitu lega mengatakan hal tersebut.

"Maksud kamu apa, yang kamu katakan sangat tidak masuk akal. Tolong jangan main-main, mengertilah bahwa keluarga korban tengah bersedih akan hal ini, mereka membutuhkan kejelasan, saya harap kamu bisa bekerja sama." Penyidik muda tersebut mengatakannya dengan tegas.

"Saya mengatakan hal yang sebenarnya, mungkin hal ini memang terdengar tidak masuk akal tapi inilah faktanya."

Berbeda dengan penyidik muda yang sedikit emosional dengan pernyataan Ayu, penyidik yang lebih senior itu bersikap lebih tenang—ia melihat kejujuran di mata Ayu.

 Pertanyaan demi pernyataan terus dilontarkan para penyidik dan Ayu selalu menjawab dengan jujur. Sesi ini berlangsung beberapa jam dan pukul empat sore Ayu baru pulang. 

Setelah semua kesaksian Ayu berakhir, para penyidik belum menemukan titik terang. "Semua yang dikatakan siswa itu sangat tidak masuk akal." Ujar penyidik muda.

"Memang tidak masuk akal, tapi saya tak melihat kebohongan dimatanya."

"Terus bagaimana Pak?"

"Mungkin siswa tadi juga merasa kehilangan atas meninggalnya korban sehingga ia mengatakan hal tersebut, saya khawatir kesehatan mentalnya yang sedang bermasalah, mengingat ia menjelaskan khayalannya dengan begitu jujur dan yakin."

"Astaga, itu juga sangat mungkin."

"Hapus saja kesaksian saksi tadi." Finalnya.

Transmigrasi : Sekarang aku Ayu bukan PutriWhere stories live. Discover now