[❤︎] BAB 17

894 98 46
                                    

╔═══━━━─── • ───━━━═══╗
BAB 17
Lovesick Boys
╚═══━━━─── • ───━━━═══╝

Gak pa-pa kalo lo nggak milih gue, gue kan bukan caleg—Jay.

❦────── HAPPY READING ──────❦

Suara ketukan bambu pertanda tukang bakso favoritnya telah tiba, Lauren buru-buru berlari keluar rumah seraya membawa mangkuknya.

Mang Nurdin—penjual bakso dengan gerobak yang di dorong itu menoleh ke arah perempuan yang berlari terbirit-birit menuju gerobaknya yang sudah dia berhentikan di depan gerbang rumah Jay.

"Jangan lari-lari atuh, Neng. Nanti kalo jatuh saya yang disalahin sama Mas Jay,"

"Kenapa jarang jualan, Mang?" tanya Lauren seraya berusaha menormalkan deru nafasnya.

"Saya teh tiap hari juga jualan, Neng. Cuma emang jarang aja lewat kompleks ini," jawab Mang Nurdin, alasannya cukup masuk akal karena ini permukiman warga kelas atas, hanya beberapa orang yang mau membeli baksonya. Karena itu dia memilih tempat yang strategis di mana jualannya akan laris.

"Ini seperti biasa nggak pakai daun seledri, Neng?" tanya Mang Nurdin sembari meracik bakso di mangkuk Lauren.

"Iya, kayak biasa aja, Mang."

Tepat saat pembayaran, Lauren di buat bingung saat Mang Nurdin tidak mau menerima uang darinya.

"Udah di bayarin sama cowok yang berdiri di belakang Eneng,"

Spontan Lauren menoleh ke belakang dan detik itu dia langsung di suguhkan wajah tampan yang menatap dingin kearahnya, seraya memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana hitam yang pendeknya sebatas lutut.

"Tadi saya di chat Mas Jay, katanya di suruh lewat sini biar Neng Lauren mau keluar. Katanya seharian ini Neng Lauren enggak mau keluar dari rumah," ujar Mang Nurdin sedikit gemas dengan kedua anak remaja itu.

Lantas Mang Nurdin kembali mendorong gerobak baksonya sembari mengetuk-ngetuk bambu.

Tok! Tok! Tok!

"Bakso ... bakso ... kalo nggak beli berantem aja kita ..." teriak Mang Nurdin menyuarakan marketingnya.

Jay ikut mengambil langkah ke kiri saat Lauren hendak pergi melewati jalan sisi kiri, membuat Lauren kesal bukan main.

"Minggir!" perintah Lauren.

"Ada pr nggak? Gue bantuin sini," ucap Jay jauh lebih sabar dari pada perempuan di depannya.

Lauren mengukir senyum miring. "Lo pikir gue anak kecil nggak bisa ngerjain pr sendiri?"

"Pake acara nyindir." Jay tertawa kecil sembari memijat pangkal hidungnya. Lalu memukul pelan dahi Lauren menggunakan punggung jari telunjuknya. "Don't walk away from me, okay?"

"Lah, gue mah ngikut apa yang lo suruh," balas Lauren seadanya, mengandalkan ingatannya tentang perkataan Jay yang berhasil menusuk hatinya. "Kalo di jalan ketemu gue, kayak orang nggak kenal aja. Itu yang ngomong lo bukan?"

Your Smile (On Going)Where stories live. Discover now