56. Malu-Malu Tapi Mau

1.6K 4 0
                                    

Sesungguhnya Dara ingin Frel berpacaran sama Kenn. Ia pikir mereka sangat serasi. Akan tetapi yang membuat Dara pesimis mak comblangin Frel dan Kenn itu ya ini, bahwa Frel lebih tergila-gila sama kakak ketua OSIS kita daripada Kenn. Ia sebagai sahabat nggak bisa apa-apa selain mendukung apa aja yang diinginkan Frel.

Ia tadi membahas Kevan ada di kantin bersama sang pacar, karena tidak lain dan tidak bukan hanya ingin membuat Frel tersenyum dan ceria lagi. Bukan terus memikirkan Kenn yang menjadikan dirinya akhir-akhir ini murung.

Intinya Dara ingin apa pun pilihan Frel, ia berharap pilihan tersebut adalah yang terbaik untuk sobatnya dan selalu mendatangkan kebahagiaan untuk Frel.

Ya, Frel harus bahagia. Ia tidak ingin Frel menderita lagi. Ia tidak mau melihat sahabat kecilnya ini menangis diam-diam di belakangnya. Berusaha kuat dengan segala permasalahannya sedari kecil. Seolah semua beban hidup bisa ia genggam dan tertutup oleh sifat ceria dan ketangguhannya.

Kini Dara dengan semangatnya bergantian peran sebagai pemimpin dan terus aja melangkah sembari menggandeng tangan Frel. Senyumnya tak pernah luntur dan sesekali berceloteh riang bersama Frel.

Memasuki kantin luas di belakang sekolah, dirinya mengedar pandangan di seluruh penjuru yang dipadati oleh para siswa-siswi dan tentunya banyak para cewek yang sok cari perhatian dan mencuri-curi pandang ke arah meja yang ditempati oleh sang pacar serta kedua sahabatnya.

Dara mencebik tak suka. Ia bergegas menarik tangan Frel dan berjalan lebih cepat.

"Halo semuaaa...," seru Dara sambil dadah-dadah nggak jelas saat berada tak jauh dari tempat yang diduduki Ari, Kevan dan Alvin.

Mereka bertiga seketika menoleh dengan memasang beberapa ekspresi. Ari tersenyum tipis memandang Dara, Alvin yang awalnya ogah-ogahan dan malas mendengar suara cempreng Dara tetapi berubah mengeluarkan senyum merekah ketika melihat cewek yang ada di sampingnya, sementara Kevan yang awalnya biasa aja begitu mengetahui Frel juga datang, tatapannya langsung terpaku hanya menatap Frel seorang.

Dan jangan tanyakan para penghuni kantin yang sebagian besar cewek di sana, bisa bayangkanlah, rata-rata mereka berdecak jengkel sekaligus iri.

Dara agak berlari kecil sambil menggandeng tangan Frel.

"Halo, pacar," sapa Dara tatkala sampai tepat di samping Ari.

Huek! Alvin mau muntah sekobokan.

"Halo juga, Ra," balas Ari, tiba-tiba salah tingkah. Ya, gimana di tempat umum si Dara malah nggak ada malunya berucap seperti itu. "Ayo, duduk, Ra."

Dara manggut-manggut dengan antusias.

"Oh, ya, gue bawa sobat gue buat gabung di sini nggak apa-apa, kan, Kak?"

"Nggak boleh!" serobot Alvin sebelum Ari menjawab.

Dara mendelik kayak mau nerkam orang.

"Yang nggak boleh tuh elo. Baiknya lo pindah, terus diganti sama Frel nggak apa-apa," tambah Alvin, super cuek.

"Enak aja!" Dara berang. "Pangeran gue di sini, ya jelas gue juga bakal tetap di sini."

Alvin langsung benar-benar pengin muntah mendengar Dara menyebut sahabatnya dengan kata "pangeran".

"Norak!" tukas Alvin.

"Biarin!" jawab Dara sewot.

"Hai, Kak Kevan," sapa Frel dengan senyum cerianya. Ia lebih memilih menyapa sang target, ketimbang harus meladeni perdebatan nggak penting antara Dara dan Alvin.

Kevan tersenyum. "Hai juga, Frel."

"Boleh gue gabung, Kak?"

"Silakan. Tempat duduknya juga ada yang kosong."

Cewek Agresif VS Cowok PolosWhere stories live. Discover now