16. Keesokan Harinya

2.5K 84 9
                                    

Di kelas X-1 tampak seorang guru sedang mengajar pelajaran sosiologi. Beliau berdiri di bagian depan sambil menerangkan dengan datar dan lesu. Eh, bukan ding, maksudnya mungkin pembawaan beliau emang seperti itu, jadinya para siswa-siswi di dalamnya pun banyak yang terlihat lesu juga. Ada yang menguap lebar-lebar, lemas sok tak berdaya, ada yang lagi mancing kotoran di hidung, ngorek-ngorek telinga, bahkan ada juga yang menelungkupkan wajah di atas meja dengan kurang ajarnya.

Meski begitu, sang guru tetap tak menghiraukan pemandangan para muridnya. Beliau tetap melanjutkan dan beberapa kali mengulang bacaan sebuah buku pelajaran di salah satu tangannya.

"Ra, kasian ya Pak Susilo, udah jelasin panjang lebar, yang dijelasin malah banyak yang nggak mau denger," gerutu Frel sambil duduk bertopang dagu. "Lagian kenapa Pak Susilo sabar banget, ya? Emang sih pelajaran sosiologi agak bikin bosan, apalagi yang dijelasin soal definisi masyarakat, syarat-syarat terbentuknya masyarakat, interaksi sosial, yeah, pokoknya gitu deh. Tapi ... yang namanya guru tetap harus dihormati, kan?"

Gadis berwajah imut itu memutar pandangan di banyak bangku yang penghuninya pada berlaku masa bodoh tersebut, lalu ia kembali menatap ke arah depan sembari menarik napas panjang dan berat. "Kalo gue jadi Pak Susilo, gue bakal gantung tuh anak-anak di tiang bendera. Biar pada gosong semua, terus gue serahin sama kucing liar di jalanan. Biar pada mampus!" Ia mendengkus dan terus ngedumel. "Kalo lo yang jadi guru, mereka mau lo apain, Ra?"

Frel terdiam sesaat, masih menopang dagu. Begitu tak mendengar jawaban dari teman sebangkunya, perlahan ia menoleh dan melotot geram ketika mendapati si Dara senyam-senyum sendiri kayak orang nggak waras. Malahan kini Dara mengambil ponsel dari sakunya dan kembali mesam-mesem sambil mengetik sesuatu.

Sahabatnya yang satu itu emang benar-benar kebangetan. Ia kira dari tadi Dara mendengarkan perkataannya, eh, nggak tahunya tuh anak malah kumat. Asyik sendiri dalam dunianya.

Ia tahu, pasti Dara lagi gencar PDKT sama gebetan barunya. Tadi setelah Dara selesai menjelaskan alasan penyebab ia pindah bangku, dengan PD-nya ia mengumumkan telah berganti haluan kepada cowok lain. Katanya sih itu cowok manis banget dan sangat polos. Dara juga udah nebak-nebak kalau tuh cowok kayaknya masih bau kencur soal percintaan.

Emang ya, sungguh luar biasa si Dara. Kemampuan petualangan cintanya perlu diacungi jempol. Nggak kenal patah semangat.

Walaupun demikian, Frel masih jengkel. Ucapannya sedari tadi nggak digubris sama Dara. Ia mendengkus dan berdecak kesal.

Terdengar suara cekikikan dari belakang. Cewek itu sontak menoleh dan mengepalkan tangan ke arah Tomi yang kini langsung nyengir lebar. Ia juga menangkap tatapan meremehkan dari cowok iblis di sebelahnya Tomi.

Siapa lagi kalau bukan Kenn. Cowok yang selama ini dikejar-kejar Dara hingga menjadikan sahabatnya itu tak terkendali. Melakukan segala macam cara apa pun demi menarik perhatian cowok tersebut. Sampai-sampai ide tergila dari Rian pun ia ikuti tanpa berpikir panjang. Udah ia duga, akhirnya gagal total, kan? Ketiban sial, lagi!

Salah nyium orang adalah sesuatu pengalaman yang sangat-sangat memalukan. Terlebih yang dicium bukan seumuran dengan kita, malah seorang paman berstatus suami orang. Dan menurutnya, semua itu salah Kenn. Cowok sok cool dan bermulut tajam.

"Apa lo liat-liat?" tanya Frel dengan nada sewot.

Cowok itu tersenyum miring. Walaupun gerutuan Frel nggak terlalu keras, namun, suaranya masih bisa terdengar oleh Kenn dan Tomi.

"Tinggi nggak seberapa berlagak mau gantung anak orang. Bonsai gue aja lebih tinggi daripada lo," celetuk Kenn. Pelan tapi menusuk.

Tomi yang ada di sampingnya seketika membekap mulutnya. Tawa hampir menyembur dari bibir.

Cewek Agresif VS Cowok PolosWhere stories live. Discover now